China Resmikan 2 Mercusuar di Laut China Selatan
A
A
A
BEIJING - China telah merampungkan pembangunan dua mercusuar di pulau buatannya yang ada di Laut China Selatan. Pembangunan ini dilakukan di tengah munculnya ketegangan atas klaim sepihak Negara Tirai Bambu atas jalur laut tersibuk di dunia itu.
Upacara peresmian dua mercusuar itu dilakukan di lokasi pembangunan, yaitu di kepulauan Cuateron Reef dan Johnson South Reef, yang menjadi bagian dari kepulauan Spratly. Keberadaan kepulauan Spratly ini sejatinya mendapat tentangan dari Amerika Serikat dan Filipina, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (10/10/2015).
China telah mengklaim secara sepihak sebagian besar wilayah Laut China Selatan yang bisa menghasilkan pemasukan hingga USD 5 triliun per tahun. Klaim ini pun mendapat tentangan dari Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei yang juga mengklaim memiliki wilayah tersebut.
Klaim China ini juga mendapat tentangan dari AS dan telah mengisyaratkan tidak mengakui kedaulatan Beijing atas kepulauan Spratly. AS mengatakan, Angkatan Lautnya akan terus beroperasi di manapun hukum internasional berlaku.
Meski mendapat tentangan dari sejumlah negara, China dengan tegas memgatakan bahwa pembangunan gugus kepulauan Spratly bertujuan untuk membantu pencarian dan penyelamatan maritim, bantuan bencana, perlindungan lingkungan dan keamanan navigasi.
China pun bersikukuh akan terus membangun instalasi lain untuk melayani negara di kawasan itu dan menavigasi pembuluh perairan tersebut.
Upacara peresmian dua mercusuar itu dilakukan di lokasi pembangunan, yaitu di kepulauan Cuateron Reef dan Johnson South Reef, yang menjadi bagian dari kepulauan Spratly. Keberadaan kepulauan Spratly ini sejatinya mendapat tentangan dari Amerika Serikat dan Filipina, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (10/10/2015).
China telah mengklaim secara sepihak sebagian besar wilayah Laut China Selatan yang bisa menghasilkan pemasukan hingga USD 5 triliun per tahun. Klaim ini pun mendapat tentangan dari Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei yang juga mengklaim memiliki wilayah tersebut.
Klaim China ini juga mendapat tentangan dari AS dan telah mengisyaratkan tidak mengakui kedaulatan Beijing atas kepulauan Spratly. AS mengatakan, Angkatan Lautnya akan terus beroperasi di manapun hukum internasional berlaku.
Meski mendapat tentangan dari sejumlah negara, China dengan tegas memgatakan bahwa pembangunan gugus kepulauan Spratly bertujuan untuk membantu pencarian dan penyelamatan maritim, bantuan bencana, perlindungan lingkungan dan keamanan navigasi.
China pun bersikukuh akan terus membangun instalasi lain untuk melayani negara di kawasan itu dan menavigasi pembuluh perairan tersebut.
(ian)