Israel Punya 200 Bom Nuklir, AS Bungkam dan Tak Jatuhkan Sanksi
A
A
A
WASHINGTON - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell mengungkap bahwa Israel memiliki 200 bom nuklir yang semuanya ditargetkan pada Teheran, sehingga Iran tidak akan berani menggunakan atau membuat satu pun bom nuklir. Meski demikian, Pentagon AS diam dan tidak menjatuhkan sanksi pada Israel seperti yang dilakukan terhadap Iran dan Korea Utara (Korut).
Pengakuan Powell itu muncul dalam dokumen e-mail-nya yang ditulis tahun 2015. Dokumen itu bocor setelah e-mail Powell diretas hacker yang diduga berasal dari Rusia.
Situs whistleblower DCLeaks telah mem-posting bocoran dokumen e-mail Powell sejak hari Rabu lalu. Powell melalui juru bicaranya, Peggy Cifrino, menegaskan bahwa e-mail yang diretas otentik atau asli.
Baca:
Bocoran E-Mail Colin Powell: Israel Punya 200 Bom Nukllir!
E-mail atau surat elektronik Powell itu ditulis untuk Jeffrey Leeds, rekan bisnis Powell yang juga donatur utama Partai Demokrat. E-mail Powell itu menunjukkan sikap ambigu Israel perihal kepemilikan bom nuklir, di mana negara Yahudi itu selama bertahun-tahun tidak membenarkan maupun menyangkal kepemilikan bom nuklir.
”Pokoknya, Iran tidak dapat menggunakan satu, bahkan jika mereka akhirnya membuat satu (bom nuklir)” bunyi dokumen e-mail Powell yang ditulis untuk Leeds pada tanggal 3 Maret 2015. Surat itu ditulis Powell ketika perundingan nuklir Teheran antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) berlangsung.
“Anak-anak di Teheran tahu Israel memiliki 200 (bom nuklir), semua ditargetkan pada Teheran, dan kami memiliki ribuan. Seperti (Presiden Iran, Mahmoudin Ahmedinejad katakana); ‘Apa yang akan kita lakukan dengan satu (bom nuklir), memolesnya?’,” lanjut surat Powell yang disertai kutipan Ahmadinejad.
Surat Powell ini ditulis beberapa saat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pidato berapi-api di depan Kongres AS, di mana dia mengecam kesepakatan nuklir Iran dan enam negara kekuatan dunia. Kesepakatan itu dicapai bulan Juli 2015, di mana Iran bersedia mengekang program nuklirnya dengan imbalan sanksi atau embargo terhadap Iran dicabut.
Departemen Luar Negeri AS bungkam saat dimintai konfirmasi oleh wartawan Russia Today, Caleb Maupin, perihal pengakuan Powell, yang dilansir semalam (16/9/2016). Pentagon melalui juru bicaranya, John Kirby, juga bungkam. Kirby menolak menjawab apakah AS harus menjatuhkan sanksi kepada Israel seperti yang dilakukan terhadap Iran dan Korut.
Jika AS bersikap adil, semestinya Israel juga dijatuhi sanksi seperti Iran dan Korut karena negara Yahudi itu diduga melakukan pelanggaran. Yakni, Israel bukan negara Non-Proliferation Treaty (NPT) nuklir (bukan penandatangan perjanjian proliferasi nuklir).
Laporan Israel memiliki bom nuklir sebenarnya juga pernah diungkap Federasi Ilmuwan Amerika dalam laporannya tahun 2014. Laporan itu menyebut Israel memiliki 80 hingga 400 bom nuklir, meski penulis laporan meyakini angka akuratnya mendekati 80 bom nuklir.
Baca juga:
Bantuan Gila-gilan AS Rp501 Triliun Bisa Bikin Sistem Rudal Israel Kian Kuat
Alih-alih bersuara keras terhadap Israel yang disebut Powell memiliki 200 bom nuklir, AS pada hari Rabu lalu justru sepakat memberikan bantuan militer gila-gilaan pada Israel senilai USD38 miliar atau senilai Rp501 triliun untuk 10 tahun ke depan.
Pengakuan Powell itu muncul dalam dokumen e-mail-nya yang ditulis tahun 2015. Dokumen itu bocor setelah e-mail Powell diretas hacker yang diduga berasal dari Rusia.
Situs whistleblower DCLeaks telah mem-posting bocoran dokumen e-mail Powell sejak hari Rabu lalu. Powell melalui juru bicaranya, Peggy Cifrino, menegaskan bahwa e-mail yang diretas otentik atau asli.
Baca:
Bocoran E-Mail Colin Powell: Israel Punya 200 Bom Nukllir!
E-mail atau surat elektronik Powell itu ditulis untuk Jeffrey Leeds, rekan bisnis Powell yang juga donatur utama Partai Demokrat. E-mail Powell itu menunjukkan sikap ambigu Israel perihal kepemilikan bom nuklir, di mana negara Yahudi itu selama bertahun-tahun tidak membenarkan maupun menyangkal kepemilikan bom nuklir.
”Pokoknya, Iran tidak dapat menggunakan satu, bahkan jika mereka akhirnya membuat satu (bom nuklir)” bunyi dokumen e-mail Powell yang ditulis untuk Leeds pada tanggal 3 Maret 2015. Surat itu ditulis Powell ketika perundingan nuklir Teheran antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) berlangsung.
“Anak-anak di Teheran tahu Israel memiliki 200 (bom nuklir), semua ditargetkan pada Teheran, dan kami memiliki ribuan. Seperti (Presiden Iran, Mahmoudin Ahmedinejad katakana); ‘Apa yang akan kita lakukan dengan satu (bom nuklir), memolesnya?’,” lanjut surat Powell yang disertai kutipan Ahmadinejad.
Surat Powell ini ditulis beberapa saat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pidato berapi-api di depan Kongres AS, di mana dia mengecam kesepakatan nuklir Iran dan enam negara kekuatan dunia. Kesepakatan itu dicapai bulan Juli 2015, di mana Iran bersedia mengekang program nuklirnya dengan imbalan sanksi atau embargo terhadap Iran dicabut.
Departemen Luar Negeri AS bungkam saat dimintai konfirmasi oleh wartawan Russia Today, Caleb Maupin, perihal pengakuan Powell, yang dilansir semalam (16/9/2016). Pentagon melalui juru bicaranya, John Kirby, juga bungkam. Kirby menolak menjawab apakah AS harus menjatuhkan sanksi kepada Israel seperti yang dilakukan terhadap Iran dan Korut.
Jika AS bersikap adil, semestinya Israel juga dijatuhi sanksi seperti Iran dan Korut karena negara Yahudi itu diduga melakukan pelanggaran. Yakni, Israel bukan negara Non-Proliferation Treaty (NPT) nuklir (bukan penandatangan perjanjian proliferasi nuklir).
Laporan Israel memiliki bom nuklir sebenarnya juga pernah diungkap Federasi Ilmuwan Amerika dalam laporannya tahun 2014. Laporan itu menyebut Israel memiliki 80 hingga 400 bom nuklir, meski penulis laporan meyakini angka akuratnya mendekati 80 bom nuklir.
Baca juga:
Bantuan Gila-gilan AS Rp501 Triliun Bisa Bikin Sistem Rudal Israel Kian Kuat
Alih-alih bersuara keras terhadap Israel yang disebut Powell memiliki 200 bom nuklir, AS pada hari Rabu lalu justru sepakat memberikan bantuan militer gila-gilaan pada Israel senilai USD38 miliar atau senilai Rp501 triliun untuk 10 tahun ke depan.
(mas)