Mengamuk, Massa Turki Lempari Konsulat Belanda dengan Telur
A
A
A
ANKARA - Massa pengunjuk rasa Turki mengamuk di luar kantor Konsulat Belanda di Istanbul, hari Minggu waktu setempat. Mereka melempari kantor Konsulat Belanda dengan telur untuk melampiaskan kemarahan setelah Belanda Menteri Luar Negeri Turki mendarat di Rotterdam dan mendeportasi menteri Turki lainnya.
Meskipun diguyur hujan, ratusan pengunjuk rasa membawa bendera nasional Turki di luar kantor Konsulat Belanda. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan ”yes”, sebuah spanduk yang mengacu pada referendum konstitusi untuk memperluas kekuasaan Presiden Recep Tayip Erdogan.
Beberapa demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-Belanda. Demonstrasi serupa juga terjadi di depan kantor Kedutaan Besar Belanda di Ankara. Menurut laporan Anadolu, yang dikutip Senin (13/3/2017), demonstrasi di luar Kedutaan Belanda dilakukan ratusan pengunjuk rasa.
Pada hari Sabtu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berencana kampanye di hadapan warga Turki di Rotterdam, Belanda, untuk mencari dukungan referendum konstitusi yang digelar 16 April mendatang. Namun, pesawat yang membawa Menlu Cavusoglu dilarang mendarat di Rotterdam oleh otoritas terkait di Belanda.
Menurut data statistik resmi, ada hampir 400.000 warga etnis Turki tinggal di Belanda pada 2013. Turki menganggap parlakuan Belanda terhadap menterinya sebagai pengusiran. Selain Menlu Cavusoglu, pada hari yang sama, Menteri Urusan Keluarga Turki Fatma Betul Sayan diadang dan dilarang masuk ke kantor Konsulat Turki di Rotterdam oleh para polisi Belanda.
Dalam sebuah rekaman yang disiarkan NOS News, Sayan dikepung para polisi Belanda setelah keluar dari mobilnya untuk menuju kantor konsulat. Pihak Amsterdam melarang kedua menteri Turki itu berkampanye referendum di Belanda.
“Polisi Belanda memperlakukan delegasi Turki secara keras dan kasar, meskipun kekebalan diplomatik melekat pada para anggota (delegasi),” kata Sayan setelah tiba di Istanbul karena dideportasi oleh Belanda. Sayan anggap apa yang dia alami sebagai pengusiran.
Tindakan Belanda sudah dibalas pemerintah Erdogan dengan menutup sementara kantor Kedutaan dan Konsulat Belanda di Turki. Ankara juga tidak menghendaki Duta Besar Belanda untuk Turki yang sedang cuti kembali ke Turki.
Tak hanya itu, Erdogan juga mengeluarkan komentar hinaan yang keras pada Belanda. Erdogan menyebut Belanda sebagai sisa-sisa Nazi dan kaum fasis.
Sementara itu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mendesak Turki untuk meminta maaf atas komentar Erdogan yang dia sebut “tidak bisa diterima”. PM Rutte juga memperingatkan bahwa Belanda akan mengambil tindakan penanggulangan jika retorika dari Ankara tidak berubah.
Meskipun diguyur hujan, ratusan pengunjuk rasa membawa bendera nasional Turki di luar kantor Konsulat Belanda. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan ”yes”, sebuah spanduk yang mengacu pada referendum konstitusi untuk memperluas kekuasaan Presiden Recep Tayip Erdogan.
Beberapa demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-Belanda. Demonstrasi serupa juga terjadi di depan kantor Kedutaan Besar Belanda di Ankara. Menurut laporan Anadolu, yang dikutip Senin (13/3/2017), demonstrasi di luar Kedutaan Belanda dilakukan ratusan pengunjuk rasa.
Pada hari Sabtu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berencana kampanye di hadapan warga Turki di Rotterdam, Belanda, untuk mencari dukungan referendum konstitusi yang digelar 16 April mendatang. Namun, pesawat yang membawa Menlu Cavusoglu dilarang mendarat di Rotterdam oleh otoritas terkait di Belanda.
Menurut data statistik resmi, ada hampir 400.000 warga etnis Turki tinggal di Belanda pada 2013. Turki menganggap parlakuan Belanda terhadap menterinya sebagai pengusiran. Selain Menlu Cavusoglu, pada hari yang sama, Menteri Urusan Keluarga Turki Fatma Betul Sayan diadang dan dilarang masuk ke kantor Konsulat Turki di Rotterdam oleh para polisi Belanda.
Dalam sebuah rekaman yang disiarkan NOS News, Sayan dikepung para polisi Belanda setelah keluar dari mobilnya untuk menuju kantor konsulat. Pihak Amsterdam melarang kedua menteri Turki itu berkampanye referendum di Belanda.
“Polisi Belanda memperlakukan delegasi Turki secara keras dan kasar, meskipun kekebalan diplomatik melekat pada para anggota (delegasi),” kata Sayan setelah tiba di Istanbul karena dideportasi oleh Belanda. Sayan anggap apa yang dia alami sebagai pengusiran.
Tindakan Belanda sudah dibalas pemerintah Erdogan dengan menutup sementara kantor Kedutaan dan Konsulat Belanda di Turki. Ankara juga tidak menghendaki Duta Besar Belanda untuk Turki yang sedang cuti kembali ke Turki.
Tak hanya itu, Erdogan juga mengeluarkan komentar hinaan yang keras pada Belanda. Erdogan menyebut Belanda sebagai sisa-sisa Nazi dan kaum fasis.
Sementara itu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mendesak Turki untuk meminta maaf atas komentar Erdogan yang dia sebut “tidak bisa diterima”. PM Rutte juga memperingatkan bahwa Belanda akan mengambil tindakan penanggulangan jika retorika dari Ankara tidak berubah.
(mas)