Presiden China Minta Tiap Universitas Dukung Partai Komunis
A
A
A
BEIJING - Presiden China Xi Jinping menuntut setiap perguruan tinggi dan universitas di China mendukung Partai Komunis, partai berkuasa di China. Permintaan Presiden Jinping ini sebagai upaya untuk memperketat kontrol pemerintah terhadap sistem pendidikan.
Xi mengatakan dalam sebuah pertemuan bahwa perguruan tinggi dan universitas harus ”melayani Partai Komunis dalam mengelola negara”.
”Kepatuhan terhadap kepemimpinan partai penting untuk pengembangan pendidikan tinggi di negara,” kata Jinping, seperti dikutip Xinhua. “China harus membangun perguruan tinggi menjadi benteng yang mematuhi kepemimpinan partai,” katanya lagi, yang dilansir Sabtu (10/12/2016).
Menurut laporan media setempat, China selalu menentang penyebaran ”nilai-nilai Barat” di lembaga pendidikan dan juga telah berkampanye melawan hal sama. Pada bulan Januari 2016, para pejabat inspektur dari divisi disiplin dan anti-korupsi partai dikirim untuk mengawasi guru yang berkomentar “tidak benar” di dalam kelas.
Langkah-langkah Partai Komunis China yang menekan dunia pendidikan di negara itu dimulai pada 2012 setelah Jinping menjadi pemimpin partai. Sejak itu, Beijing telah menempatkan aturan ketat soal kebebasan berekspresi, menahan dan memenjarakan aktivis dan pengacara, membungkam kritikus internet dan mengintensifkan pembatasan wartawan.
”Kebijakan partai dalam pendidikan harus benar-benar dilakukan, dan partai harus meningkatkan kemampuan organisasi akar rumput di sekolah untuk melakukan pekerjaan ideologi dan politik,” kata Jinping dalam pertemuan yang digelar hari Kamis, 8 Desember lalu.
Jinping yang saat ini menjadi orang kuat dan populis di China juga mengatakan bahwa guru dibutuhkan untuk menjadi “penyebar ideologi canggih” dan ”pendukung setia (partai) pemerintahan.”
Namun, jenis-jenis pembatasan dan tindakan keras ini dianggap bukan hal baru bagi orang-orang China. Silabus dan terutama pidato di universitas dikontrol ketat oleh pemerintah, karena takut protes pro-demokrasi pada tahun 1989 yang dipimpin oleh mahasiswa akan terulang.
Qiao Mu, seorang profesor kritis dari Beijing Foreign Studies University dan juga salah satu korban dari tindakan keras penguasa, mengatakan bahwa mahasiswa China telah lama memiliki nilai-nilai sosialis yang ditanamkan oleh guru. ”Mereka sudah terbiasa,” katanya.
Xi mengatakan dalam sebuah pertemuan bahwa perguruan tinggi dan universitas harus ”melayani Partai Komunis dalam mengelola negara”.
”Kepatuhan terhadap kepemimpinan partai penting untuk pengembangan pendidikan tinggi di negara,” kata Jinping, seperti dikutip Xinhua. “China harus membangun perguruan tinggi menjadi benteng yang mematuhi kepemimpinan partai,” katanya lagi, yang dilansir Sabtu (10/12/2016).
Menurut laporan media setempat, China selalu menentang penyebaran ”nilai-nilai Barat” di lembaga pendidikan dan juga telah berkampanye melawan hal sama. Pada bulan Januari 2016, para pejabat inspektur dari divisi disiplin dan anti-korupsi partai dikirim untuk mengawasi guru yang berkomentar “tidak benar” di dalam kelas.
Langkah-langkah Partai Komunis China yang menekan dunia pendidikan di negara itu dimulai pada 2012 setelah Jinping menjadi pemimpin partai. Sejak itu, Beijing telah menempatkan aturan ketat soal kebebasan berekspresi, menahan dan memenjarakan aktivis dan pengacara, membungkam kritikus internet dan mengintensifkan pembatasan wartawan.
”Kebijakan partai dalam pendidikan harus benar-benar dilakukan, dan partai harus meningkatkan kemampuan organisasi akar rumput di sekolah untuk melakukan pekerjaan ideologi dan politik,” kata Jinping dalam pertemuan yang digelar hari Kamis, 8 Desember lalu.
Jinping yang saat ini menjadi orang kuat dan populis di China juga mengatakan bahwa guru dibutuhkan untuk menjadi “penyebar ideologi canggih” dan ”pendukung setia (partai) pemerintahan.”
Namun, jenis-jenis pembatasan dan tindakan keras ini dianggap bukan hal baru bagi orang-orang China. Silabus dan terutama pidato di universitas dikontrol ketat oleh pemerintah, karena takut protes pro-demokrasi pada tahun 1989 yang dipimpin oleh mahasiswa akan terulang.
Qiao Mu, seorang profesor kritis dari Beijing Foreign Studies University dan juga salah satu korban dari tindakan keras penguasa, mengatakan bahwa mahasiswa China telah lama memiliki nilai-nilai sosialis yang ditanamkan oleh guru. ”Mereka sudah terbiasa,” katanya.
(mas)