Penasihat Trump Dukung Pernyataan Netanyahu Soal Palestina

Senin, 12 September 2016 - 13:43 WIB
Penasihat Trump Dukung...
Penasihat Trump Dukung Pernyataan Netanyahu Soal Palestina
A A A
WASHINGTON - Penasihat Donald Trump untuk hubungan Amerika Serikat (AS) dan Israel, David Friedman mengecam pemerintah Amerika Serikat (AS) atas reaksi terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal Palestina. Dia menuturkan, tidak ada yang salah dengan pernyataan Netanyahu.
"Palestina ingin Israel menyerap banyak 'pengungsi' - orang yang tidak pernah tinggal di Israel dan yang nenek moyangnya tidak pernah dipaksa untuk meninggalkan Israel - sementara mereka yang disebut 'negara' diperlukan untuk menjadi, seperti Nazi mengatakan, judenrein (tanpa Yahudi ). Ini adalah posisi yang sama sekali rasis dan anti-Semit," kata Friedman, seperti dilansir Arutz Sheva pada Senin (12/9).
"Warga Arab hidup dan bekerja berdampingan dengan Israel di Negara Israel. Mereka menikmati hak asasi manusia dan sipil terkuat di wilayah tersebut, dan memiliki akses ke perawatan kesehatan kelas dunia. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk orang-orang Arab untuk hidup di Timur Tengah selain di Israel. Dengan latar belakang pemikiran ini, Perdana Menteri Israel benar mengamati bahwa permintaan Palestina untuk menghapus semua orang Yahudi dari tanah leluhur mereka di Yudea dan Samaria tidak kekurangan suatu upaya pembersihan etnis. Departemen Luar Negeri harus malu reaksi sesat mereka untuk pernyataan Netanyahu," sambungnya.
Dia juga menuturkan, pemerintah AS di bawah pimpina Barack Obama telah kehilangan kredibilitas mereka di Timur Tengah. Ini, lanjut Friedman, disebabkan oleh sikap lunak AS pada Palestina, yang dalam pandangan Friedman selalu menolak solusi dua negara yang digaungkan oleh AS.
"AS sering mengacu pada solusi dunia sebagai dua negara untuk dua bangsa. Tanggapan Palestina adalah satu negara untuk dua bangsa (Israel) dan negara kedua hanya untuk orang Arab Palestina. Hal ini tidak mengherankan bahwa Departemen Luar Negeri di bawah Hillary Clinton dan Barack Obama telah kehilangan kredibilitas di wilayah tersebut," tukasnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7964 seconds (0.1#10.140)