Putin: AS Tipu DK PBB
A
A
A
NEW YORK - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali melemparkan pernyataan keras mengenai beberapa kebijakan yang telah dibuat Amerika Serikat (AS). Terakhir, Putin mengomentari kebijakan yang pernah diambil AS di Libya.
Pemimpin Negeri Beruang Merah itu berujar, AS dan sekutu Eropanya telah menipu anggota Dewan Keamanan (DK) PBB kala melakukan operasi di Libya. Menurut Putin, AS menggunakan kedok melindungi warga sipil untuk dapat memberikan dukungan pada pemberontak Suriah.
"AS dan sekutu Eropanya menipu sesama anggota DK PBB dan menggunakan mandat untuk melindungi warga sipil sebagai kedok untuk memberikan dukungan kepada pemberontak Libya dan melengserkan Ghaddafi, yang kemudian tewas," kata Putin.
Putin menambahkan, akibat kebijakan AS tersebut, kini Libya dirundung masalah yang lebih berat. Kekosongan di puncak pimpinan pemerintah Libya paska lengsernya Ghaddafi telah memunculkan perpecahan di tubuh pemerintah Libya, yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok radikal.
"Sekarang jelas bahwa kekosongan kekuasaan yang muncul di beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika Utara menyebabkan munculnya anarki. Kekosongan itu mulai dimanfaatkan oleh kelompok ekstrimis dan teroris," sambungnya.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama memang telah mengakui bahwa dirinya telah membuat kesalahan ketika AS melakukan operasi di Libya. Dirinya memgaku tidak mempertimbangkan gejolak politik paska lengsernya Ghaddafi.
Pemimpin Negeri Beruang Merah itu berujar, AS dan sekutu Eropanya telah menipu anggota Dewan Keamanan (DK) PBB kala melakukan operasi di Libya. Menurut Putin, AS menggunakan kedok melindungi warga sipil untuk dapat memberikan dukungan pada pemberontak Suriah.
"AS dan sekutu Eropanya menipu sesama anggota DK PBB dan menggunakan mandat untuk melindungi warga sipil sebagai kedok untuk memberikan dukungan kepada pemberontak Libya dan melengserkan Ghaddafi, yang kemudian tewas," kata Putin.
Putin menambahkan, akibat kebijakan AS tersebut, kini Libya dirundung masalah yang lebih berat. Kekosongan di puncak pimpinan pemerintah Libya paska lengsernya Ghaddafi telah memunculkan perpecahan di tubuh pemerintah Libya, yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok radikal.
"Sekarang jelas bahwa kekosongan kekuasaan yang muncul di beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika Utara menyebabkan munculnya anarki. Kekosongan itu mulai dimanfaatkan oleh kelompok ekstrimis dan teroris," sambungnya.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama memang telah mengakui bahwa dirinya telah membuat kesalahan ketika AS melakukan operasi di Libya. Dirinya memgaku tidak mempertimbangkan gejolak politik paska lengsernya Ghaddafi.
(esn)