Menteri Korsel Sebut Penempatan Patung Wanita Penghibur Tidak Pantas
A
A
A
SEOUL - Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel), Yun Byung-se menyatakan, penempatan patung wanita penghibur di depan kantor perwakilan Jepang di kota Busan sangatlah tidak pantas. Penempatan patung ini memicu kemarahan dari Jepang.
Berbicara saat melakukan pertemuan dengan Parlemen Korsel, Byung-se menuturkan, tidak ada yang salah dengan mendirikan patung untuk mengenang perempuan yang dipaksa bekerja di rumah bordil Jepang dalam Perang Dunia II. Namun, hal itu menjadi tidak benar dan tidak pantas, saat patung itu ditempatkan di depan kantor perwakilan Jepang.
"Masalah patung wanita penghibur di Busan sangat disayangkan. Pemerintah tidak menentang kehadiran patung itu, tapi saya pikir kita perlu memiliki kebijaksanaan pada masalah lokasi (penempatan patung)," ucap Byung-se, seperti dilansir Reuters pada Jumat (13/1).
Istilah wanita penghibur adalah eufemisme untuk wanita, dari Korsel, China, Filipina dan di tempat lain, yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer Jepang. Aktivis Korea Selatan memperkirakan bahwa mungkin ada sebanyak 200 ribu wanita yang dijadikan wanita penghibur.
Terkait penenampatan patung, Jepang diketahui telah menarik Duta Besar dan Konsulat mereka di Korsel sebagai bentuk protes atas penempatan patung yang melambangkan korban perbudakan seks Jepang masa Perang Dunia II itu.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga mengumumkan langkah sementara pada konferensi pers bersama dengan langkah-langkah tambahan yang mencakup menunda diskusi ekonomi tingkat tinggi. "Pemerintah Jepang sangat menyesali situasi seperti ini," katanya pekan lalu.
Berbicara saat melakukan pertemuan dengan Parlemen Korsel, Byung-se menuturkan, tidak ada yang salah dengan mendirikan patung untuk mengenang perempuan yang dipaksa bekerja di rumah bordil Jepang dalam Perang Dunia II. Namun, hal itu menjadi tidak benar dan tidak pantas, saat patung itu ditempatkan di depan kantor perwakilan Jepang.
"Masalah patung wanita penghibur di Busan sangat disayangkan. Pemerintah tidak menentang kehadiran patung itu, tapi saya pikir kita perlu memiliki kebijaksanaan pada masalah lokasi (penempatan patung)," ucap Byung-se, seperti dilansir Reuters pada Jumat (13/1).
Istilah wanita penghibur adalah eufemisme untuk wanita, dari Korsel, China, Filipina dan di tempat lain, yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer Jepang. Aktivis Korea Selatan memperkirakan bahwa mungkin ada sebanyak 200 ribu wanita yang dijadikan wanita penghibur.
Terkait penenampatan patung, Jepang diketahui telah menarik Duta Besar dan Konsulat mereka di Korsel sebagai bentuk protes atas penempatan patung yang melambangkan korban perbudakan seks Jepang masa Perang Dunia II itu.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga mengumumkan langkah sementara pada konferensi pers bersama dengan langkah-langkah tambahan yang mencakup menunda diskusi ekonomi tingkat tinggi. "Pemerintah Jepang sangat menyesali situasi seperti ini," katanya pekan lalu.
(esn)