AS: Sulit untuk Menghindari Jatuhnya Korban Sipil di Mosul
A
A
A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) menyatakan, bila melihat denah kota Mosul dan situasi terbaru di sana, sangat sulit untuk menghindari adanya warga sipil yang menjadi korban dalam operasi anti-teror. Hal itu disampaikan militer AS saat dengar pendapat di Kongres AS.
Kepala Komando Sentral AS, Jenderal Joseph Votel mengatakan, Mosul adalah kota yang cukup padat dengan bangunan yang saling menempel dan jalanan yang sempit. Dengan tata letak kota seperti ini, Votel menyebut sangat sulit untuk melakukan serangan tanpa mengenai warga sipil.
“Saya setuju saat kami berpindah ke lingkungan perkotaan, itu akan menjadi lebih dan lebih sulit untuk menerapkan standar yang sangat tinggi untuk hal-hal yang kita lakukan, meskipun kami terus mencobanya,” ucap Votel, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (30/3).
Dia kemudian mengatakan, tidak ada perubahan dalam aturan keterlibatan di Irak. Tapi, komandan lebih dekat dengan pertempuran telah diberikan kewenangan yang lebih untuk mengurangi potensi keterlambatan dalam memberikan perintah.
Seperti diketahui, serangan yang dilakukan AS pada pekan lalu di Mosul memancing perhatian dunia internasional. Pasalnya, serangan itu dikabarkan menewaskan lebih dari 200 warga sipil Mosul dan melukai puluhan lainnya.
Sekutu dekat AS di Eropa, Jerman, mendesak adanya penyelidikan menyeluruh mengenai serangan tersebut. Sementara itu, Rusia menyerukan adanya rapat darurat di Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai hal ini.
Kepala Komando Sentral AS, Jenderal Joseph Votel mengatakan, Mosul adalah kota yang cukup padat dengan bangunan yang saling menempel dan jalanan yang sempit. Dengan tata letak kota seperti ini, Votel menyebut sangat sulit untuk melakukan serangan tanpa mengenai warga sipil.
“Saya setuju saat kami berpindah ke lingkungan perkotaan, itu akan menjadi lebih dan lebih sulit untuk menerapkan standar yang sangat tinggi untuk hal-hal yang kita lakukan, meskipun kami terus mencobanya,” ucap Votel, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (30/3).
Dia kemudian mengatakan, tidak ada perubahan dalam aturan keterlibatan di Irak. Tapi, komandan lebih dekat dengan pertempuran telah diberikan kewenangan yang lebih untuk mengurangi potensi keterlambatan dalam memberikan perintah.
Seperti diketahui, serangan yang dilakukan AS pada pekan lalu di Mosul memancing perhatian dunia internasional. Pasalnya, serangan itu dikabarkan menewaskan lebih dari 200 warga sipil Mosul dan melukai puluhan lainnya.
Sekutu dekat AS di Eropa, Jerman, mendesak adanya penyelidikan menyeluruh mengenai serangan tersebut. Sementara itu, Rusia menyerukan adanya rapat darurat di Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai hal ini.
(esn)