Modernisasi Alutsista Rusia Bikin Kecut Barat
A
A
A
LONDON - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengucurkan dana miliaran pound untuk memodernisasi alutsista angkatan laut dan udaranya. Mantan perwira top Inggris menyebut Rusia tengah bersiap untuk melancarkan invasi besar-besaran.
Selama ini, alutsista milik Rusia diwarisi dari era Soviet produksi tahun 1970-an dan 1980-an dan baru-baru ini menjadi target peningkatan belanja dari Kremlim. Laksamana Lord West, mantan Kepala Angkatan Laut Inggris, menyimpan ketakutan Moskow bisa membangun kampanye di luar negeri, meskipun ekonominya tengah berjuang.
"Mereka telah benar-benar modernisasi kekuatan mereka. Mereka jauh lebih berbahaya sekarang. Kami harus bertanya-tanya apa yang terjadi. Belanja militer mereka tidak berkelanjutan. Itu akan berujung pada hancurnya ekonomi atau mencari ke luar negeri," katanya seperti dikutip dari Express, Jumat (16/12/2016).
Ia menambahkan bahwa Vladimir Putin memahami kekuasaan dan Barat harus menunjukkan itu adalah kekuatan besar yang akan siap untuk digunakan.
Namun pakar lain, Alex Kokcharov, mengklaim kekuatan militer Rusia masih terdiri dari sejumlah senjata berkarat. Ia mengatakan Barat tidak perlu takut dengan bekas negara adidaya itu meski angkatan bersenjatanya telah banyak ditingkatkan, banyak elemen yang usang.
"Banyak uang dihabiskan untuk memodernisasi militer dan latihan di bagian tertentu, namun perubahan ini belum mengganti seluruhnya. Kapal induk Admiral Kuznetsov yang dikirim ke Suriah adalah contoh utama. Itu adalah teknologi Soviet yang sangat tua. Konstruksinya dimulai pada awal 1980-an," katanya.
"Rusia hanya akan terlibat dalam operasi militer kecil seperti Georgia dan Ukraina. Putin dan Kremlin tahu sejumlah besar kegagalan akan merusak kredibilitan Putin. Tidak akan ada konflik besar-besaran," imbuhnya.
Pernyataan ini muncul setelah jet Rusia jatuh ke Mediterania saat mencoba untuk mendarat. Pesawat jet jenis MiG-29K terjun ke laut setelah lepas landas dari kapal induk Admiral Kuznetsov.
Selama ini, alutsista milik Rusia diwarisi dari era Soviet produksi tahun 1970-an dan 1980-an dan baru-baru ini menjadi target peningkatan belanja dari Kremlim. Laksamana Lord West, mantan Kepala Angkatan Laut Inggris, menyimpan ketakutan Moskow bisa membangun kampanye di luar negeri, meskipun ekonominya tengah berjuang.
"Mereka telah benar-benar modernisasi kekuatan mereka. Mereka jauh lebih berbahaya sekarang. Kami harus bertanya-tanya apa yang terjadi. Belanja militer mereka tidak berkelanjutan. Itu akan berujung pada hancurnya ekonomi atau mencari ke luar negeri," katanya seperti dikutip dari Express, Jumat (16/12/2016).
Ia menambahkan bahwa Vladimir Putin memahami kekuasaan dan Barat harus menunjukkan itu adalah kekuatan besar yang akan siap untuk digunakan.
Namun pakar lain, Alex Kokcharov, mengklaim kekuatan militer Rusia masih terdiri dari sejumlah senjata berkarat. Ia mengatakan Barat tidak perlu takut dengan bekas negara adidaya itu meski angkatan bersenjatanya telah banyak ditingkatkan, banyak elemen yang usang.
"Banyak uang dihabiskan untuk memodernisasi militer dan latihan di bagian tertentu, namun perubahan ini belum mengganti seluruhnya. Kapal induk Admiral Kuznetsov yang dikirim ke Suriah adalah contoh utama. Itu adalah teknologi Soviet yang sangat tua. Konstruksinya dimulai pada awal 1980-an," katanya.
"Rusia hanya akan terlibat dalam operasi militer kecil seperti Georgia dan Ukraina. Putin dan Kremlin tahu sejumlah besar kegagalan akan merusak kredibilitan Putin. Tidak akan ada konflik besar-besaran," imbuhnya.
Pernyataan ini muncul setelah jet Rusia jatuh ke Mediterania saat mencoba untuk mendarat. Pesawat jet jenis MiG-29K terjun ke laut setelah lepas landas dari kapal induk Admiral Kuznetsov.
(ian)