Korban Perkosaan Dijadikan Lelucon, Capres Filipina Dihujat

Senin, 18 April 2016 - 11:34 WIB
Korban Perkosaan Dijadikan Lelucon, Capres Filipina Dihujat
Korban Perkosaan Dijadikan Lelucon, Capres Filipina Dihujat
A A A
MANILA - Calon presiden (capres) Filipina, Rodrigo Duterte, dihujat banyk pihak setelah menjadikan wanita Australia korban perkosaan dan pembunuhan sebagai lelucon. Gara-gara lelucon itu, dia anggap maniak gila yang tidak menghormati perempuan.

Dalam video yang diunggah di YouTube, Duterte membut komentar tentang nasib misionaris Australia yang diperkosa dan dibunuh ketika berada di sebuah penjara di Davao, Filipina selatan. Insiden itu terjadi ketika kerusuhan di penjara tahun 1989, di mana Duterte menjabat wali kota di wilayah itu.

Mereka memperkosa semua wanita. Ada warga Australia ini, ketika mereka membawanya keluar saya melihat wajahnya dan saya pikir, son of bitch’. Sayang sekali mereka memperkosanya, mereka semua berbaris. Saya marah dia diperkosa, tapi dia sangat cantik. Saya pikir, wali kota seharusnya yang pertama,” bunyi komentar capres Flipina ini, yang videonya ditampilkan di hadapan pendukungnya saat kampnye.

Para pendukung Duterte tertawa dengan komentar lelucon itu.

Namun, sejumlah pihak termasuk Presiden Filipina Benigno Aquino III mengutuk komentar Duterte.”Komentar mencerminkan ketidaklayakannyauntuk jadi presiden,” kata seorang juru bicara Presiden Aquino.

Capres Filipina lain atu rival Duterte, Jejomar Binay yang saat ini menjabat Wakil Presiden Filipina, dalam sebuah pernyataan menyebut Duterte "seorang maniak gila yang tidak menghormati perempuan dan tidak layak untuk menjadi presiden.”

Direktur Human Rights Watch untuk Asia, Phil Robertson, menilai komentar Duterte sebagai dukungan menjijikkan terhadap kekerasan seksual.
Menurut surat kabar nasional Philstar, Senin (18/4/2016), Kelompok Sunday Filipino Women's Gabriela menuntut permintaan maaf langsung dari capres Filipina itu.

Pemerkosaan, atau segala bentuk pelecehan seksual bukan lelucon atau sesuatu yang harus disepelekan dalam lelucon, terutama oleh pejabat publik dan terutama oleh mereka yang bercita-cita untuk jabatan tertinggi di negeri ini,” bunyi pernyataan kelompok itu.

Meski menuai hujatan, Duterte tetap menolak meminta maaf.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5768 seconds (0.1#10.140)