Holocaust Day: Mengenang Para Muslim Penyelamat Warga Yahudi
A
A
A
NEW YORK - Hari Jumat waktu New York atau hari ini (28/1/2017) WIB warga dunia memperingati Holocaust Day, hari di mana para warga Yahudi dibantai rezim Nazi Jerman saat Perang Dunia II. Para warga Yahudi yang selamat dari peristiwa itu mengenang para tokoh Muslim yang mereka anggap pahlawan karena menjadi penyelamat warga Yahudi dari pembantaian.
Sebuah pameran kecil di rumah ibadah di New York ditampilkan sekilas kisah para tokoh Muslim yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan warga Yahudi dari penganiayaan selama Perang Dunia II. Momen ini menjadi pemicu solidaritas warga Yahudi untuk para pengungsi Muslim yang dibatasi, bahkan dilarang masuk Amerika Serikat (AS) oleh Presiden Donald Trump.
Beberapa tokoh Muslim penyelamat warga Yahudi yang dikenang itu di antaranya, Khaled Abdul Wahab, penyelamat sekitar dua lusin warga Yahudi di Tunisia. Kemudian Raja Ahmed Zog I dari Albania yang dikenal sebagai penyelamat ribuan orang Yahudi dari kekejaman rezim Adolf Hitler.
Abdol Hossein Sardari, seorang diplomat Iran juga tercatat sebagai tokoh Muslim yang berjasa menolong banyak warga Yahudi di masa-masa sulit tersebut. Dia membantu ribuan orang Yahudi melarikan diri dari kejaran tentara Nazi dengan mengeluarkan paspor untuk mereka.
Johanna Neumann dan ibunya yang selamat dari penganiyaan rezim Hitler menjadi salah satu pihak yang mengenang jasa para tokoh Muslim.”Mereka menempatkan kehidupan mereka untuk menyelamatkan kami,” kata Neumann, 86, kepada TIME, Jumat (27/1/2017). ”Jika itu (tentara Nazi) datang bahwa kita adalah orang Yahudi, seluruh keluarga akan dibunuh,” ujarnya.
”Apa yang orang-orang ini lakukan, banyak negara Eropa tidak lakukan,” imbuh dia. ”Mereka semua terjebak bersama-sama dan bertekad untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi.”
Ada sekitar 15 cerita tentang para tokoh Muslim yang dikenang para warga Yahudi. ”Kisah-kisah yang sangat kuat bersama-sama karena mereka menunjukkan sisi yang berbeda untuk kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa kita dapat memiliki harapan bahkan pada saat-saat seperti Holocaust,” kata Mehnaz Afridi, seorang profesor Manhattan College yang mengkhususkan diri dalam Islam dan Holocaust.
Dani Laurence Andrea Varadi, co-direktur I am Your Protector (IAYP)—sebuah kelompok kampanye internasional—menyatakan pameran narasi itu penting mengingat dunia saat ini sedang dilanda “kebencian”.
Sekadar catatan, kejahatan kebencian terhadap Muslim di AS melonjak 67 persen (257 kasus) pada tahun 2015 dari tahun 2014 yakni 154 kasus. Data itu merupakan angka terbaru dari FBI.
Varadi juga mengkritisi kebijakan Presiden Trump yang membatasi bahkan melarang pengungsi Muslim dari tujuh negara di Timur Tengah dan Afrika. ”Itu membuat orang berpikir bahwa itu sah untuk membenci,” kata Varadi.
Sebuah pameran kecil di rumah ibadah di New York ditampilkan sekilas kisah para tokoh Muslim yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan warga Yahudi dari penganiayaan selama Perang Dunia II. Momen ini menjadi pemicu solidaritas warga Yahudi untuk para pengungsi Muslim yang dibatasi, bahkan dilarang masuk Amerika Serikat (AS) oleh Presiden Donald Trump.
Beberapa tokoh Muslim penyelamat warga Yahudi yang dikenang itu di antaranya, Khaled Abdul Wahab, penyelamat sekitar dua lusin warga Yahudi di Tunisia. Kemudian Raja Ahmed Zog I dari Albania yang dikenal sebagai penyelamat ribuan orang Yahudi dari kekejaman rezim Adolf Hitler.
Abdol Hossein Sardari, seorang diplomat Iran juga tercatat sebagai tokoh Muslim yang berjasa menolong banyak warga Yahudi di masa-masa sulit tersebut. Dia membantu ribuan orang Yahudi melarikan diri dari kejaran tentara Nazi dengan mengeluarkan paspor untuk mereka.
Johanna Neumann dan ibunya yang selamat dari penganiyaan rezim Hitler menjadi salah satu pihak yang mengenang jasa para tokoh Muslim.”Mereka menempatkan kehidupan mereka untuk menyelamatkan kami,” kata Neumann, 86, kepada TIME, Jumat (27/1/2017). ”Jika itu (tentara Nazi) datang bahwa kita adalah orang Yahudi, seluruh keluarga akan dibunuh,” ujarnya.
”Apa yang orang-orang ini lakukan, banyak negara Eropa tidak lakukan,” imbuh dia. ”Mereka semua terjebak bersama-sama dan bertekad untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi.”
Ada sekitar 15 cerita tentang para tokoh Muslim yang dikenang para warga Yahudi. ”Kisah-kisah yang sangat kuat bersama-sama karena mereka menunjukkan sisi yang berbeda untuk kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa kita dapat memiliki harapan bahkan pada saat-saat seperti Holocaust,” kata Mehnaz Afridi, seorang profesor Manhattan College yang mengkhususkan diri dalam Islam dan Holocaust.
Dani Laurence Andrea Varadi, co-direktur I am Your Protector (IAYP)—sebuah kelompok kampanye internasional—menyatakan pameran narasi itu penting mengingat dunia saat ini sedang dilanda “kebencian”.
Sekadar catatan, kejahatan kebencian terhadap Muslim di AS melonjak 67 persen (257 kasus) pada tahun 2015 dari tahun 2014 yakni 154 kasus. Data itu merupakan angka terbaru dari FBI.
Varadi juga mengkritisi kebijakan Presiden Trump yang membatasi bahkan melarang pengungsi Muslim dari tujuh negara di Timur Tengah dan Afrika. ”Itu membuat orang berpikir bahwa itu sah untuk membenci,” kata Varadi.
(mas)