Puji Indonesia, Greg Barton Sebut Teror Bom Sarinah Keajaiban
A
A
A
CANBERRA - Ahli terorisme Australia, Profesor Greg Barton yang dikenal sebagai sosok “Indonesianis” menyebut serangan teror bom di Sarinah, Jakarta, sebagai keajaiban karena minim korban jiwa. Ketua Penelitian Islam Global di Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalisation itu memuji kesigapan pemerintah dan aparat kepolisian Indonesia dalam menangani kasus terorisme.
Barton juga menyoroti sosok Bahrun Naim yang oleh kepolisian Indonesia diduga sebagai dalang serangan teror bom di Sarinah. Bahrun Naim yang pernah tinggal di Solo, Jawa Tengah, sebelum pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) disebut polisi berambisi menjadi pemimpin ISIS Asia Tenggara.
Barton memperingatkan serangan kelompok ISIS setiap saat bisa menghantam Australia. ”Ada penangkapan yang dilakukan pada bulan Desember di Solo, pra-Natal yang terkait dengan dia (Bahrun Naim),” katanya kepada news.com.au, Jumat (15/1/2016). ”Tapi pemerintah (Indonesia) masih mampu menghentikan apa yang terjadi kemarin,” katanya lagi.
Menurut Barton, serangan teror bom di Sarinah merupakan sebuah keajaiban yang nyata. Sebab, serangan teror pada umumnya memakan banyak korban jiwa. ”Jika para penyerang memiliki akses ke senjata serbu, seperti yang mereka lakukan di Paris, jumlah korban tewas akan jauh lebih tinggi,” ujarnya.
Barton melanjutkan, fakta bahwa pihak berwenang Indonesia sedang waspada dan seseorang telah melaporkan aktivitas yang mencurigakan sebelum serangan kemarin. Serangan di Sarinah menewaskan tujuh orang, termasuk lima pelaku. Banyak warga asing juga menjadi korban luka dalam aksi teror itu.
Kelompok ISIS telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Masih menurut Barton, salah satu perhatian terbesar dunia adalah bahwa Bahrun Naim dilaporkan berada di Suriah, di mana pihak berwenang Indonesia tidak bisa menyentuhnya.
”Hal ini mengkhawatirkan, di Suriah dia dapat mengakses sumber (dari ISIS) dan relatif aman dari Pemerintah Indonesia,” ujarnya. Serangan di Sarinah, lanjut dia, hanya ingin pembuktian militan pro-ISIS bahwa mereka benar-benar ada di Indonesia.
”Ini adalah serangan pertama ISIS di Indonesia. Dia ingin serangan seperti itu dan tidak akan berhenti pada ini. Menurutnya, serangan itu bisa dengan mudah berubah beralih ke Australia dengan korban yang mungkin jauh lebih banyak.
Barton juga menyoroti sosok Bahrun Naim yang oleh kepolisian Indonesia diduga sebagai dalang serangan teror bom di Sarinah. Bahrun Naim yang pernah tinggal di Solo, Jawa Tengah, sebelum pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) disebut polisi berambisi menjadi pemimpin ISIS Asia Tenggara.
Barton memperingatkan serangan kelompok ISIS setiap saat bisa menghantam Australia. ”Ada penangkapan yang dilakukan pada bulan Desember di Solo, pra-Natal yang terkait dengan dia (Bahrun Naim),” katanya kepada news.com.au, Jumat (15/1/2016). ”Tapi pemerintah (Indonesia) masih mampu menghentikan apa yang terjadi kemarin,” katanya lagi.
Menurut Barton, serangan teror bom di Sarinah merupakan sebuah keajaiban yang nyata. Sebab, serangan teror pada umumnya memakan banyak korban jiwa. ”Jika para penyerang memiliki akses ke senjata serbu, seperti yang mereka lakukan di Paris, jumlah korban tewas akan jauh lebih tinggi,” ujarnya.
Barton melanjutkan, fakta bahwa pihak berwenang Indonesia sedang waspada dan seseorang telah melaporkan aktivitas yang mencurigakan sebelum serangan kemarin. Serangan di Sarinah menewaskan tujuh orang, termasuk lima pelaku. Banyak warga asing juga menjadi korban luka dalam aksi teror itu.
Kelompok ISIS telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Masih menurut Barton, salah satu perhatian terbesar dunia adalah bahwa Bahrun Naim dilaporkan berada di Suriah, di mana pihak berwenang Indonesia tidak bisa menyentuhnya.
”Hal ini mengkhawatirkan, di Suriah dia dapat mengakses sumber (dari ISIS) dan relatif aman dari Pemerintah Indonesia,” ujarnya. Serangan di Sarinah, lanjut dia, hanya ingin pembuktian militan pro-ISIS bahwa mereka benar-benar ada di Indonesia.
”Ini adalah serangan pertama ISIS di Indonesia. Dia ingin serangan seperti itu dan tidak akan berhenti pada ini. Menurutnya, serangan itu bisa dengan mudah berubah beralih ke Australia dengan korban yang mungkin jauh lebih banyak.
(mas)