PM Inggris Ingin Kesepakatan Terbaik
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri (PM) Theresa May menegaskan, pemerintahannya menginginkan kesepakatan terbaik dalam negosiasi Britain Exit (Brexit) dengan Uni Eropa (UE). May menginginkan perundingan Brexit diharapkan akan mempertahankan kesepakatan perdagangan dengan pasar tunggal UE.
Dia akan mengumumkan serangkaian strategi negosiasi Brexit dalam beberapa pekan mendatang. “Dia (May) belum mengatakan segala sesuatu berkaitan dengan negosiasi (Brexit),” kata juru bicara kantor PM Theresa May, dilansir Reuters. “Dia (May) ingin kesepakatan terbaik untuk menjalankan perdagangan dan bekerja sama dengan pasar tunggal (UE),” imbuhnya.
Penegasan itu sebagai bentuk bantahan May mengalami kegalauan dalam menentukan dan melaksanakan perundingan Brexit dengan UE. May mengabaikan seruan dari pengusaha, anggota parlemen, dan pemimpin oposisi untuk menjelaskan kebijakan dan strategi Inggris keluar dari UE. Publik Inggris masih berharap May akan menempuh kesepakatan terbaik yang menguntungkan London.
“Saya akan menjelaskan detail (strategi negosiasi Brexit) beberapa pekan mendatang menjelang kita akan menekan Pasal 50 (dimulainya proses negosiasi keluar UE),” kata May dalam wawancara dengan Sky News. May diprediksi akan memulai perundingan Brexit sebelum akhir Maret mendatang. May berulang mengatakan isu krusial di antara dua belah pihak pada debat UE.
Dia menegaskan Inggris akan tetap menginginkan pembatasan imigrasi, di sisi lain London juga akan memprioritaskan untuk masuk ke pasar tunggal UE. May juga menjelaskan Inggris tidak dalam posisi ganda karena Inggris tidak akan mempertahankan sedikit pun keanggotaan UE. “Apa yang saya katakan adalah saya pikir salah jika kita melihat hanya isu ganda di mana anda ingin mengontrol imigrasi dan anda juga mendapatkan keuntungan perdagangan,” tutur May.
Para pejabat UE mengatakan, Inggris tak bisa memperoleh pasar tunggal 500 juta konsumen tanpa menerima prinsip kebebasan pergerakan warga. Mereka memperingatkan May agar tidak mencoba mendapatkan keuntungan ganda tersebut dalam proses negosiasi. Seorang diplomat UE yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, May akan menghadapi banyak kesulitan dalam negosiasi.
“Dia (May) harus menemukan keseimbangan antara keinginan untuk mengontrol akses pekerja UE di Inggris dan kepentingan menyelamatkan ekonomi Inggris,” katanya. Kendati demikian, kolumnis Peter Oborne yang dikenal pro-Brexit mengatakan keraguan pemerintahan PM May disebabkan ada kepentingan kubu mapan Inggris yang ingin menghentikan Brexit.
Kemudian, Matt Singh, pakar jajak pendapat, menyatakan May ingin menenangkan kubu Konservatif terlebih dahulu. Pawel Swidlicki, pakar independen tentang Eropa, mengungkapkan, saat May berkuasa, dia menginginkan stabilitas dan itu telah berjalan dengan baik. “Dia (May) memiliki visi yang jelas di mana dia akan berakhir, bukan bagaimana pergi ke sana,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Boris Johnson telah menggelar pertemuan dengan beberapa penasihat kunci Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam lawatannya ke New York. Dia bertemu menantu Trump, Jared Kushner, dan Steve Bannon, pakar strategi Trump.
Itu menjadi pertemuan formal antara anggota pemerintahan AS mendatang dan seorang menteri Inggris. Johnson melanjutkan lawatannya di Washington kemarin untuk bertemu para pemimpin kunci Kongres. Namun, dia tidak dijadwalkan bertemu calon menlu kabinet Trump, Rex Tillerson. Pertemuan itu tidak akan terjadi hingga Tillerson resmi dilantik sebagai menlu.
Dia akan mengumumkan serangkaian strategi negosiasi Brexit dalam beberapa pekan mendatang. “Dia (May) belum mengatakan segala sesuatu berkaitan dengan negosiasi (Brexit),” kata juru bicara kantor PM Theresa May, dilansir Reuters. “Dia (May) ingin kesepakatan terbaik untuk menjalankan perdagangan dan bekerja sama dengan pasar tunggal (UE),” imbuhnya.
Penegasan itu sebagai bentuk bantahan May mengalami kegalauan dalam menentukan dan melaksanakan perundingan Brexit dengan UE. May mengabaikan seruan dari pengusaha, anggota parlemen, dan pemimpin oposisi untuk menjelaskan kebijakan dan strategi Inggris keluar dari UE. Publik Inggris masih berharap May akan menempuh kesepakatan terbaik yang menguntungkan London.
“Saya akan menjelaskan detail (strategi negosiasi Brexit) beberapa pekan mendatang menjelang kita akan menekan Pasal 50 (dimulainya proses negosiasi keluar UE),” kata May dalam wawancara dengan Sky News. May diprediksi akan memulai perundingan Brexit sebelum akhir Maret mendatang. May berulang mengatakan isu krusial di antara dua belah pihak pada debat UE.
Dia menegaskan Inggris akan tetap menginginkan pembatasan imigrasi, di sisi lain London juga akan memprioritaskan untuk masuk ke pasar tunggal UE. May juga menjelaskan Inggris tidak dalam posisi ganda karena Inggris tidak akan mempertahankan sedikit pun keanggotaan UE. “Apa yang saya katakan adalah saya pikir salah jika kita melihat hanya isu ganda di mana anda ingin mengontrol imigrasi dan anda juga mendapatkan keuntungan perdagangan,” tutur May.
Para pejabat UE mengatakan, Inggris tak bisa memperoleh pasar tunggal 500 juta konsumen tanpa menerima prinsip kebebasan pergerakan warga. Mereka memperingatkan May agar tidak mencoba mendapatkan keuntungan ganda tersebut dalam proses negosiasi. Seorang diplomat UE yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, May akan menghadapi banyak kesulitan dalam negosiasi.
“Dia (May) harus menemukan keseimbangan antara keinginan untuk mengontrol akses pekerja UE di Inggris dan kepentingan menyelamatkan ekonomi Inggris,” katanya. Kendati demikian, kolumnis Peter Oborne yang dikenal pro-Brexit mengatakan keraguan pemerintahan PM May disebabkan ada kepentingan kubu mapan Inggris yang ingin menghentikan Brexit.
Kemudian, Matt Singh, pakar jajak pendapat, menyatakan May ingin menenangkan kubu Konservatif terlebih dahulu. Pawel Swidlicki, pakar independen tentang Eropa, mengungkapkan, saat May berkuasa, dia menginginkan stabilitas dan itu telah berjalan dengan baik. “Dia (May) memiliki visi yang jelas di mana dia akan berakhir, bukan bagaimana pergi ke sana,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Boris Johnson telah menggelar pertemuan dengan beberapa penasihat kunci Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam lawatannya ke New York. Dia bertemu menantu Trump, Jared Kushner, dan Steve Bannon, pakar strategi Trump.
Itu menjadi pertemuan formal antara anggota pemerintahan AS mendatang dan seorang menteri Inggris. Johnson melanjutkan lawatannya di Washington kemarin untuk bertemu para pemimpin kunci Kongres. Namun, dia tidak dijadwalkan bertemu calon menlu kabinet Trump, Rex Tillerson. Pertemuan itu tidak akan terjadi hingga Tillerson resmi dilantik sebagai menlu.
(esn)