Kongres AS Mulai Penyelidikan Dugaan Serangan Cyber Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Para pejabat intelijen Senior Amerika Serikat (AS) akan bersaksi di Kongres terkait dugaan serangan cyber oleh Rusia selama kampanye pemilu 2016. Sidang digelar sehari sebelum presiden AS terpilih Donald Trump diberikan pengarahan oleh kepala badan intelijen soal peretasan yang menargetkan Partai Demokrat.
Direktur Intelijen Nasional James Clapper, Direktur Badan Keamanan Nasional Mike Rogers dan Wakil Menteri Pertahanan Intelijen Marcel Lettre diharapkan muncul di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat yang dipimpin oleh Senator John McCain. McCain yang berasal dari Partai Republik adalah seorang kritikus yang vokal terhadap sepak terjang Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (5/1/2017).
Kesaksian mereka tentang ancaman cyber yang dihadapi AS datang seminggu setelah Presiden Obama memerintahkan pengusiran terhadap 35 diplomat yang dicurigai mata-mata Rusia. Obama juga menjatuhkan sanksi pada dua badan intelijen Rusia atas dugaan keterlibatan mereka dalam pertasan kelompok polisi AS di Pemilu 2016.
Badan-badan intelijen AS mengatakan Rusia berada di balik peretasan email Partai Demokrat sebelum pemilihan presiden. Kesimpulan ini didukung oleh beberapa perusahaan keamanan internet swasta. Namun Moskow membantah tuduhan tersebut.
Para pejabat intelijen AS juga mengatakan serangan cyber Rusia bertujuan untuk membantu Trump mengalahkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton dalam pemilu 8 November lalu. Beberapa anggota Partai Republik mengakui serangan cyber Rusia selama pemilu tetapi tidak terkait dengan upaya untuk membantu Trump menang.
Direktur Intelijen Nasional James Clapper, Direktur Badan Keamanan Nasional Mike Rogers dan Wakil Menteri Pertahanan Intelijen Marcel Lettre diharapkan muncul di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat yang dipimpin oleh Senator John McCain. McCain yang berasal dari Partai Republik adalah seorang kritikus yang vokal terhadap sepak terjang Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (5/1/2017).
Kesaksian mereka tentang ancaman cyber yang dihadapi AS datang seminggu setelah Presiden Obama memerintahkan pengusiran terhadap 35 diplomat yang dicurigai mata-mata Rusia. Obama juga menjatuhkan sanksi pada dua badan intelijen Rusia atas dugaan keterlibatan mereka dalam pertasan kelompok polisi AS di Pemilu 2016.
Badan-badan intelijen AS mengatakan Rusia berada di balik peretasan email Partai Demokrat sebelum pemilihan presiden. Kesimpulan ini didukung oleh beberapa perusahaan keamanan internet swasta. Namun Moskow membantah tuduhan tersebut.
Para pejabat intelijen AS juga mengatakan serangan cyber Rusia bertujuan untuk membantu Trump mengalahkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton dalam pemilu 8 November lalu. Beberapa anggota Partai Republik mengakui serangan cyber Rusia selama pemilu tetapi tidak terkait dengan upaya untuk membantu Trump menang.
(ian)