Mantan Pejabat CIA: Putin Jadikan Trump Agen Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Seorang mantan pejabat CIA menyerang Donald Trump dengan menyebutnya sebagai bahwa bagi keamanan nasional. Ia mengatakan Presiden Vladimir Putin telah membuat calon presiden dari Partai Republik itu menjadi "agen tanpa disadari" dari Rusia.
Putin telah menyanjung Trump dalam posisi yang menguntungkan Rusia, kata mantan wakil direktur CIA Michael Morell dalam sebuah opini di The New York Times. "Dalam dunia intelijen, kita akan mengatakan bahwa Putin telah merekrut Trump sebagai agen Federasi Rusia tanpa disadarinya," katanya seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (5/8/2016).
Morell tidak memberikan bukti untuk pernyataannya, tapi ia mengatakan Putin telah menggunakan keterampilan dari masa lalunya sebagai anggota intelijen untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi kerentanan dalam individu.
"Itulah apa yang dia lakukan di awal pendahuluan. Putin memainkan kerentanan pada Trump dengan memujinya. Dia menjawab seperti yang diperhitungkan oleh Putin," tulis Morell yang menyatakan dukungannya terhadap Hillary Clinton.
Tudingan Morell ini dibantah oleh tim kampanye Trump dan balik menyerangnya dengan menghubungkan mantan perwira CIA ini dengan respon publik terhadap pemerintahan Obama setelah serangan September 2012 di Benghazi, Libya. Saat itu duta besar AS dan tiga orang Amerika lainnya tewas.
"Hitung berapa banyak wartawan akan menge-tweet hari ini bahwa Michael Morell berbohong untuk #CrookedHillary untuk menutupi Benghazi," kata tim kampanye Trump dalam pesan Twitter.
Putin telah menyanjung Trump dalam posisi yang menguntungkan Rusia, kata mantan wakil direktur CIA Michael Morell dalam sebuah opini di The New York Times. "Dalam dunia intelijen, kita akan mengatakan bahwa Putin telah merekrut Trump sebagai agen Federasi Rusia tanpa disadarinya," katanya seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (5/8/2016).
Morell tidak memberikan bukti untuk pernyataannya, tapi ia mengatakan Putin telah menggunakan keterampilan dari masa lalunya sebagai anggota intelijen untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi kerentanan dalam individu.
"Itulah apa yang dia lakukan di awal pendahuluan. Putin memainkan kerentanan pada Trump dengan memujinya. Dia menjawab seperti yang diperhitungkan oleh Putin," tulis Morell yang menyatakan dukungannya terhadap Hillary Clinton.
Tudingan Morell ini dibantah oleh tim kampanye Trump dan balik menyerangnya dengan menghubungkan mantan perwira CIA ini dengan respon publik terhadap pemerintahan Obama setelah serangan September 2012 di Benghazi, Libya. Saat itu duta besar AS dan tiga orang Amerika lainnya tewas.
"Hitung berapa banyak wartawan akan menge-tweet hari ini bahwa Michael Morell berbohong untuk #CrookedHillary untuk menutupi Benghazi," kata tim kampanye Trump dalam pesan Twitter.
(ian)