Perundingan Damai Suriah Tanpa Hasil

Jum'at, 24 Februari 2017 - 21:00 WIB
Perundingan Damai Suriah Tanpa Hasil
Perundingan Damai Suriah Tanpa Hasil
A A A
DAMASKUS - Perundingan damai digelar kemarin di Jenewa, Swiss dan diperkirakan tidak akan menghasilkan kesepakatan yang memuaskan semua pihak bertikai di Suriah. Padahal, negosiasi antara kelompok perwakilan oposisi dan Pemerintah Suriah bertujuan solusi untuk menghentikan peperangan yang telah berlangsung selama enam tahun.

Selama tiga putaran perundingan sebelumnya, dua pihak tak pernah duduk dalam satu meja bersama. Negosiasi beda ruangan itu dipandu mediator PBB Staffan de Mistura.

Dia juga tak berani berekspektasi tinggi mengenai kesuksesan perundingan damai tersebut. ”Apakah saya memperkirakan ada terobosan? Tidak, saya tidak memperkirakan ada terobosan,” kata Mistura, dilansir Reuters.

Perundingan damai Suriah keempat ini untuk mencari solusi politik dalam konflik yang berkepanjangan di negara tersebut.Perundingan Jenewa menjadi upaya diplomatik paling serius dalam beberapa bulan terakhir. Melalui meja perundingan diharapkan perbedaan pandangan antara oposisi dan pemerintah mengenai masa depan Suriah bisa diselesaikan.
De Mistura mengatakan, dia ingin mempertahankan momentum proaktif kali ini untuk berbicara mengenai pemerintahan, konstitusi baru, dan pemilu dengan supervisi PBB berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2254.

”Saya berharap dua belah pihak tidak merusak perundingan dengan memprovokasi pihak lain,” pinta Mistura. Sementara itu, kelompok oposisi Suriah menyerukan perundingan langsung dengan perwakilan Presiden Bashar al- Assad. Seruan oposisi itu menjelang perundingan baru di Jenewa, Swiss kemarin pagi waktu setempat.

Itu karena perundingan di Jenewa biasanya dilaksanakan dalam ruangan terpisah masing-masing delegasi dengan bantuan mediator. ”Kita meminta negosiasi langsung,” kata juru bicara Komite Negosiasi Tinggi (HNC) Salem al-Meslet. HMC merupakan kelompok bersama yang menaungi faksi-faksi penentang Assad.

”Negosiasi langsung akan menghemat waktu dan sebagai bukti keseriusan meskipun negosiasi dilaksanakan di ruangan terpisah,” kata Meslet, dilansir AFP. Dari New York, Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan di kantor pusat untuk mendiskusikan situasi kemanusiaan terakhir di Suriah yang terus memburuk karena tidak ada solusi politik mengenai krisis tersebut.

”Dewan Keamanan menyatakan harapan kalau perundingan intra-Suriah di Jenewa akan menghasilkan kesepakatan yang baik,” kata Presiden Dewan Keamanan Volodymyr Yelchenko dari Ukraina. Dia berharap perundingan Jenewa akan mewujudkan transisi politik yang dipimpin Suriah dan dimiliki Suriah.

Perbedaan Sulit Dijembatani

Perundingan damai bukan hanya yang dimediasi PBB. Rusia, Turki, dan Iran juga memediasi perundingan internal Suriah yang dilaksanakan di Astana, Kazakhstan. Perundingan pertama telah digelar pada 30 Desember lalu. Negosiasi di Astana juga menjadi jalan menuju negosiasi politik di Jenewa. Tapi, gencatan senjata yang disepakati di Astana telah gagal sejak beberapa bulan lalu.

Mekanisme monitor gencatan senjata tidak berlangsung baik. Menurut perwakilan delegasi oposisi Suriah, perbedaan antara perwakilan politik dan militer menunjukkan ada sedikit harapan atas kesuksesan perundingan ini.

”Saat keinginan gencatan senjata tidak ditunjukkan, dan ketika ada permainan di tataran internasional mengenai transisi politik dan konstitusi mengakibatkan perundingan tidak memberikan harapan,” kata penasihat HNC Yehya al-Aridi kepada Al Jazeera. Aridi mengatakan, ada sesuatu yang kompleks dan agenda yang berlawanan masingmasing kelompok.

”Bukan hanya perbedaan antara dua kubu, tetapi konflik di kubu kita,” ungkapnya. Pertarungan kepentinganantarafaksioposisimemperlemah perjuangan mereka dalam beberapa bulan terakhir. Kelemahan kelompok oposisi ditambah dengan ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat (AS) tentang Suriah di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Selain itu, ada perubahan prioritas pemerintahan Turki yang sebelumnya pendukung kelompok gerilyawan anti-Assad. Kemudian intervensi militer Suriah sejak 2015 juga mengubah peta politik dan perjuangan para gerilyawan. ”Tidak ada solusi saat ini. Realita di lapangan semakin memburuk,” kata komandan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) Fares Bayoush.

Sementara itu, Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) berbasis di Inggris melaporkan, secara keseluruhan tingkat kekerasan semakin menurun dibandingkan sebelumnya. ”Pesawat tempur Suriah kemarin melancarkan serangan udara ke wilayah yang dikuasai gerilyawan anti-Presiden Bashar al- Assad di Provinsi Deraa dan Hama,” demikian laporan SOHR.

andika hendra m
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7485 seconds (0.1#10.140)