Muncul Petisi Jadikan Hillary Clinton Presiden AS
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah petisi yang mendukung Hillary Clinton untuk menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) dan membatalkan kemenangan Donald Trump dalam pemilu kemarin muncul di dunia maya. Petisi itu saat ini diketahui sudah ditandatangani oleh lebih dari dua juta orang.
Petisi yang diprakarsai oleh seseorang bernama Elijah Berg itu berisi seruan kepada seluruh electoral college untuk mengabaikan hasil pemilu kemarin, dan memilih Hillary dalam electoral vote pada Desember mendatang.
"Kami menyerukan kepada pada elector untuk mengabaikan pilihan orang-orang di negara merekadan memberikan suara mereka untuk Hillary," bunyi petisi tersebut, seperti dilansir Metro pada Sabtu (12/11).
"Trump tidak layak untuk menjadi Presiden. Dia menjadi kambing hitam dari banyak tindakan impulsif dan intimidasi warga AS. Dia berbohong, mengakui sejarah kekerasan seksual, dan kurangnya pengalaman membuatnya berbahaya bagi negara," sambungnya.
Seperti diketahui, di AS ada dua macam jenis pemilihan, yakni popular vote yang digelar 8 November lalu, dan electoral vote yang akan digelar pada tanggal 19 Desember mendatang. Tidak banyak yang mengetahui, penentuan sebenarnya dari siapa yang akan menjadi Presiden AS adalah pada tanggal 19 Desember mendatang.
Namun, sejauh ini baru empat kali terjadi perbedaan hasil antara popular vote dengan electoral vote. Perbedaan terakhir terjadi pada tahun 2000 lalu, dimana Gerge W Bush yang kalah dari Al Gore dalam popular vote, berhasil meraih kemenangan dalam electoral vote, yang pada akhirnya membuat Bush menjadi Presiden AS ke-43.
Petisi yang diprakarsai oleh seseorang bernama Elijah Berg itu berisi seruan kepada seluruh electoral college untuk mengabaikan hasil pemilu kemarin, dan memilih Hillary dalam electoral vote pada Desember mendatang.
"Kami menyerukan kepada pada elector untuk mengabaikan pilihan orang-orang di negara merekadan memberikan suara mereka untuk Hillary," bunyi petisi tersebut, seperti dilansir Metro pada Sabtu (12/11).
"Trump tidak layak untuk menjadi Presiden. Dia menjadi kambing hitam dari banyak tindakan impulsif dan intimidasi warga AS. Dia berbohong, mengakui sejarah kekerasan seksual, dan kurangnya pengalaman membuatnya berbahaya bagi negara," sambungnya.
Seperti diketahui, di AS ada dua macam jenis pemilihan, yakni popular vote yang digelar 8 November lalu, dan electoral vote yang akan digelar pada tanggal 19 Desember mendatang. Tidak banyak yang mengetahui, penentuan sebenarnya dari siapa yang akan menjadi Presiden AS adalah pada tanggal 19 Desember mendatang.
Namun, sejauh ini baru empat kali terjadi perbedaan hasil antara popular vote dengan electoral vote. Perbedaan terakhir terjadi pada tahun 2000 lalu, dimana Gerge W Bush yang kalah dari Al Gore dalam popular vote, berhasil meraih kemenangan dalam electoral vote, yang pada akhirnya membuat Bush menjadi Presiden AS ke-43.
(esn)