Penjualan Kulit Wanita untuk Pembesaran Kemaluan Pria Hebohkan Nepal
A
A
A
KATHMANDU - Pemerintah Nepal dikejutkan laporan tentang para perempuan miskin menjual jaringan kulit mereka yang digunakan untuk operasi plastik pembesaran organ kemaluan pria. Para perempuan miskin itu disebut menjual jaringan kulit punggung mereka sekitar 20 inci persegi seharga USD150 atau sekitar Rp2 juta.
Selain untuk operasi plastik pembesaran organ vital pria, jaringan kulit para perempuan itu juga disebut digunakan untuk operasi pembesaran payudara wanita. Jaringan kulit mereka dimanfaatkan di pasar bedah kosmetik global.
Laporan itu pertama kali diterbitkan media India, Youth Ki Awaaz. Menteri Kesejahteraan Sosial, Perempuan dan Anak Nepal Kumar Khadka mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation bahwa pemerintah terkejut setelah membaca laporan yang diterbitkan pada tanggal 6 Maret lalu.
”Kami terkejut oleh laporan itu,” kata Khadka. ”Kami akan menyelidiki dan jika ditemukan hal itu benar, maka pemerintah akan melakukan segala upaya untuk menghentikan kejahatan keji ini dan menghukum mereka yang bertanggung jawab,” katanya lagi, yang dikutip Minggu (12/3/2017).
Wilayah Himalaya—perbatasan Nepal dan India—yang terkenal miskin, selama ini rawan dengan eksploitasi perempuan untuk sektor pekerjaan dan seksual. Di wilayah itu juga kerap dilaporkan marak praktik penjualan ginjal dan jaringan kulit manusia.
Wartawan yang menyusun laporan penjualan kulit oleh para perempuan miskin di Nepal itu adalah Soma Basu. Menurutnya, para perempuan Nepal diperdagangkan ke lokasi pelacuran di kota-kota India seperti Mumbai. Mereka kemudian ditipu untuk menjual jaringan kulitnya.
Beberapa korban mengaku bahwa mereka dibius dan kulit mereka diambil. Jaringan kulit, lanjut laporan itu, dijual ke laboratorium patologi di India, di mana jaringan kulit itu diproses dan diekspor ke perusahaan di Amerika Serikat (AS) yang memproduksi kulit dan jaringan produk derivatif untuk pasar operasi plastik global.
Para aktivis hak-hak perempuan meminta pemerintah untuk segera menyelidiki laporan tersebut dan meluncurkan kampanye publik menentang praktik human trafficking.
”Pemerintah harus serius tentang ini dan melindungi perempuan kami,” kata Sunita Danuwar, aktivis dari kelompok Shakti Samuha, sebuah badan amal yang membantu merehabilitasi korban perdagangan.
Selain untuk operasi plastik pembesaran organ vital pria, jaringan kulit para perempuan itu juga disebut digunakan untuk operasi pembesaran payudara wanita. Jaringan kulit mereka dimanfaatkan di pasar bedah kosmetik global.
Laporan itu pertama kali diterbitkan media India, Youth Ki Awaaz. Menteri Kesejahteraan Sosial, Perempuan dan Anak Nepal Kumar Khadka mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation bahwa pemerintah terkejut setelah membaca laporan yang diterbitkan pada tanggal 6 Maret lalu.
”Kami terkejut oleh laporan itu,” kata Khadka. ”Kami akan menyelidiki dan jika ditemukan hal itu benar, maka pemerintah akan melakukan segala upaya untuk menghentikan kejahatan keji ini dan menghukum mereka yang bertanggung jawab,” katanya lagi, yang dikutip Minggu (12/3/2017).
Wilayah Himalaya—perbatasan Nepal dan India—yang terkenal miskin, selama ini rawan dengan eksploitasi perempuan untuk sektor pekerjaan dan seksual. Di wilayah itu juga kerap dilaporkan marak praktik penjualan ginjal dan jaringan kulit manusia.
Wartawan yang menyusun laporan penjualan kulit oleh para perempuan miskin di Nepal itu adalah Soma Basu. Menurutnya, para perempuan Nepal diperdagangkan ke lokasi pelacuran di kota-kota India seperti Mumbai. Mereka kemudian ditipu untuk menjual jaringan kulitnya.
Beberapa korban mengaku bahwa mereka dibius dan kulit mereka diambil. Jaringan kulit, lanjut laporan itu, dijual ke laboratorium patologi di India, di mana jaringan kulit itu diproses dan diekspor ke perusahaan di Amerika Serikat (AS) yang memproduksi kulit dan jaringan produk derivatif untuk pasar operasi plastik global.
Para aktivis hak-hak perempuan meminta pemerintah untuk segera menyelidiki laporan tersebut dan meluncurkan kampanye publik menentang praktik human trafficking.
”Pemerintah harus serius tentang ini dan melindungi perempuan kami,” kata Sunita Danuwar, aktivis dari kelompok Shakti Samuha, sebuah badan amal yang membantu merehabilitasi korban perdagangan.
(mas)