NATO Prihatin dengan Kehadiran Rusia di Suriah
A
A
A
BRUSSELS - Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mengungkapkan keprihatinannya dengan kehadiran Rusia yang signifikan di Suriah yang bertujuan untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad. Hal itu diungkapkan juru bicara NATO ditengah laporan tentang penggunaan lapangan udara di Iran oleh jet Rusia.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah menggunakan lapangan terbang Hamadan, Iran, dalam operasi anti ISIS di Suriah. Selain untuk memperluas upaya anti-terorisme, hal ini dilakukan untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan oleh operasi anti-teror tersebut.
"Kehadiran militer Rusia yang signifikan yang ditujukan untuk mendukung rezim Assad menyebabkan keprihatinan. Fakta bahwa sebagian besar serangan udara Rusia adalah kelompok oposisi moderat tidak membantu untuk mengurangi risiko dan tantangan bagi keamanan regional," kata juru bicara NATO tersebut.
Juru bicara itu menambahkan bahwa NATO sedang melakukan upaya untuk menemukan solusi politik untuk konflik Suriah. "NATO sendiri tidak berpartisipasi dalam operasi anti Daesh, posisi ini tetap tidak akan berubah," kata juru bicara menggunakan istilah Arab untuk ISIS seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (18/8/2016).
Untuk diketahui meski NATO menetapkan kebijakan untuk tidak ikut campur dalam perang melawan ISIS di Suriah, namun sejumlah negara anggotanya ikut bergabung dalam koalisi anti ISIS pimpinan Amerika Serikat macam Inggris dan Prancis.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah menggunakan lapangan terbang Hamadan, Iran, dalam operasi anti ISIS di Suriah. Selain untuk memperluas upaya anti-terorisme, hal ini dilakukan untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan oleh operasi anti-teror tersebut.
"Kehadiran militer Rusia yang signifikan yang ditujukan untuk mendukung rezim Assad menyebabkan keprihatinan. Fakta bahwa sebagian besar serangan udara Rusia adalah kelompok oposisi moderat tidak membantu untuk mengurangi risiko dan tantangan bagi keamanan regional," kata juru bicara NATO tersebut.
Juru bicara itu menambahkan bahwa NATO sedang melakukan upaya untuk menemukan solusi politik untuk konflik Suriah. "NATO sendiri tidak berpartisipasi dalam operasi anti Daesh, posisi ini tetap tidak akan berubah," kata juru bicara menggunakan istilah Arab untuk ISIS seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (18/8/2016).
Untuk diketahui meski NATO menetapkan kebijakan untuk tidak ikut campur dalam perang melawan ISIS di Suriah, namun sejumlah negara anggotanya ikut bergabung dalam koalisi anti ISIS pimpinan Amerika Serikat macam Inggris dan Prancis.
(ian)