Menlu China Tegaskan Prinsip Satu China Harga Mati
A
A
A
PARIS - Prinsip satu China adalah dasar untuk mengembangkan hubungan dengan China dan tidak ada negara yang dapat pengecualian untuk aturan tersebut. Demikian yang dikatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi saat bertemu koleganya Menlu Prancis Jean-Marc Ayrault.
Berbicara dengan Ayrault, Wang Yi mengatakan masalah Taiwan menyangkut kedaulatan dan integritas wilayah China. "Prinsip satu China adalah prasyarat dan dasar untuk negara-negara lain guna mengembangkan hubungan mereka dengan China," kata Wang Yi dalam pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri China.
"Dan bahwa ketika datang masalah penting ini apakah benar atau salah, tidak ada negara yang mendapat pengecualian," tegas Wang Yi sembari menambahkan ia menghargai sikap Ayrault yang menghargai prinsip satu China seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/12/2016).
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump telah membuat China murka setelah menerima telepon dari Presiden Taiwan, yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya. Belum berhenti sampai di situ, Trump mengeluarkan pernyataan meragukan kebijakan hampir empat dekade Washington untuk mengakui Taiwan adalah bagian dari satu China.
Baca juga:
Trump: Saya Tidak Ingin Didikte China
Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya di bawah kendalinya. China menganggap kemerdekaan Taiwan kemerdekaan adalah masalah yang serius.
Berbicara dengan Ayrault, Wang Yi mengatakan masalah Taiwan menyangkut kedaulatan dan integritas wilayah China. "Prinsip satu China adalah prasyarat dan dasar untuk negara-negara lain guna mengembangkan hubungan mereka dengan China," kata Wang Yi dalam pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri China.
"Dan bahwa ketika datang masalah penting ini apakah benar atau salah, tidak ada negara yang mendapat pengecualian," tegas Wang Yi sembari menambahkan ia menghargai sikap Ayrault yang menghargai prinsip satu China seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/12/2016).
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump telah membuat China murka setelah menerima telepon dari Presiden Taiwan, yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya. Belum berhenti sampai di situ, Trump mengeluarkan pernyataan meragukan kebijakan hampir empat dekade Washington untuk mengakui Taiwan adalah bagian dari satu China.
Baca juga:
Trump: Saya Tidak Ingin Didikte China
Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya di bawah kendalinya. China menganggap kemerdekaan Taiwan kemerdekaan adalah masalah yang serius.
(ian)