Protes Pernyataan PM May, Teheran Panggil Dubes Inggris
A
A
A
TEHERAN - Pemerintah Iran memanggil Duta Besar Inggris untuk Iran, Nicholas Hopton, Sabtu (10/12). Pemanggilan ini dilakukan untuk menyampaikan protes atas pernyataan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
Teheran menilai, May telah melakukan ‘campur tangan’, setelah PM wanita itu menyatakan akan membantu mengatasi pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah. Pernyataan ini dilontarkan May di hadapan pemimpin-pemimpin negara Teluk.
“Pernyataan yang tidak bertanggungjawab, provokatif, dan memecah belah yang dikeluarkan oleh Theresa May di KTT Teluk tidak dapat diterima dan kami menolaknya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Ghasemi, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Menurut Ghasemi, pernyataan May itu bertentangan dengan perkembangan hubungan normal Iran dan Inggris. "Diharapkan, komentar yang tidak dapat diterima tersebut, tak akan dilontarkan lagi," lanjutnya. Iran dan Inggris memang telah memperbaiki hubungan sejak 2015, yang ditandai dengan membuka kembali kedutaan masing-masing.
Iran juga mengaku heran dengan pandangan Inggris terhadap negara-negara Teluk. "Sangat disayangkan dan mengherankan, bahwa para pejabat Inggris dan Perdana Menteri telah gagal untuk mencatat, bahwa beberapa negara di kawasan menerapkan kebijakan yang jelas mendukung terorisme. Sementara kebijakan Iran di kawasan didasarkan pada perdamaian dan keamanan,” jelasnya.
Selama ini, Iran dan negara-negara Teluk pimpinan Arab Saudi memang kerap berseberangan dalam memandang isu-isu di Timur Tengah. Yang paling mencolok adalah perbedaan dalam menyikapi konflik di Suriah dan Yaman.
Teheran menilai, May telah melakukan ‘campur tangan’, setelah PM wanita itu menyatakan akan membantu mengatasi pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah. Pernyataan ini dilontarkan May di hadapan pemimpin-pemimpin negara Teluk.
“Pernyataan yang tidak bertanggungjawab, provokatif, dan memecah belah yang dikeluarkan oleh Theresa May di KTT Teluk tidak dapat diterima dan kami menolaknya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Ghasemi, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Menurut Ghasemi, pernyataan May itu bertentangan dengan perkembangan hubungan normal Iran dan Inggris. "Diharapkan, komentar yang tidak dapat diterima tersebut, tak akan dilontarkan lagi," lanjutnya. Iran dan Inggris memang telah memperbaiki hubungan sejak 2015, yang ditandai dengan membuka kembali kedutaan masing-masing.
Iran juga mengaku heran dengan pandangan Inggris terhadap negara-negara Teluk. "Sangat disayangkan dan mengherankan, bahwa para pejabat Inggris dan Perdana Menteri telah gagal untuk mencatat, bahwa beberapa negara di kawasan menerapkan kebijakan yang jelas mendukung terorisme. Sementara kebijakan Iran di kawasan didasarkan pada perdamaian dan keamanan,” jelasnya.
Selama ini, Iran dan negara-negara Teluk pimpinan Arab Saudi memang kerap berseberangan dalam memandang isu-isu di Timur Tengah. Yang paling mencolok adalah perbedaan dalam menyikapi konflik di Suriah dan Yaman.
(esn)