Mengenal Deklarasi Balfour, Cikal Bakal Munculnya Israel
A
A
A
LONDON - Setidaknya 12.000 orang menandatangi sebuah petisi yang mendesak Inggris meminta maaf kepada Palestina terkait dengan Deklarasi Balfour. Petisi ini dirilis oleh sebuah organisasi bernama The Balfour Apology Campaign (BAC).
Lalu, sebenarnya apakah Deklarasi Balfour tersebut? Melansir Sputnik pada Minggu (16/4), deklarasi ini adalah sebuah surat yang diterbitkan pada tahun 1917 orang Menteri Luar Negeri Inggris kala itu, Arthur James Balfour.
Pada tanggal 2 November 1917, Balfour mengirimkan sebuah surat kepada Walter Rothschild, anak kedua dari Baron Rothschild. Dia adalah pemimpin komunitas Yahudi Inggris kala itu.
Dalam surat tersebut, Balfour menyatakan pemerintah Inggris secara resmi mendukung gagasan untuk menciptakan sebuah negara Yahudi di wilayah Palestina.
"Pemerintahan Yang Mulai mendukung pembentukan di Palestina sebuah rumah nasional bagi orang-orang Yahudi, dan akan menggunakan upaya terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini," bunyi surat tersebut.
Namun, bila menilik lebih jauh, sejatinya dalam surat tersebut pemerintah Inggris memastikan tidak akan ada yang dirugikan dalam pembetukan Israel di wilayah Palestina.
"Harus jelas dipahami tidak akan ada yang dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak sipil dan keagamaan dari komunitas non-Yahudi yang sudah ada di Palestina, atau hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara lain," sambungnya.
Pada faktanya, saat ini Israel sudah mencaplok sebagian besar tanah Palestina. Bahkan, sejumlah wilayah yang masih menjadi wilayah Palestina saat ini diduduki oleh Israel. Selain itu, Israel sudah dinyatakan sebagai negara merdeka dan berdaulat sejak beberapa dekade lalu, sedang Palestina belum mendapatkan kemerdekaan hingga saat ini.
Lalu, sebenarnya apakah Deklarasi Balfour tersebut? Melansir Sputnik pada Minggu (16/4), deklarasi ini adalah sebuah surat yang diterbitkan pada tahun 1917 orang Menteri Luar Negeri Inggris kala itu, Arthur James Balfour.
Pada tanggal 2 November 1917, Balfour mengirimkan sebuah surat kepada Walter Rothschild, anak kedua dari Baron Rothschild. Dia adalah pemimpin komunitas Yahudi Inggris kala itu.
Dalam surat tersebut, Balfour menyatakan pemerintah Inggris secara resmi mendukung gagasan untuk menciptakan sebuah negara Yahudi di wilayah Palestina.
"Pemerintahan Yang Mulai mendukung pembentukan di Palestina sebuah rumah nasional bagi orang-orang Yahudi, dan akan menggunakan upaya terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini," bunyi surat tersebut.
Namun, bila menilik lebih jauh, sejatinya dalam surat tersebut pemerintah Inggris memastikan tidak akan ada yang dirugikan dalam pembetukan Israel di wilayah Palestina.
"Harus jelas dipahami tidak akan ada yang dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak sipil dan keagamaan dari komunitas non-Yahudi yang sudah ada di Palestina, atau hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara lain," sambungnya.
Pada faktanya, saat ini Israel sudah mencaplok sebagian besar tanah Palestina. Bahkan, sejumlah wilayah yang masih menjadi wilayah Palestina saat ini diduduki oleh Israel. Selain itu, Israel sudah dinyatakan sebagai negara merdeka dan berdaulat sejak beberapa dekade lalu, sedang Palestina belum mendapatkan kemerdekaan hingga saat ini.
(esn)