ISIS-Taliban Sepakat Perangi Pasukan Afghanistan yang Dibantu AS
A
A
A
KABUL - Setelah terlibat pertempuran sengit satu sama lain selama lebih dari satu tahun, militan ISIS dan Taliban setuju untuk melakukan gencatan senjata. Keduanya sepakat bahu membahu memerangi pasukan pemerintah Afghanistan yang dibantu Amerika Serikat (AS).
Pasukan pemerintah Afghanistan telah menggunakan persiangan antara ISIS dan Taliban untuk mendorong pasukan kelompok Taliban keluar dari wilayah yang berada di bawah kendali mereka. Namun, beberapa bulan lalu konflik kedua kelompok teroris berakhir. Keduanya diyakini telah mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata.
"Mereka (ISIS) berjuang dalam pertempuran mematikan dengan Taliban sebelumnya. Tapi selama dua bulan terakhir, belum ada pertempuran di antara mereka," kata pemimpin pasukan Afghanistan di sebelah timur negara itu, Mohammad Zaman Waziri, dikutip dari Russia Today, Selasa (9/8/2016).
Menurut laporan media Al-Qaeda, gencatan senjata diantara kedua kelompok dimanfaatkan ISIS untuk mengumpulkan kembali anggotanya. Mereka juga berkonsentrasi memerangai pasukan Afghanistan di provinsi Nangarhar dan Kunar yang digunakan untuk menjadi benteng bagi kelompok militan itu.
Menurut pakar Timur Tengah Ali Rizk persentase yang mendukung aliansi resmi atau gencatan senjata dengan ISIS di tubuh Taliban sangat besar. "Tentu saja pemimpin Taliban, Akhtar Mansuri, dianggap cukup sayap kanan mungkin lebih dekat ke ISIS dari beberapa elemen lainnya dalam kelompok itu," kata Rizk.
Sedangkan pihak yang mengalami kekalahan terbesar dalam situasi ini adalah pemerintahan Obama yang banyak berinvestasi di Afghanistan. "Untuk Obama, meninggalkan kantor dengan yang ada semacam aliansi antara bagian dari Taliban dan ISIS itu kemunduran yang sangat besar karena Obama selalu mengatakan itu adalah bukanlah perang seperti di Irak, dimana ia selaku keberatan," kata Rizk.
Pasukan pemerintah Afghanistan telah menggunakan persiangan antara ISIS dan Taliban untuk mendorong pasukan kelompok Taliban keluar dari wilayah yang berada di bawah kendali mereka. Namun, beberapa bulan lalu konflik kedua kelompok teroris berakhir. Keduanya diyakini telah mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata.
"Mereka (ISIS) berjuang dalam pertempuran mematikan dengan Taliban sebelumnya. Tapi selama dua bulan terakhir, belum ada pertempuran di antara mereka," kata pemimpin pasukan Afghanistan di sebelah timur negara itu, Mohammad Zaman Waziri, dikutip dari Russia Today, Selasa (9/8/2016).
Menurut laporan media Al-Qaeda, gencatan senjata diantara kedua kelompok dimanfaatkan ISIS untuk mengumpulkan kembali anggotanya. Mereka juga berkonsentrasi memerangai pasukan Afghanistan di provinsi Nangarhar dan Kunar yang digunakan untuk menjadi benteng bagi kelompok militan itu.
Menurut pakar Timur Tengah Ali Rizk persentase yang mendukung aliansi resmi atau gencatan senjata dengan ISIS di tubuh Taliban sangat besar. "Tentu saja pemimpin Taliban, Akhtar Mansuri, dianggap cukup sayap kanan mungkin lebih dekat ke ISIS dari beberapa elemen lainnya dalam kelompok itu," kata Rizk.
Sedangkan pihak yang mengalami kekalahan terbesar dalam situasi ini adalah pemerintahan Obama yang banyak berinvestasi di Afghanistan. "Untuk Obama, meninggalkan kantor dengan yang ada semacam aliansi antara bagian dari Taliban dan ISIS itu kemunduran yang sangat besar karena Obama selalu mengatakan itu adalah bukanlah perang seperti di Irak, dimana ia selaku keberatan," kata Rizk.
(ian)