Mengenal Tank Man Turki, Sosok Heroik Pelawan Kudeta Militer
A
A
A
ANKARA - Metin Dogan nama pria Turki 40 tahun ini. Dia telungkup di depan tank tentara Turki yang melakukan upaya kudeta di kawasan Bandara Ataturk, Istanbul, Jumat malam.
Dogan dijuluki sebagai “tank man”, sosok pelawan kudeta militer dengan aksi tunggal yang berani. Aksinya mengingatkan sosok “tank man” China dalam insiden berdarah di lapangan Tiananmen beberapa tahun silam.
Selain telungkup di depan tank tempur, Dogan juga bertelanjang dada mencegat laju tank tempur seorang diri. Aksi Dogan sudah menginspirasi banyak warga Turki yang kompak menggagalkan kudeta militer terhadap Pemerintah Presiden Tayyip Erdogan.
“Melaju ke arah saya atau pergi,” teriak Dogan saat mencegat tank tempur tentara Turki. Dia mengaku tidak berpikir dua kali untuk aksi nekatnya itu, karena sudah siap mati.
”Ketika saya berbaring, saya selaras seluruh tubuh saya, karena saya ingin hati saya, otak saya, dan semua organ saya semuanya hancur sekaligus,” kata Dogan.
”Saya menunggu untuk melihat bagaimana yang kedua akan terasa. Saya tidak ingin ketinggalan satu detik. Jika saya rindu yang kedua, saya akan merasa seperti saya merindukan sesuatu yang besar, jadi saya menunggu di sana, berkonsentrasi, menunggu untuk melihat bagaimana yang kedua akan terasa karena itulah kematian,” ujarnya, menceritakan aksinya usai berbaring di depan tank kemudian berdiri di depan tank lain.
Metin Dogan bukan warga sembarangan. Dia sejatinya pernah bertugas di militer Turki ketika berusia 30-an tahun. Dia tidak ragu melawan tentara Turki, karena dia merasa apa yang dia lakukan benar. Tindakannya telah menuai pujian warga dunia, termasuk di media sosial Twitter, di mana muncul hastag #tankman yang jadi trending topic.
Awalnya, pria yang pernah studi kedokteran ini melihat tank tempur di televisi pada Jumat malam. Dia tidak membuang-buang waktu untuk turun ke jalan dan mengadang tank tentara Turki tersebut. Dia mengaku saat itu sudah benar-benar siap mati demi negaranya.
”Saya segera berbalik pada adik saya dan berkata Anda memiliki anak-anak dan keluarga, tapi saya akan pergi. Dan saya hanya pergi tanpa membiarkan mereka mengatakan apa-apa atau berpikir tentang hal itu,” katanya kepada MailOnline, Rabu (20/7/2016).
Dogan mengaku senang masih hidup. Sebab, kudeta militer Turki yang berakhir dengan kegagalan telah merenggut 290-an orang, termasuk warga sipil.
”Saya tidak pernah memilih sebelumnya dalam hidup saya. Saya tidak peduli presiden partai politik (apapun), tapi dia adalah presiden saya dan pemimpin negara saya. Saya tidak akan membiarkan pengganggu untuk mengambil alih dengan paksa,” katanya mengacu pada sosok Presiden Erdogan.
Untuk menuju lokasi bandara tempat kudeta berlangsung, Dogan harus menempuh perjalanan enam kilometer. Tapi dia berhasil mencapai tujuan dengan menumpang sepeda motor seorang anak muda yang berhasil dia yakinkan.
”Dia hanya 22 atau 23 tahun, saya menghentikan sepeda motor dan berkata 'demi Tuhan yang Maha Pengasih, tolong bawa saya ke bandara cepat'," kata Metin Dogan mengingat perkataannya pada pengemudi sepeda motor saat itu.
Ketika tiba di lokasi, Dogan mendapati situasi sudah kacau. ”Para tentara mulai menembak di udara. Tidak ada yang memprotes tapi mereka menembak. Itu hanya untuk kamera,” ucapnya.
”Saya baru saja mulai berjalan dan berlari di antara tentara dengan tank. Sudah waktunya untuk melawan,” lanjut dia.
”Saya mulai berteriak; ‘Saya seorang prajurit Turki, saya seorang prajurit dari bangsa ini, apakah Anda tentara?',” katanya.
”Mereka berteriak pada saya "kita akan menembak, kita akan menembak, menjauhlah’, dan tank akan melaju, jadi saya berbaring di depan roda kanan, jika saya mati mungkin itu menghentikan mereka,” papar Dogan.
Dogan mengaku tegang dan sudah siap menanti tubuhnya digilas tank tempur lapis baja. Aksi nekatnya berhasil mempengaruhi tentara Turki.
”Saya melihat seorang tentara dengan kepala melihat keluar dari tank,” kata Dogan. ”Dia berkata, ‘Saya mohon, saya janji kita akan pergi jika Anda pindah dari di depan tank,” ucap Dogan menirukan ucapan tentara Turki.
”Saya memberi mereka pilihan untuk melaju lebih dekat pada saya atau pergi dan mereka memilih untuk pergi,” imbuh dia. Meski aksinya dramatis dan menuai pujian banyak orang, Dogan tetap rendah hati.
Dogan dijuluki sebagai “tank man”, sosok pelawan kudeta militer dengan aksi tunggal yang berani. Aksinya mengingatkan sosok “tank man” China dalam insiden berdarah di lapangan Tiananmen beberapa tahun silam.
Selain telungkup di depan tank tempur, Dogan juga bertelanjang dada mencegat laju tank tempur seorang diri. Aksi Dogan sudah menginspirasi banyak warga Turki yang kompak menggagalkan kudeta militer terhadap Pemerintah Presiden Tayyip Erdogan.
“Melaju ke arah saya atau pergi,” teriak Dogan saat mencegat tank tempur tentara Turki. Dia mengaku tidak berpikir dua kali untuk aksi nekatnya itu, karena sudah siap mati.
”Ketika saya berbaring, saya selaras seluruh tubuh saya, karena saya ingin hati saya, otak saya, dan semua organ saya semuanya hancur sekaligus,” kata Dogan.
”Saya menunggu untuk melihat bagaimana yang kedua akan terasa. Saya tidak ingin ketinggalan satu detik. Jika saya rindu yang kedua, saya akan merasa seperti saya merindukan sesuatu yang besar, jadi saya menunggu di sana, berkonsentrasi, menunggu untuk melihat bagaimana yang kedua akan terasa karena itulah kematian,” ujarnya, menceritakan aksinya usai berbaring di depan tank kemudian berdiri di depan tank lain.
Metin Dogan bukan warga sembarangan. Dia sejatinya pernah bertugas di militer Turki ketika berusia 30-an tahun. Dia tidak ragu melawan tentara Turki, karena dia merasa apa yang dia lakukan benar. Tindakannya telah menuai pujian warga dunia, termasuk di media sosial Twitter, di mana muncul hastag #tankman yang jadi trending topic.
Awalnya, pria yang pernah studi kedokteran ini melihat tank tempur di televisi pada Jumat malam. Dia tidak membuang-buang waktu untuk turun ke jalan dan mengadang tank tentara Turki tersebut. Dia mengaku saat itu sudah benar-benar siap mati demi negaranya.
”Saya segera berbalik pada adik saya dan berkata Anda memiliki anak-anak dan keluarga, tapi saya akan pergi. Dan saya hanya pergi tanpa membiarkan mereka mengatakan apa-apa atau berpikir tentang hal itu,” katanya kepada MailOnline, Rabu (20/7/2016).
Dogan mengaku senang masih hidup. Sebab, kudeta militer Turki yang berakhir dengan kegagalan telah merenggut 290-an orang, termasuk warga sipil.
”Saya tidak pernah memilih sebelumnya dalam hidup saya. Saya tidak peduli presiden partai politik (apapun), tapi dia adalah presiden saya dan pemimpin negara saya. Saya tidak akan membiarkan pengganggu untuk mengambil alih dengan paksa,” katanya mengacu pada sosok Presiden Erdogan.
Untuk menuju lokasi bandara tempat kudeta berlangsung, Dogan harus menempuh perjalanan enam kilometer. Tapi dia berhasil mencapai tujuan dengan menumpang sepeda motor seorang anak muda yang berhasil dia yakinkan.
”Dia hanya 22 atau 23 tahun, saya menghentikan sepeda motor dan berkata 'demi Tuhan yang Maha Pengasih, tolong bawa saya ke bandara cepat'," kata Metin Dogan mengingat perkataannya pada pengemudi sepeda motor saat itu.
Ketika tiba di lokasi, Dogan mendapati situasi sudah kacau. ”Para tentara mulai menembak di udara. Tidak ada yang memprotes tapi mereka menembak. Itu hanya untuk kamera,” ucapnya.
”Saya baru saja mulai berjalan dan berlari di antara tentara dengan tank. Sudah waktunya untuk melawan,” lanjut dia.
”Saya mulai berteriak; ‘Saya seorang prajurit Turki, saya seorang prajurit dari bangsa ini, apakah Anda tentara?',” katanya.
”Mereka berteriak pada saya "kita akan menembak, kita akan menembak, menjauhlah’, dan tank akan melaju, jadi saya berbaring di depan roda kanan, jika saya mati mungkin itu menghentikan mereka,” papar Dogan.
Dogan mengaku tegang dan sudah siap menanti tubuhnya digilas tank tempur lapis baja. Aksi nekatnya berhasil mempengaruhi tentara Turki.
”Saya melihat seorang tentara dengan kepala melihat keluar dari tank,” kata Dogan. ”Dia berkata, ‘Saya mohon, saya janji kita akan pergi jika Anda pindah dari di depan tank,” ucap Dogan menirukan ucapan tentara Turki.
”Saya memberi mereka pilihan untuk melaju lebih dekat pada saya atau pergi dan mereka memilih untuk pergi,” imbuh dia. Meski aksinya dramatis dan menuai pujian banyak orang, Dogan tetap rendah hati.
(mas)