Iran Mengaku Belum Berencana Beli S-400 dari Rusia
A
A
A
TEHERAN - Iran sejauh ini belum memiliki rencana untuk membeli sistem pertahanan terbaru buatan Rusia, yakni S-400. Sebelumnya, Iran baru saja membeli sistem pertahanan S-300 dari Negeri Beruang Merah tersebut.
"Tidak, kami tidak berniat untuk melakukannya (membeli S-400)," ucap Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Hossein Dehqan saat disinggung menggenai rencana pembelian S-400, seperti dilansir Tasnim News pada (15/5).
Komentarnya itu juga muncul karena proses yang panjang untuk pembelian dan pengiriman sistem pertahanan S-300. Dimana proses pembelian sistem pertahanan tersebut membutuhkan waktu hampir delapan tahun lamanya.
Seperti diketahui, Iran telah memesan lima divisi S-300 dari Rusia dengan nilai USD800 juta pada tahun 2007. Namun pada musim gugur tahun 2010, proses ini dibatalkan, karena adanya larangan dari Presiden Dmitry Medvedev. Iran pun menggugat ke pengadilan Arbitrase di Jenewa dengan klaim hampir USD4 miliar
Namun, pada musim semi 2015, larangan tersebut dicabut oleh Presiden Vladimir Putin dan pada bulan November kontrak kembali berlaku. Awal bulan Desember, pembantu presiden pada kerjasama militer-teknis Vladimir Kozhin mengkonfirmasi informasi tersebut.
"Tidak, kami tidak berniat untuk melakukannya (membeli S-400)," ucap Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Hossein Dehqan saat disinggung menggenai rencana pembelian S-400, seperti dilansir Tasnim News pada (15/5).
Komentarnya itu juga muncul karena proses yang panjang untuk pembelian dan pengiriman sistem pertahanan S-300. Dimana proses pembelian sistem pertahanan tersebut membutuhkan waktu hampir delapan tahun lamanya.
Seperti diketahui, Iran telah memesan lima divisi S-300 dari Rusia dengan nilai USD800 juta pada tahun 2007. Namun pada musim gugur tahun 2010, proses ini dibatalkan, karena adanya larangan dari Presiden Dmitry Medvedev. Iran pun menggugat ke pengadilan Arbitrase di Jenewa dengan klaim hampir USD4 miliar
Namun, pada musim semi 2015, larangan tersebut dicabut oleh Presiden Vladimir Putin dan pada bulan November kontrak kembali berlaku. Awal bulan Desember, pembantu presiden pada kerjasama militer-teknis Vladimir Kozhin mengkonfirmasi informasi tersebut.
(esn)