Lawan Iran, Saudi Berambisi Membuat Senjata Nuklir
A
A
A
WASHINGTON - Arab Saudi sedang mencari teknologi untuk membuat senjata nuklir dalam upaya melawan protensi ancaman dari Iran yang menjalankan program nuklir. Penilaian perihal ambisi Saudi ini disampaikan Institute for Science and International Security, organisasi pemantau isu-isu proliferasi global yang berbasis di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
”Arab Saudi pada tahap awal pengembangan nuklir dan diharapkan untuk lebih aktif mencari kemampuan (membuat) senjata nuklir untuk melawan ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh Iran,” bunyi laporan organisasi tersebut.
Iran mencapai kesepakatan nuklir di era pemerintahan Barack Obama. Kesepakatan itu menuntut Iran mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi atau embargo dari negara-negara Barat.
Meski kesepakatan nuklir itu dianggap sebagai pereda ketegangan dunia, namun negara-negara Teluk sekutu AS merasa dilecehkan dengan sepak terjang Iran. Mereka menuduh Iran mendukung kelompok-kelompok “teroris”.
“Kesepakatan nuklir juga tidak menghilangkan keinginan Kerajaan (Arab Saudi) untuk mencai kemampuan (membuat) senjata nuklir dan bahkan tidak mengurangi tekanan pada Arab Saudi untuk mencocokkan kemampuannya (membuat) senjata nuklir dengan Iran dalam jangka pendek,” lanjut laporan organisasi AS itu, seperti dikutip dari The Washington Free Beacon, Sabtu (1/4/2017).
Masih menurut organisasi tersebut, upaya Saudi untuk mengejar kemampuannya dalam membuat senjata nuklir cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Negara yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini telah menyatakan niatnya untuk membangun setidaknya 16 reaktor nuklir di tahun-tahun mendatang.
”Ada sedikit alasan untuk meragukan bahwa Arab Saudi akan lebih aktif mencari kemampuan (membuat) senjata nuklir,” bunyi laporan organisasi tersebut.
Seorang pejabat pemerintah Eropa menegaskan para ahli Saudi sejak 2014 sedang mengejar kemampuan ilmiah dan tekniknya yang diperlukan untuk mengambil semua aspek dari siklus bahan bakar nuklir.
”Arab Saudi pada tahap awal pengembangan nuklir dan diharapkan untuk lebih aktif mencari kemampuan (membuat) senjata nuklir untuk melawan ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh Iran,” bunyi laporan organisasi tersebut.
Iran mencapai kesepakatan nuklir di era pemerintahan Barack Obama. Kesepakatan itu menuntut Iran mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi atau embargo dari negara-negara Barat.
Meski kesepakatan nuklir itu dianggap sebagai pereda ketegangan dunia, namun negara-negara Teluk sekutu AS merasa dilecehkan dengan sepak terjang Iran. Mereka menuduh Iran mendukung kelompok-kelompok “teroris”.
“Kesepakatan nuklir juga tidak menghilangkan keinginan Kerajaan (Arab Saudi) untuk mencai kemampuan (membuat) senjata nuklir dan bahkan tidak mengurangi tekanan pada Arab Saudi untuk mencocokkan kemampuannya (membuat) senjata nuklir dengan Iran dalam jangka pendek,” lanjut laporan organisasi AS itu, seperti dikutip dari The Washington Free Beacon, Sabtu (1/4/2017).
Masih menurut organisasi tersebut, upaya Saudi untuk mengejar kemampuannya dalam membuat senjata nuklir cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Negara yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini telah menyatakan niatnya untuk membangun setidaknya 16 reaktor nuklir di tahun-tahun mendatang.
”Ada sedikit alasan untuk meragukan bahwa Arab Saudi akan lebih aktif mencari kemampuan (membuat) senjata nuklir,” bunyi laporan organisasi tersebut.
Seorang pejabat pemerintah Eropa menegaskan para ahli Saudi sejak 2014 sedang mengejar kemampuan ilmiah dan tekniknya yang diperlukan untuk mengambil semua aspek dari siklus bahan bakar nuklir.
(mas)