Eks Pembunuh Bayaran: Duterte Perintahkan Bunuh 1.000 Penjahat
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, secara pribadi dituduh memerintahkan pembunuhan di luar hukum terhadap sekitar 1.000 orang yang dituduh sebagai penjahat pada 1993. Tuduhan itu disampaikan, seorang saksi yang pernah jadi pembunuh bayaran saat Duterte masih menjadi Walikota Davao.
Edgar Matobato, mantan pembunuh bayaran anggota Davao Death Squad (DDS) membuat tuduhan itu saat dia dihadirkan sebagai saksi dalam Sidang Komite Senat untuk Keadilan dan HAM, Kamis (15/9/2016).
”Mereka dibunuh seperti ayam,” ujarnya. Tuduhan ini akan jadi batu sandungan bagi Duterte yang sedang gencar mengobarkan perang melawan narkoba. Perang narkoba oleh Pemerintah Duterte yang dimulai sejak Juni lalu telah menewaskan sekitar 3 ribu orang.
Matobato juga mengaku terlibat penculikan terhadap 50 orang yang dia sebut juga perintah dari Duterte. ”Tugas kami adalah untuk membunuh penjahat seperti pengedar narkoba, pemerkosa, penjambret,” kata Matobato.
Selain itu, dia juga mengaku membunuh orang-orang yang dituduh teroris di Davao. Beberapa korban dia mutilasi dan dikubur dalam makam tak bertanda. Matobato dihadirkan dalam sidang senat oleh Senator Filipina Leila de Lima yang telah berseteru dengan Duterte.
Pihak Malacanang (Istana Kepresidenan Filipina) membantah tuduhan dari Matobato. Menteri Komunikasi Filipina, Martin Andanar, mengatakan bahwa dia percaya Duterte tidak memerintahkan hal semacam itu saat dia aktif sebagai Walikota Davao.
“Komisi Hak Asasi Manusia sudah melakukan penyelidikan (beberapa) tahun yang lalu, ketika presiden masih jadi walikota, dan dakwaan tidak diajukan, mereka tidak melihat bukti langsung,” kata Andanar, seperti dikutip CNN Philippines.
Edgar Matobato, mantan pembunuh bayaran anggota Davao Death Squad (DDS) membuat tuduhan itu saat dia dihadirkan sebagai saksi dalam Sidang Komite Senat untuk Keadilan dan HAM, Kamis (15/9/2016).
”Mereka dibunuh seperti ayam,” ujarnya. Tuduhan ini akan jadi batu sandungan bagi Duterte yang sedang gencar mengobarkan perang melawan narkoba. Perang narkoba oleh Pemerintah Duterte yang dimulai sejak Juni lalu telah menewaskan sekitar 3 ribu orang.
Matobato juga mengaku terlibat penculikan terhadap 50 orang yang dia sebut juga perintah dari Duterte. ”Tugas kami adalah untuk membunuh penjahat seperti pengedar narkoba, pemerkosa, penjambret,” kata Matobato.
Selain itu, dia juga mengaku membunuh orang-orang yang dituduh teroris di Davao. Beberapa korban dia mutilasi dan dikubur dalam makam tak bertanda. Matobato dihadirkan dalam sidang senat oleh Senator Filipina Leila de Lima yang telah berseteru dengan Duterte.
Pihak Malacanang (Istana Kepresidenan Filipina) membantah tuduhan dari Matobato. Menteri Komunikasi Filipina, Martin Andanar, mengatakan bahwa dia percaya Duterte tidak memerintahkan hal semacam itu saat dia aktif sebagai Walikota Davao.
“Komisi Hak Asasi Manusia sudah melakukan penyelidikan (beberapa) tahun yang lalu, ketika presiden masih jadi walikota, dan dakwaan tidak diajukan, mereka tidak melihat bukti langsung,” kata Andanar, seperti dikutip CNN Philippines.
(mas)