ISIS Kobarkan Pembantaian Tepat saat Pilpres Amerika
A
A
A
WASHINGTON - Kelompok ISIS mengobarkan kepada para pendukungnya untuk membantai rakyat Amerika Serikat (AS) tepat pada hari pemungutan suara pemilihan presiden (pilpres), Selasa (8/11/2016) waktu AS atau Rabu (9/11/2016) WIB. ISIS juga menyerukan warga Muslim AS untuk tidak memberikan suaranya dalam pilpres.
Target ISIS dalam ancaman itu adalah warga AS yang memberikan suaranya ke tempat pemungutan suara (TPS). Ancaman terbaru kelompok ISIS atau Islamic State dilaporkan oleh situs kelompok pemantau terorisme SITE yang merujuk pada artikel yang diterbitkan oleh media center ISIS, Al Hayat.
Ancaman mengerikan ISIS ini muncul setelah FBI menyelidiki adanya rencana serangan teror besar sebelum Pemilu AS di beberapa negara bagian. Penyelidikan FBI ini terkait rencana serangan teror besar-besaran oleh al-Qaeda terhadap negara bagian Texas, New York dan Virginia. Hanya saja, lokasi serangan yang direncanakan itu belum diketahui.
“Militan telah datang untuk membantai Anda dan menghancurkan kotak suara Anda,” bunyi ancaman ISIS dalam artikel itu. Dalam artikel itu, ISIS menganggap tidak ada perbedaan antara Partai Republik dan Partai Demokrat di AS soal kebijakan terhadap Islam dan warga Muslim AS.
Ancaman tersebut datang ketika kandidat presiden Partai Demokrat Hillary Clinton dan rivalnya dari Partai Republik Donald Trump bersaing keras merebut simpati rakyat AS menjelang pemungutan suara.
“Komunitas kontraterorisme dan keamanan dalam negeri tetap waspada untuk mempertahankan diri terhadap serangan di sini, di Amerika Serikat,” kata pihak FBI melalui seorang juru bicara kepada CBS News mengacu pada ancaman serangan al-Qaeda terhadap tiga negara bagian AS.
”FBI, bekerja dengan (aparat keamanan) federal, negara bagian dan rekan-rekan lokal kami, dan mempelajari (informasi) intelijen setiap hari, dan akan terus bekerja sama dengan penegak hukum dan mitra komunitas intelijen untuk mengidentifikasi dan mengganggu setiap potensi ancaman terhadap keselamatan publik,” lanjut juru bicara FBI.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS juga sedang memindai sistem Pemilu yang rentan selama tahapan pemilihan presiden AS. Para pakar keamanan cyber dan para pejabat AS sudah menyatakan bahwa serangan cyber berpotensi mengubah hasil Pemilu di wilayah terpencil, karena sebagian mesin voting tidak terhubung ke internet.
Target ISIS dalam ancaman itu adalah warga AS yang memberikan suaranya ke tempat pemungutan suara (TPS). Ancaman terbaru kelompok ISIS atau Islamic State dilaporkan oleh situs kelompok pemantau terorisme SITE yang merujuk pada artikel yang diterbitkan oleh media center ISIS, Al Hayat.
Ancaman mengerikan ISIS ini muncul setelah FBI menyelidiki adanya rencana serangan teror besar sebelum Pemilu AS di beberapa negara bagian. Penyelidikan FBI ini terkait rencana serangan teror besar-besaran oleh al-Qaeda terhadap negara bagian Texas, New York dan Virginia. Hanya saja, lokasi serangan yang direncanakan itu belum diketahui.
“Militan telah datang untuk membantai Anda dan menghancurkan kotak suara Anda,” bunyi ancaman ISIS dalam artikel itu. Dalam artikel itu, ISIS menganggap tidak ada perbedaan antara Partai Republik dan Partai Demokrat di AS soal kebijakan terhadap Islam dan warga Muslim AS.
Ancaman tersebut datang ketika kandidat presiden Partai Demokrat Hillary Clinton dan rivalnya dari Partai Republik Donald Trump bersaing keras merebut simpati rakyat AS menjelang pemungutan suara.
“Komunitas kontraterorisme dan keamanan dalam negeri tetap waspada untuk mempertahankan diri terhadap serangan di sini, di Amerika Serikat,” kata pihak FBI melalui seorang juru bicara kepada CBS News mengacu pada ancaman serangan al-Qaeda terhadap tiga negara bagian AS.
”FBI, bekerja dengan (aparat keamanan) federal, negara bagian dan rekan-rekan lokal kami, dan mempelajari (informasi) intelijen setiap hari, dan akan terus bekerja sama dengan penegak hukum dan mitra komunitas intelijen untuk mengidentifikasi dan mengganggu setiap potensi ancaman terhadap keselamatan publik,” lanjut juru bicara FBI.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS juga sedang memindai sistem Pemilu yang rentan selama tahapan pemilihan presiden AS. Para pakar keamanan cyber dan para pejabat AS sudah menyatakan bahwa serangan cyber berpotensi mengubah hasil Pemilu di wilayah terpencil, karena sebagian mesin voting tidak terhubung ke internet.
(mas)