Gedung Putih Yakin Putin Terlibat Serangan Cyber Pemilu AS
A
A
A
WASHINGTON - Pejabat Gedung Putih meyakini keterlibatan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam serangan cyber selama pemilu Amerika Serikat (AS) lalu. Serangan cyber itu dilakukan untuk memenangkan Donald Trump sebagai presiden dan melemahkan sistem politik AS.
Sekretaris pers Gedung Putih, Josh Earnest menyatakan bahwa ia berbagi pandangan dengan para pejabat intelijen AS bahwa Putin berperan langsung dalam peretasan selama pemilihan Presiden. Ia pun berpendapat Trump tahu Rusia terlibat dalam serangan cyber untuk mendukungnya dia dan merusak saingannya, Hillary Clinton.
Namun ketika ditanya apakah Gedung Putih percaya bahwa Rusia berhasil mencurangi pemilu presiden AS, Earnest menjawab diplomatis. "Ada berbagai penjelasan pontensial untuk kemenangan mengejutkan Trump. Itu adalah pertanyaan untuk analis politik, bukan analis intelijen," jawabnya seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (16/12/2016).
Earnest pun lantas menunjuk laporan wartawan Gedung Putih terkait pernyataan bulat dari semua 17 badan intelijen yang menemukan bahwa hanya pejabat Rusia paling senior yang bisa melakukan hal ini. "Itu sudah cukup jelas bahwa mereka mengacu pada pejabat paling senior pemerintah di Rusia," kata Earnest.
Sementara itu penasihat keamanan nasional untuk komunikasi strategis Presiden Obama, Ben Rhodes, pun mengamini hal ini.
"Saya tidak berpikir bahwa konsekuensi dari apa yang dilakukan oleh pemerintah Rusia saat ini tidak mungkin tidak diketahui oleh Vladimir Putin," katanya.
Sekretaris pers Gedung Putih, Josh Earnest menyatakan bahwa ia berbagi pandangan dengan para pejabat intelijen AS bahwa Putin berperan langsung dalam peretasan selama pemilihan Presiden. Ia pun berpendapat Trump tahu Rusia terlibat dalam serangan cyber untuk mendukungnya dia dan merusak saingannya, Hillary Clinton.
Namun ketika ditanya apakah Gedung Putih percaya bahwa Rusia berhasil mencurangi pemilu presiden AS, Earnest menjawab diplomatis. "Ada berbagai penjelasan pontensial untuk kemenangan mengejutkan Trump. Itu adalah pertanyaan untuk analis politik, bukan analis intelijen," jawabnya seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (16/12/2016).
Earnest pun lantas menunjuk laporan wartawan Gedung Putih terkait pernyataan bulat dari semua 17 badan intelijen yang menemukan bahwa hanya pejabat Rusia paling senior yang bisa melakukan hal ini. "Itu sudah cukup jelas bahwa mereka mengacu pada pejabat paling senior pemerintah di Rusia," kata Earnest.
Sementara itu penasihat keamanan nasional untuk komunikasi strategis Presiden Obama, Ben Rhodes, pun mengamini hal ini.
"Saya tidak berpikir bahwa konsekuensi dari apa yang dilakukan oleh pemerintah Rusia saat ini tidak mungkin tidak diketahui oleh Vladimir Putin," katanya.
(ian)