Jadi Capres Butuh Rp2,9 T, Jimmy Carter Nilai Demokrasi AS Mati
A
A
A
WASHINGTON - Bekas Presiden Amerika Serikat (AS), Jimmy Carter, menilai demokrasi di AS sudah mati dan bergeser ke arah oligarki. Alasannya, untuk menjadi calon presiden (Capres) AS butuh uang sekitar USD200 juta atau sekitar Rp2,9 triliun.
Penentuan kekuasaan dengan uang itu, kata Carter, sudah melemahkan moral dan etika dasar negara AS. Keprihatinan tokoh penerima Nobel Perdamaian berusia 39 tahun itu, disampaikan dalam wawancaranya dengan Oprah Winfrey.
Carter mengaku tidak bisa mencalonkan diri sebagai presiden AS dalam lanskap politik saat ini. Karena setiap kandidat mengandalkan pundi-pundi uangnya.
”Tidak ada cara sekarang bagi Anda untuk mendapatkan nominasi (Capres) dari Partai Demokrat atau Republik tanpa bisa meningkatkan uang USD200 juta atau USD300 juta atau lebih,” kata Carter kepada Winfrey.
”Saya cenderung tidak akan melakukan itu, dan saya tidak akan mampu melakukannya,” lanjut Carter, seperti dikutip Sputnik, Kamis (24/9/2015).
Menurut Carter, membiarkan sejumlah besar uangnya untuk mempengaruhi Pemilu telah mengubah apa yang dulunya negara demokrasi menjadi oligarki, yakni bentuk struktur negara di mana kekuasaan dipegang oleh sekelompok kecil orang kaya.
”Kami sudah menjadi oligarki sekarang bukan demokrasi, dan saya pikir itu sudah kerusakan terburuk dengan standar moral dan etika dasar sistem politik Amerika yang pernah saya lihat dalam hidup saya,” ucap Carter.
Dia melanjutkan bahwa, sekarang ada jurang yang dilalui antara Partai Republik dan Demokrat, yang tidak ada pada 25 atau 30 tahun yang lalu saat dia berkantor di Gedung Putih.
Penentuan kekuasaan dengan uang itu, kata Carter, sudah melemahkan moral dan etika dasar negara AS. Keprihatinan tokoh penerima Nobel Perdamaian berusia 39 tahun itu, disampaikan dalam wawancaranya dengan Oprah Winfrey.
Carter mengaku tidak bisa mencalonkan diri sebagai presiden AS dalam lanskap politik saat ini. Karena setiap kandidat mengandalkan pundi-pundi uangnya.
”Tidak ada cara sekarang bagi Anda untuk mendapatkan nominasi (Capres) dari Partai Demokrat atau Republik tanpa bisa meningkatkan uang USD200 juta atau USD300 juta atau lebih,” kata Carter kepada Winfrey.
”Saya cenderung tidak akan melakukan itu, dan saya tidak akan mampu melakukannya,” lanjut Carter, seperti dikutip Sputnik, Kamis (24/9/2015).
Menurut Carter, membiarkan sejumlah besar uangnya untuk mempengaruhi Pemilu telah mengubah apa yang dulunya negara demokrasi menjadi oligarki, yakni bentuk struktur negara di mana kekuasaan dipegang oleh sekelompok kecil orang kaya.
”Kami sudah menjadi oligarki sekarang bukan demokrasi, dan saya pikir itu sudah kerusakan terburuk dengan standar moral dan etika dasar sistem politik Amerika yang pernah saya lihat dalam hidup saya,” ucap Carter.
Dia melanjutkan bahwa, sekarang ada jurang yang dilalui antara Partai Republik dan Demokrat, yang tidak ada pada 25 atau 30 tahun yang lalu saat dia berkantor di Gedung Putih.
(mas)