Rusia Ancang-ancang Tumpuk Militer di Asia Tengah
A
A
A
ASTANA - Para pemimpin negara-negara pecahan Uni Soviet berkumpul di Kazakhstan untuk menghadiri forum Commonwealth of Independent States (CIS), sebuah organisasi regional yang didominasi Rusia. Dalam forum itu, negara-negara tersebut akan meneken dokumen tentang rencana Rusia menumpuk kekuatan militer di Asia Tengah.
Dokumen itu, seperti dikutip BBC, Jumat (16/10/2015), merupakan konsep kerjasama militer CIS hingga 2020. Rusia sendiri sudah terikat perjanjian dengan Tajikistan dan Kirgistan untuk memperpanjang izin pangkalan militernya masing-masing sampai 2042 dan 2032.
Rusia juga berencana untuk memperbaharui armada pangkalan udara di Kant, Kirgistan pada tahun 2016. Hal itu akan diikuti dengan pengiriman selusin pesawat jet tempur Su-25 versi baru dan modifikasi untuk menggantikan pesawat-pesawat tua.
Rusia juga telah berjanji untuk memberikan bantuan militer sebesar USD1 miliar kepada Kirgistan. Sedangkan Tajikistan telah menerima bantuan militer Rusia, tapi nominalnya tidak diketahui.
Alexander Golts, seorang analis militer yang berbasis di Moskow, mengatakan bahwa selama latihan militer, Rusia tidak hanya melatih pasukannya tetapi juga meningkatkan kontak antara para pemimpinan politik. Tujuannya untuk bekerja pada skenario guna mendapatkan "hak sah" untuk campur tangan dari pasukan Rusia ketika terjadi konflik.
Sementara itu, Kremlin sebelumnya mengkonfirmasi bahwa peningkatan kehadiran militer di wilayah Asia Tengah tak lepas dari ancaman yang ada seperti dari militan Afghanistan dan pihak luar.
”Ada ancaman yang berkembang bahwa kelompok teroris dan ekstremis yang dapat menembus ke dalam wilayah yang berbatasan Afghanistan,” kata Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam forum Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif di Dushanbe, September lalu. Putin menambahkan bahwa situasi itu diperparah dengan munculnya ISIS di Afghanistan.
Dokumen itu, seperti dikutip BBC, Jumat (16/10/2015), merupakan konsep kerjasama militer CIS hingga 2020. Rusia sendiri sudah terikat perjanjian dengan Tajikistan dan Kirgistan untuk memperpanjang izin pangkalan militernya masing-masing sampai 2042 dan 2032.
Rusia juga berencana untuk memperbaharui armada pangkalan udara di Kant, Kirgistan pada tahun 2016. Hal itu akan diikuti dengan pengiriman selusin pesawat jet tempur Su-25 versi baru dan modifikasi untuk menggantikan pesawat-pesawat tua.
Rusia juga telah berjanji untuk memberikan bantuan militer sebesar USD1 miliar kepada Kirgistan. Sedangkan Tajikistan telah menerima bantuan militer Rusia, tapi nominalnya tidak diketahui.
Alexander Golts, seorang analis militer yang berbasis di Moskow, mengatakan bahwa selama latihan militer, Rusia tidak hanya melatih pasukannya tetapi juga meningkatkan kontak antara para pemimpinan politik. Tujuannya untuk bekerja pada skenario guna mendapatkan "hak sah" untuk campur tangan dari pasukan Rusia ketika terjadi konflik.
Sementara itu, Kremlin sebelumnya mengkonfirmasi bahwa peningkatan kehadiran militer di wilayah Asia Tengah tak lepas dari ancaman yang ada seperti dari militan Afghanistan dan pihak luar.
”Ada ancaman yang berkembang bahwa kelompok teroris dan ekstremis yang dapat menembus ke dalam wilayah yang berbatasan Afghanistan,” kata Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam forum Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif di Dushanbe, September lalu. Putin menambahkan bahwa situasi itu diperparah dengan munculnya ISIS di Afghanistan.
(mas)