Tegang, Iran Tuduh Saudi Culik Pejabat Teheran
A
A
A
TEHERAN - Iran dan Arab Saudi kembali bersitegang setelah Iran menuduh Saudi menculik seorang pejabatnya dalam tragedi di Mina sebulan lalu. Iran menyatakan Saudi menjadikan pejabat Teheran itu sebagai sandera perang.
Ketegangan kedua negara itu semakin memanas ketika sama-sama menghadiri perundingan damai Suriah di Wina. Seperti diketahui, Saudi menghendaki Presiden Suriah Bashar Al-Assad lengser sebagai solusi untuk mengakhiri konflik di negara itu. Sedangkan Iran mendukung Assad sebagai sekutu utamanya.
Iran menyatakan pejabatnya yang diculik di Saudi adalah Ghazanfar Roknabadi, bekas Duta Besar Iran untuk Libanon. Pejabat itu hilang ketika terjadi insiden di Mina, Arab Saudi, 24 September 2015. Pejabat itu merupakan tokoh penting dalam keterlibatan Iran di perpolitikan Libanon dan perang Suriah.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, seperti dikutip New York Times, mengatakan, Roknabadi yang bertugas di Libanon hingga 2014, terakhir masih dilihat oleh saksi mata asal Iran sesaat usai tragedi di Mina.
”Kami serius mengejar kasus Roknabadi, mantan duta besar kami untuk Beirut. Saksi memastikan melihat Roknabadi hidup sampai dia dipindahkan ke ambulan Saudi,” kata Amirabdollahian, yang dilansir Jumat (30/10/2015). Ahli forensik Iran menyatakan bahwa mereka belum menemukan kecocokan antara Roknabadi dengan sisa-sisa korban tragedi di Mina yang disajikan para pejabat Saudi.
Ada 399 warga Iran yang menjadi korban meninggal dalam tragedi di Mina. Selain itu, 65 warga Iran juga dilaporkan hilang termasuk Roknabadi.
Arab Saudi telah mengatakan bahwa 769 orang meninggal dalam tragedi di Mina. Sedangkan kantor berita The Associated Press, dalam hitungan independen melaporkan bahwa 2.177 orang meninggal dalam tragedi itu.
Para pejabat Iran kini curiga bahwa Roknabadi dan warga Iran lainnya telah diculik sebagai bagian dari ketidakpercayaan kedua negara.
”Mengingat statusnya tidak diketahui, para pejabat dari negara kita mempertimbangkan kemungkinan bahwa orang-orang ini telah diculik atau telah terjadi rencana terhadap mereka. Jadi Pemerintah Saudi dan pejabatnya harus bertanggung jawab dalam hal ini,” kata Alaeddin Boroujerdi, Kepala Komisi Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, kepada Mehr News Agency.
Ketegangan kedua negara itu semakin memanas ketika sama-sama menghadiri perundingan damai Suriah di Wina. Seperti diketahui, Saudi menghendaki Presiden Suriah Bashar Al-Assad lengser sebagai solusi untuk mengakhiri konflik di negara itu. Sedangkan Iran mendukung Assad sebagai sekutu utamanya.
Iran menyatakan pejabatnya yang diculik di Saudi adalah Ghazanfar Roknabadi, bekas Duta Besar Iran untuk Libanon. Pejabat itu hilang ketika terjadi insiden di Mina, Arab Saudi, 24 September 2015. Pejabat itu merupakan tokoh penting dalam keterlibatan Iran di perpolitikan Libanon dan perang Suriah.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, seperti dikutip New York Times, mengatakan, Roknabadi yang bertugas di Libanon hingga 2014, terakhir masih dilihat oleh saksi mata asal Iran sesaat usai tragedi di Mina.
”Kami serius mengejar kasus Roknabadi, mantan duta besar kami untuk Beirut. Saksi memastikan melihat Roknabadi hidup sampai dia dipindahkan ke ambulan Saudi,” kata Amirabdollahian, yang dilansir Jumat (30/10/2015). Ahli forensik Iran menyatakan bahwa mereka belum menemukan kecocokan antara Roknabadi dengan sisa-sisa korban tragedi di Mina yang disajikan para pejabat Saudi.
Ada 399 warga Iran yang menjadi korban meninggal dalam tragedi di Mina. Selain itu, 65 warga Iran juga dilaporkan hilang termasuk Roknabadi.
Arab Saudi telah mengatakan bahwa 769 orang meninggal dalam tragedi di Mina. Sedangkan kantor berita The Associated Press, dalam hitungan independen melaporkan bahwa 2.177 orang meninggal dalam tragedi itu.
Para pejabat Iran kini curiga bahwa Roknabadi dan warga Iran lainnya telah diculik sebagai bagian dari ketidakpercayaan kedua negara.
”Mengingat statusnya tidak diketahui, para pejabat dari negara kita mempertimbangkan kemungkinan bahwa orang-orang ini telah diculik atau telah terjadi rencana terhadap mereka. Jadi Pemerintah Saudi dan pejabatnya harus bertanggung jawab dalam hal ini,” kata Alaeddin Boroujerdi, Kepala Komisi Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, kepada Mehr News Agency.
(mas)