Protes Kebijakan Anti Narkoba Duterte, Ribuan Orang Penuhi Jalanan Manila
A
A
A
MANILA - Puluhan ribu umat Katolik Filipina turun ke jalanan Manila. Mereka berkumpul untuk memprotes kebijakan anti narkoba yang dianut oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Aksi protes yang dinamai "Walk of Life" ini diperkirakan diikuti oleh 20 ribu umat Katolik Filipina. Aksi ini disebut-sebut sebagai aksi protes terbesar di masa pemerintahan Duterte.
"Kita harus melawan. Entah bagaimana aksi ini menujukan orang-orang beriman tidak suka dengan pembunuhan di luar hukum ini. Saya khawatir dan marah pada apa yang terjadi, karena ini adalah sesuatu yang regresif. Ini tidak menunjukkan kemanusiaan," kata Uskup Manila Broderick Pabillo, seperti dilansir Al Jazeera pada Sabtu (18/2).
Para demonstran juga mengecam undang-undang memulihkan hukuman mati untuk kejahatan narkoba dan pelanggaran lainnya.
Gereja pada awalnya menolak untuk menyuarakan oposisi publik untuk perang narkoba Duterte, tetapi ketika korban tewas mengalami peningkatan, mulai akhir tahun lalu gereja menyerukan agar pembunuhan di luar hukum diakhiri.
"Hal ini jelas ada budaya menyebarkan kekerasan. Hal ini menyedihkan untuk dilihat, kadang-kadang membuatku menangis bagaimana kata-kata kekerasan tampak begitu alami dan biasa," kata Kardinal Manila Luis Tagle beberapa waktu lalu.
Aksi protes yang dinamai "Walk of Life" ini diperkirakan diikuti oleh 20 ribu umat Katolik Filipina. Aksi ini disebut-sebut sebagai aksi protes terbesar di masa pemerintahan Duterte.
"Kita harus melawan. Entah bagaimana aksi ini menujukan orang-orang beriman tidak suka dengan pembunuhan di luar hukum ini. Saya khawatir dan marah pada apa yang terjadi, karena ini adalah sesuatu yang regresif. Ini tidak menunjukkan kemanusiaan," kata Uskup Manila Broderick Pabillo, seperti dilansir Al Jazeera pada Sabtu (18/2).
Para demonstran juga mengecam undang-undang memulihkan hukuman mati untuk kejahatan narkoba dan pelanggaran lainnya.
Gereja pada awalnya menolak untuk menyuarakan oposisi publik untuk perang narkoba Duterte, tetapi ketika korban tewas mengalami peningkatan, mulai akhir tahun lalu gereja menyerukan agar pembunuhan di luar hukum diakhiri.
"Hal ini jelas ada budaya menyebarkan kekerasan. Hal ini menyedihkan untuk dilihat, kadang-kadang membuatku menangis bagaimana kata-kata kekerasan tampak begitu alami dan biasa," kata Kardinal Manila Luis Tagle beberapa waktu lalu.
(esn)