Putin: Aksi AS di Suriah, Ingatkan Invasi AS ke Irak Tahun 2003
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan, aksi yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) saat ini di Suriah mengingatkan dia tentang apa yang dilakukan AS di Irak pada tahun 2003 lalu. Saat itu, AS melakukan invasi ke Irak untuk menjatuhkan rezim Saddam Hussein dengan tudingan kepemilikan senjata nuklir dan kimia.
"Saya sudah mengatakan, serangan udara ini mengingatkan saya akan peristiwa di Irak pada tahun 2003, ketika perwakilan AS di Dewan Keamanan PBB menunjukkan senjata kimia yang diduga ditemukan di Irak," ucap Putin.
"Kampanye militer kemudian diluncurkan di Irak dan mengakibatkan kehancuran negara, dengan pertumbuhan ancaman teroris dan munculnya ISIS di panggung internasional, tidak lebih, tidak kurang," sambungnya, seperti dilansir France24 pada Rabu (12/4).
Alasan AS melakukan serangan di Irak sendiri sejatinya tidak terbukti. Agen CIA, John Nixon, yang menginterogasi mantan diktator Irak Saddam Hussein mengungkap kekeliruan tuduhan AS soal kepemilikan senjata pemusnah massal. Interogator Saddam itu menyatakan, tuduhan itu memalukan bagi AS.
Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, salah satu perencana serangan ke Irak menyampaikan permohonan maaf atas serangan yang dilancarkan koalisi pimpinan AS di Irak saat itu.
Blair mengaku, dirinya menyesalkan atas perencanaan konflik yang buruk. Ia tidak memikirkan bagaimana nasib Irak selanjutnya, setelah Saddam Hussein berhasil dilengserkan. Blair meminta maaf karena telah mempercayai laporan intelijen yang salah, yang dia gunakan untuk membenarkan serangan ke Irak saat itu.
"Saya sudah mengatakan, serangan udara ini mengingatkan saya akan peristiwa di Irak pada tahun 2003, ketika perwakilan AS di Dewan Keamanan PBB menunjukkan senjata kimia yang diduga ditemukan di Irak," ucap Putin.
"Kampanye militer kemudian diluncurkan di Irak dan mengakibatkan kehancuran negara, dengan pertumbuhan ancaman teroris dan munculnya ISIS di panggung internasional, tidak lebih, tidak kurang," sambungnya, seperti dilansir France24 pada Rabu (12/4).
Alasan AS melakukan serangan di Irak sendiri sejatinya tidak terbukti. Agen CIA, John Nixon, yang menginterogasi mantan diktator Irak Saddam Hussein mengungkap kekeliruan tuduhan AS soal kepemilikan senjata pemusnah massal. Interogator Saddam itu menyatakan, tuduhan itu memalukan bagi AS.
Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, salah satu perencana serangan ke Irak menyampaikan permohonan maaf atas serangan yang dilancarkan koalisi pimpinan AS di Irak saat itu.
Blair mengaku, dirinya menyesalkan atas perencanaan konflik yang buruk. Ia tidak memikirkan bagaimana nasib Irak selanjutnya, setelah Saddam Hussein berhasil dilengserkan. Blair meminta maaf karena telah mempercayai laporan intelijen yang salah, yang dia gunakan untuk membenarkan serangan ke Irak saat itu.
(esn)