ISIS Latih 400 Militan untuk Membuat Eropa Berdarah-darah
A
A
A
BRUSSELS - Hanya sehari setelah serangan teror di Brussels, Belgia, yang menewaskan 34 orang, muncul laporan bahwa ISIS telah melatih 400 militan untuk menyerang dan membuat Eropa berdarah-darah.
Laporan itu bersumber dari sejumlah pejabat intelijen Eropa dan Irak yang dilansir kantor berita AP. Anggota parlemen Prancis yang mengetahui jaringan kelompok teror juga menerima informasi serupa.
Para pejabat intelijen Eropa telah membahas keprihatinan dari berbagai jenis serangan yang hampir tidak mungkin untuk dicegah.
Menurut laporan AP, Kamis (24/3/2016), kelompok Islamic State (IS) yang sudah melatih sedikitnya 400 militan telah menargetkan Eropa dalam gelombang serangan mematikan mirip serangan teror di Brussels dan Paris. Para militan kelompok itu hanya tinggal menanti perintah untuk memilih waktu, tempat dan metode untuk melakukan pembantaian maksimal.
Ratusan militan ISIS atau Daesh itu telah berada di Eropa. Pihak intelijen Eropa menyebut mereka sebagai “jaringan semiotonom”. Laporan itu juga sinkron dengan pengakuan pemimpin serangan teror Paris 13 November 2015 lalu sebelum tewas oleh serangan polisi. Pemimpin serangan teror Paris itu mengatakan bahwa kelompok multinasional dari 90 militan sudah memasuki Eropa dan tersebar di mana-mana.
Data intelijen gabungan Eropa menyatakan sekitar 5 ribu warga Eropa telah pergi ke Suriah. Sedangkan yang dilatih khusus untuk menyerang Eropa ada sekitar 400-600 militan. Sedangkan data dari intelijen Irak, menyebut ratusan militan yang dilatih ISIS itu telah menyebar di Jerman, Inggris, Italia, Denmark dan Swedia.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke seluruh Eropa.”Memperingatkan bahwa kelompok teroris terus merencanakan serangan jangka pendek di seluruh Eropa,” bunyi peringatan departemen itu.
”Pemerintah Eropa terus siaga terhadap serangan teroris dan melakukan razia untuk mengganggu plot,” lanjut peringatan Departemen Luar Negeri AS.
Dalam serangan teror di Brussels muncul nama tersangka Najim Laachraoui, yang ternyata penduduk asli Brussels. Dia lulusan teknik mesin yang mahir membuat rompi bom bunuh diri. Otoritas Prancis dan Belgia menyatakan, Laachraoui menggunakan bahan peledak yang dikenal sebagai Triacetone Triperoxide atau TATP. Bahan peledak itu dibuat dari bahan kimia rumah tangga biasa.
Sebanyak 15 kilogram TATP ditemukan di sebuah apartemen yang terkait dengan para penyerang di Brussels.
Laporan itu bersumber dari sejumlah pejabat intelijen Eropa dan Irak yang dilansir kantor berita AP. Anggota parlemen Prancis yang mengetahui jaringan kelompok teror juga menerima informasi serupa.
Para pejabat intelijen Eropa telah membahas keprihatinan dari berbagai jenis serangan yang hampir tidak mungkin untuk dicegah.
Menurut laporan AP, Kamis (24/3/2016), kelompok Islamic State (IS) yang sudah melatih sedikitnya 400 militan telah menargetkan Eropa dalam gelombang serangan mematikan mirip serangan teror di Brussels dan Paris. Para militan kelompok itu hanya tinggal menanti perintah untuk memilih waktu, tempat dan metode untuk melakukan pembantaian maksimal.
Ratusan militan ISIS atau Daesh itu telah berada di Eropa. Pihak intelijen Eropa menyebut mereka sebagai “jaringan semiotonom”. Laporan itu juga sinkron dengan pengakuan pemimpin serangan teror Paris 13 November 2015 lalu sebelum tewas oleh serangan polisi. Pemimpin serangan teror Paris itu mengatakan bahwa kelompok multinasional dari 90 militan sudah memasuki Eropa dan tersebar di mana-mana.
Data intelijen gabungan Eropa menyatakan sekitar 5 ribu warga Eropa telah pergi ke Suriah. Sedangkan yang dilatih khusus untuk menyerang Eropa ada sekitar 400-600 militan. Sedangkan data dari intelijen Irak, menyebut ratusan militan yang dilatih ISIS itu telah menyebar di Jerman, Inggris, Italia, Denmark dan Swedia.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke seluruh Eropa.”Memperingatkan bahwa kelompok teroris terus merencanakan serangan jangka pendek di seluruh Eropa,” bunyi peringatan departemen itu.
”Pemerintah Eropa terus siaga terhadap serangan teroris dan melakukan razia untuk mengganggu plot,” lanjut peringatan Departemen Luar Negeri AS.
Dalam serangan teror di Brussels muncul nama tersangka Najim Laachraoui, yang ternyata penduduk asli Brussels. Dia lulusan teknik mesin yang mahir membuat rompi bom bunuh diri. Otoritas Prancis dan Belgia menyatakan, Laachraoui menggunakan bahan peledak yang dikenal sebagai Triacetone Triperoxide atau TATP. Bahan peledak itu dibuat dari bahan kimia rumah tangga biasa.
Sebanyak 15 kilogram TATP ditemukan di sebuah apartemen yang terkait dengan para penyerang di Brussels.
(mas)