Pria AS Ini Pernah Dicap Penjahat Paling Berbahaya bagi Korut
A
A
A
WASHINGTON - Kenneth Bae, pria Amerika Serikat (AS) yang belum lama ini dibebaskan dari hukuman kerja paksa di Korea Utara (Korut) mengungkap kehidupan di kamp kerja paksa. Dia pernah dianggap sebagai penjahat paling berbahaya bagi Korut karena ingin menggulingkan rezim Pyongyang dengan “doa”.
Kenneth Bae telah berkunjung ke Korut 18 kali, itu adalah kunjungan terakhirnya yang mengubah statusnya dari seorang turis menjadi tahanan politik.
Bae bekerja sebagai operator tur di negara komunis itu ketika dia ditangkap atas tuduhan berkomplot untuk menggulingkan rezim Kim Jong-un. Dia dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa pada 2013 yang sekaligus menjadi warga AS terlama yang pernah dihukum di Korut sejak Perang Korea berakhir.
Bae akhirnya menjalani kerja paksa 735 hari di kamp, sebelum akhirnya pihak berwenang Amerika berhasil membebaskannya.
Dalam wawancara pertamanya sejak pembebasannya pada 2014, pria AS ini mengaku sangat lelah menjalani kerja paksa yang dimulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00 setiap harinya—selama enam hari seminggu.
”(Saya) bekerja di lapangan, bekerja di pertanian, jadi tenaga kerja, membawa batu dan menyekop batubara,” kata pria 47 tahun itu kepad CNN. ”Semua hal-hal yang secara fisik sangat menuntut dan sangat sulit.”
Akibat kerja paksa itu, dia mengalami masalah kesehatan di bagian punggung. Namun, yang lebih menyedihkan adalah derita psikologis karena diperlakukan layaknya tahanan politik.
”Ada satu jaksa yang ditugaskan khusus untuk kasus saya. Dia datang kepada saya hampir setiap minggu, dan dia berkata kepada saya, 'Tidak ada yang ingat Anda. Anda telah dilupakan oleh orang-orang Anda, pemerintah Anda. Anda tidak akan pulang dalam waktu dekat. Anda akan berada di sini selama 15 tahun. Anda akan berusia 60 tahun sebelum Anda pulang ke rumah',” kata Bae menirukan ucapan jaksa Korut.
”Jelas itu sangat sulit,” ujarnya. Dia kehilangan banyak berat badannya selama dua tahun menjalani kerja paksa.
Bae mengatakan para tahanan berada di bawah pengawasan selama 24 jam oleh 30 penjaga kamp. Bae awalnya bekerja di perusahaan pariwisata yang berbasis di China dan ditangkap selama tur ke Korut pada bulan November 2012.
Pejabat Pyongyang menuduhnya misionaris Kristen yang melawan Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK). Dia dituding berkhotbah di gereja-gereja Amerika dan Korea Selatan, merencanakan kudeta agama, mendorong pemberontakan dan melaksanakan kampanye anti-rezim Korut.
Dia pernah membuat pengkuan bersalah, di man dia membawa hard drive portable yang mengandung materi bermusuhan atau materi-materi anti-Korut. Contoh materi itu adalah doa dan gambar dari anak-anak kelaparan di Korut.
”Mereka (para jaksa) mengatakan, 'Anda berusaha untuk menggulingkan pemerintah melalui doa dan ibadah' dan mereka benar-benar menganggap doa sebagai senjata yang melawan mereka," kata Bae dalam wawancaranya dengan CBS.
”Salah satu jaksa mengatakan kepada saya bahwa saya adalah yang terburuk, penjahat Amerika paling berbahaya yang pernah mereka ditangkap sejak Perang Korea. Saya bertanya;'Mengapa?' Dan mereka mengatakan, ‘Karena (Anda datang) tidak hanya untuk melakukan misi sendirian, Anda meminta orang lain untuk bergabung’,” lanjut Bae mengutip jawaban jaksa Korut.
Sejak itu, dia menyadari bahwa masalah keyakinanny telah membuatnya menjadi target Korut. ”Sepanjang jalan, saya menemukan diri saya menyesuaikan diri dengan kehidupan di penjara Korut, hanya bergantung pada Tuhan,” imbuh dia.
Kenneth Bae telah berkunjung ke Korut 18 kali, itu adalah kunjungan terakhirnya yang mengubah statusnya dari seorang turis menjadi tahanan politik.
Bae bekerja sebagai operator tur di negara komunis itu ketika dia ditangkap atas tuduhan berkomplot untuk menggulingkan rezim Kim Jong-un. Dia dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa pada 2013 yang sekaligus menjadi warga AS terlama yang pernah dihukum di Korut sejak Perang Korea berakhir.
Bae akhirnya menjalani kerja paksa 735 hari di kamp, sebelum akhirnya pihak berwenang Amerika berhasil membebaskannya.
Dalam wawancara pertamanya sejak pembebasannya pada 2014, pria AS ini mengaku sangat lelah menjalani kerja paksa yang dimulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00 setiap harinya—selama enam hari seminggu.
”(Saya) bekerja di lapangan, bekerja di pertanian, jadi tenaga kerja, membawa batu dan menyekop batubara,” kata pria 47 tahun itu kepad CNN. ”Semua hal-hal yang secara fisik sangat menuntut dan sangat sulit.”
Akibat kerja paksa itu, dia mengalami masalah kesehatan di bagian punggung. Namun, yang lebih menyedihkan adalah derita psikologis karena diperlakukan layaknya tahanan politik.
”Ada satu jaksa yang ditugaskan khusus untuk kasus saya. Dia datang kepada saya hampir setiap minggu, dan dia berkata kepada saya, 'Tidak ada yang ingat Anda. Anda telah dilupakan oleh orang-orang Anda, pemerintah Anda. Anda tidak akan pulang dalam waktu dekat. Anda akan berada di sini selama 15 tahun. Anda akan berusia 60 tahun sebelum Anda pulang ke rumah',” kata Bae menirukan ucapan jaksa Korut.
”Jelas itu sangat sulit,” ujarnya. Dia kehilangan banyak berat badannya selama dua tahun menjalani kerja paksa.
Bae mengatakan para tahanan berada di bawah pengawasan selama 24 jam oleh 30 penjaga kamp. Bae awalnya bekerja di perusahaan pariwisata yang berbasis di China dan ditangkap selama tur ke Korut pada bulan November 2012.
Pejabat Pyongyang menuduhnya misionaris Kristen yang melawan Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK). Dia dituding berkhotbah di gereja-gereja Amerika dan Korea Selatan, merencanakan kudeta agama, mendorong pemberontakan dan melaksanakan kampanye anti-rezim Korut.
Dia pernah membuat pengkuan bersalah, di man dia membawa hard drive portable yang mengandung materi bermusuhan atau materi-materi anti-Korut. Contoh materi itu adalah doa dan gambar dari anak-anak kelaparan di Korut.
”Mereka (para jaksa) mengatakan, 'Anda berusaha untuk menggulingkan pemerintah melalui doa dan ibadah' dan mereka benar-benar menganggap doa sebagai senjata yang melawan mereka," kata Bae dalam wawancaranya dengan CBS.
”Salah satu jaksa mengatakan kepada saya bahwa saya adalah yang terburuk, penjahat Amerika paling berbahaya yang pernah mereka ditangkap sejak Perang Korea. Saya bertanya;'Mengapa?' Dan mereka mengatakan, ‘Karena (Anda datang) tidak hanya untuk melakukan misi sendirian, Anda meminta orang lain untuk bergabung’,” lanjut Bae mengutip jawaban jaksa Korut.
Sejak itu, dia menyadari bahwa masalah keyakinanny telah membuatnya menjadi target Korut. ”Sepanjang jalan, saya menemukan diri saya menyesuaikan diri dengan kehidupan di penjara Korut, hanya bergantung pada Tuhan,” imbuh dia.
(mas)