Saudi Minta Iran Jangan Politisasi Ibadah Haji
A
A
A
RIYADH - Parlemen Arab Saudi angkat bicara mengenai keputusan Iran melarang warganya untuk datang ke Saudi dan menunaikan ibadah Haji. Larangan ini dikeluarkan setelah tidak adanya kesepakatan antara Iran dan Saudi mengenai penyelengaraan ibadah Saudi.
"Tidak ada jemaah yang akan dikirim ke tempat-tempat suci Muslim; Makkah dan Madinah, karena hambatan yang diciptakan oleh para pejabat Saudi," ucap Menteri Kebudayaan Iran, Ali Jannati beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Organisasi Haji dan Umrah Iran juga turut mengecam Saudi atas tuduhan bahwa Riyadh kurang bekerjasama. “Terlalu banyak waktu telah hilang, dan sekarang sudah terlambat untuk mengatur ibadah haji," kata organisasi itu,
Menangapi hal ini, Parlemen Suadi menyebut langkah yang diambil oleh Iran itu adalah langkah politis, dan menurut mereka politisasi terhadap pelaksanaan ibadah Haji adalah suatu hal yang terlarang. Mereka mendesak Iran untuk tidak mempolitisasi ritual suci tersebut.
"Kesucian dua Masjid Suci dan tempat-tempat suci lainnya harus dipertahankan. Haji seharusnya hanya dimaksudkan untuk ritual dan ibadah," kata Parlemen Saudi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (1/6).
Ibadah haji tahunan merupakan salah satu rukun Islam. Menurut ajaran agama Islam, setiap Muslim yang mampu berkewajiban untuk berhaji ke Makkah. Namun, persoalan politik antara kedua negara itu telah merembet ke persoalan haji.
Hubungan kedua negara mulai tegang sejak konflik Suriah pecah lima tahun lalu. Iran mendukung Pemerintah Presiden Suriah Bashar Al-Assad di Damaskus, sementara Arab Saudi mendukung milisi pemberontak.
Ketegangan berlanjut ketika terjadi musibah selama pelaksanaan ibadah haji 2015 haji. Dalam tragedi robohnya tower crane di Masjidilharam dan tragedi melontar jumrah di Minna, ribuan jemaah meninggal. Penyelidikan independen oleh The Associated Press korban meninggal dalam tragedi Minna mencapai 2.411 jemaah.
Setelah musibah haji, ketegangan Iran dan Saudi semakin memanas, setelah Januari lalu Saudi mengeksekusi ulama Syiah, Nimr Baqr Al-Nimr atas tuduhan terlibat terorisme. Eksekusi bersama banyak terpidana mati lainnya itu memicu amarah massa di Iran yang menyerang dan membakar kantor Kedutaan Besar Saudi di Teheran dan Konsulat Saudi di kota lainnya. Puncaknya, Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
"Tidak ada jemaah yang akan dikirim ke tempat-tempat suci Muslim; Makkah dan Madinah, karena hambatan yang diciptakan oleh para pejabat Saudi," ucap Menteri Kebudayaan Iran, Ali Jannati beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Organisasi Haji dan Umrah Iran juga turut mengecam Saudi atas tuduhan bahwa Riyadh kurang bekerjasama. “Terlalu banyak waktu telah hilang, dan sekarang sudah terlambat untuk mengatur ibadah haji," kata organisasi itu,
Menangapi hal ini, Parlemen Suadi menyebut langkah yang diambil oleh Iran itu adalah langkah politis, dan menurut mereka politisasi terhadap pelaksanaan ibadah Haji adalah suatu hal yang terlarang. Mereka mendesak Iran untuk tidak mempolitisasi ritual suci tersebut.
"Kesucian dua Masjid Suci dan tempat-tempat suci lainnya harus dipertahankan. Haji seharusnya hanya dimaksudkan untuk ritual dan ibadah," kata Parlemen Saudi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (1/6).
Ibadah haji tahunan merupakan salah satu rukun Islam. Menurut ajaran agama Islam, setiap Muslim yang mampu berkewajiban untuk berhaji ke Makkah. Namun, persoalan politik antara kedua negara itu telah merembet ke persoalan haji.
Hubungan kedua negara mulai tegang sejak konflik Suriah pecah lima tahun lalu. Iran mendukung Pemerintah Presiden Suriah Bashar Al-Assad di Damaskus, sementara Arab Saudi mendukung milisi pemberontak.
Ketegangan berlanjut ketika terjadi musibah selama pelaksanaan ibadah haji 2015 haji. Dalam tragedi robohnya tower crane di Masjidilharam dan tragedi melontar jumrah di Minna, ribuan jemaah meninggal. Penyelidikan independen oleh The Associated Press korban meninggal dalam tragedi Minna mencapai 2.411 jemaah.
Setelah musibah haji, ketegangan Iran dan Saudi semakin memanas, setelah Januari lalu Saudi mengeksekusi ulama Syiah, Nimr Baqr Al-Nimr atas tuduhan terlibat terorisme. Eksekusi bersama banyak terpidana mati lainnya itu memicu amarah massa di Iran yang menyerang dan membakar kantor Kedutaan Besar Saudi di Teheran dan Konsulat Saudi di kota lainnya. Puncaknya, Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
(ian)