Kunjungi Crimea, Putin Sebut Aksi Ukraina Pemicu Ketegangan
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menyambangi Crimea, sehari setelah militer Rusia melakukan latihan perang di wilayah itu. Dalam kesempatan itu, Putin mengatakan dia berharap Ukraina dapat melihat dengan akal sehat ketika tiba saatnya untuk mengatasi krisis diplomatik di semenanjung itu.
Hal itu dikatakan Putin saat membuka pertemuan Dewan Keamanannya di sebuah pangkalan udara di dekat pelabuhan angkatan laut Sevastopol. Ini adalah kunjungan pertama Putin ke Crimea sejak terjadinya ketegangan di wilayah tersebut.
"Jelas bahwa kami telah berkumpul untuk alasan setelah kejadian yang buruk, setelah kami menggagalkan upaya kelompok penyabot tentara Ukraina untuk masuk ke wilayah (kami)," katanya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/8/2016).
"Berdasarkan semua laporan, mitra kami di Kiev telah memutuskan untuk meningkatkan situasi. Kami semua akrab dengan metode eskalasi ini. Ini cara-cara lama dan kadang-kadang berhasil digunakan tetapi tidak selalu. Saya berharap bahwa ini tidak menjadi pilihan akhir dan bahwa akal sehat akan menang," imbuhnya.
Semenanjung Crimea memanas setelah FSB Rusia melaporkan bahwa agen-agen intelijen Ukraina meluncurkan serangan sabotase di Crimea. Putin menyebut Ukraina sudah beralih ke praktik “terorisme”. Ia pun mengatakan Moskow akan mengambil langkah-langkah keamanan tambahan setelah serangan di Crimea berhasil digagalkan.
Namun Presiden Ukraina Petro Poroshenko membantah tudingan Rusia tersebut. Dalam sebuah pernyataan, pria yang baru saja melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia itu menegaskan, Kiev mengutuk keras segala macam aksi terorisme.
Hal itu dikatakan Putin saat membuka pertemuan Dewan Keamanannya di sebuah pangkalan udara di dekat pelabuhan angkatan laut Sevastopol. Ini adalah kunjungan pertama Putin ke Crimea sejak terjadinya ketegangan di wilayah tersebut.
"Jelas bahwa kami telah berkumpul untuk alasan setelah kejadian yang buruk, setelah kami menggagalkan upaya kelompok penyabot tentara Ukraina untuk masuk ke wilayah (kami)," katanya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/8/2016).
"Berdasarkan semua laporan, mitra kami di Kiev telah memutuskan untuk meningkatkan situasi. Kami semua akrab dengan metode eskalasi ini. Ini cara-cara lama dan kadang-kadang berhasil digunakan tetapi tidak selalu. Saya berharap bahwa ini tidak menjadi pilihan akhir dan bahwa akal sehat akan menang," imbuhnya.
Semenanjung Crimea memanas setelah FSB Rusia melaporkan bahwa agen-agen intelijen Ukraina meluncurkan serangan sabotase di Crimea. Putin menyebut Ukraina sudah beralih ke praktik “terorisme”. Ia pun mengatakan Moskow akan mengambil langkah-langkah keamanan tambahan setelah serangan di Crimea berhasil digagalkan.
Namun Presiden Ukraina Petro Poroshenko membantah tudingan Rusia tersebut. Dalam sebuah pernyataan, pria yang baru saja melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia itu menegaskan, Kiev mengutuk keras segala macam aksi terorisme.
(ian)