Tragedi Crane Masjidilharam, Pemerintah Saudi Dinilai Lalai
A
A
A
MEKKAH - Tragedi robohnya tower crane yang menimpa atap Masjidilharam di Mekkah, menuai kritikan keras yang ditujukan pada Pemerintah Arab Saudi. Tragedi yang telah merenggut 107 orang dan melukai ratusan lainnya dinilai sebagai kelalaian Pemerintah Saudi.
Kritikan keras itu disampaikan Irfan al-Alawi, co-founder Islamic Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekkah. Alawi bahkan membandingkan tragedi crane itu dengan insiden bom.
Dia menyalahkan Pemerintah Saudi yang berambisi memperluas Masjidilharam dengan memasang banyak tower crane yang menghadap ke masjid suci umat Islam itu.
“Mereka tidak peduli tentang warisan, dan mereka tidak peduli tentang kesehatan dan keselamatan,” kesal Alawi kepada AFP, Sabtu (12/9/2015). Alawi selama ini merupakan pengkritik keras mega proyek perluasan Masjidilharam yang mengusik situs-situs kuno yang terkait dengan Nabi Muhammad.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, mega proyek untuk memperluas masjid suci umat Islam di Mekkah, Arab Saudi itu diluncurkan pada tahun 2011 oleh almarhum Raja Abdullah (Raja Arab Saudi sebelumnya). Kemudian, pada tahun 2015, pengganti Raja Abdullah, yakni Raja Salman bin Abdulaziz menambahkan lima proyek konstruksi sebagai bagian dari ekspansi masjid.
Tujuan mega proyek Masjidilharam adalah untuk menampung lebih dari 1,6 juta jemaah. Menurut laporan kantor berita Saudi, SPA, Sabtu (12/9/2015), luasan proyek besar itu mencapai 1,47 juta meter persegi dan mencakup pembangunan 78 gerbang baru.
Proyek yang masih berlangsung itu digarap oleh perusahaan konstruksi raksasa Saudi, yakni Binladin Group. Media-media Saudi memperkirakan nilai mega proyek Masjidilharam itu mencapai USD26,6 miliar.
Kritikan keras itu disampaikan Irfan al-Alawi, co-founder Islamic Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekkah. Alawi bahkan membandingkan tragedi crane itu dengan insiden bom.
Dia menyalahkan Pemerintah Saudi yang berambisi memperluas Masjidilharam dengan memasang banyak tower crane yang menghadap ke masjid suci umat Islam itu.
“Mereka tidak peduli tentang warisan, dan mereka tidak peduli tentang kesehatan dan keselamatan,” kesal Alawi kepada AFP, Sabtu (12/9/2015). Alawi selama ini merupakan pengkritik keras mega proyek perluasan Masjidilharam yang mengusik situs-situs kuno yang terkait dengan Nabi Muhammad.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, mega proyek untuk memperluas masjid suci umat Islam di Mekkah, Arab Saudi itu diluncurkan pada tahun 2011 oleh almarhum Raja Abdullah (Raja Arab Saudi sebelumnya). Kemudian, pada tahun 2015, pengganti Raja Abdullah, yakni Raja Salman bin Abdulaziz menambahkan lima proyek konstruksi sebagai bagian dari ekspansi masjid.
Tujuan mega proyek Masjidilharam adalah untuk menampung lebih dari 1,6 juta jemaah. Menurut laporan kantor berita Saudi, SPA, Sabtu (12/9/2015), luasan proyek besar itu mencapai 1,47 juta meter persegi dan mencakup pembangunan 78 gerbang baru.
Proyek yang masih berlangsung itu digarap oleh perusahaan konstruksi raksasa Saudi, yakni Binladin Group. Media-media Saudi memperkirakan nilai mega proyek Masjidilharam itu mencapai USD26,6 miliar.
(mas)