Sekolah Indonesia di Saudi, Tak Bedakan Status Anak TKI
A
A
A
RIYADH - Kuasa Usaha Add Interim (KUAI) Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di Riyadh, Arab Saudi, Sunarko mengatakan, pendidikan bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah salah satu fokus pemerintah Indonesia saat ini. Menurut Sunarko, dana yang sangat besar sudah dikucurkan untuk mendanai sekolah-sekolah Indonesia yang berada di Saudi.
Dirinya menuturkan, pemerintah Indonesia sudah memiliki beberapa sekolah di Saudi. Namun, sayangnya belum semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai.
"Di Jeddah ada Sekolah Indonesia Jeddah, di Riyadh kita punya sekolah Indonesia Riyadh, yang diutamakan dan dikhususkan bagi anak-anak TKI. Saat ini jumlah muridnya sekitar 800 sampai 900," kata Sunarko kala ditemui Sindonews di Riyadh, Sabtu (5/9/2015).
"Itu merupakan fokus kita tahun ini. Misalnya, kita mencoba mendatangkan guru dari Indonesia, kurikulum Indonesia. Nah, yang kita usahakan saat ini adalah memiliki gedung yang representatif, yang layak, yang pantas untuk kegiatan belajar mengajak anak-anak," sambungnya.
Selain bersekolah, lanjutnya, anak-anak TKI juga diajarkan kegiatan lain, sejenis ekstrakulikuler di sekolah Indonesia. Mereka diajari bermain musik, khususnya musik tradisional Indonesia, seperti gamelan, dan beberapa kegiatan ekstrakulikuler lainnya.
Sunarko juga menegaskan, pihaknya tidak pernah memebedakan status seorang anak. Apakah sang anak berasal dari orang tua yang berstatus TKI legal atau ilegal. Selama anak itu memiliki orang tua asal Indonesia, maka dia diterima di sekolah yang dibiayai oleh pemerintah Indonesia.
Dirinya menuturkan, pemerintah Indonesia sudah memiliki beberapa sekolah di Saudi. Namun, sayangnya belum semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai.
"Di Jeddah ada Sekolah Indonesia Jeddah, di Riyadh kita punya sekolah Indonesia Riyadh, yang diutamakan dan dikhususkan bagi anak-anak TKI. Saat ini jumlah muridnya sekitar 800 sampai 900," kata Sunarko kala ditemui Sindonews di Riyadh, Sabtu (5/9/2015).
"Itu merupakan fokus kita tahun ini. Misalnya, kita mencoba mendatangkan guru dari Indonesia, kurikulum Indonesia. Nah, yang kita usahakan saat ini adalah memiliki gedung yang representatif, yang layak, yang pantas untuk kegiatan belajar mengajak anak-anak," sambungnya.
Selain bersekolah, lanjutnya, anak-anak TKI juga diajarkan kegiatan lain, sejenis ekstrakulikuler di sekolah Indonesia. Mereka diajari bermain musik, khususnya musik tradisional Indonesia, seperti gamelan, dan beberapa kegiatan ekstrakulikuler lainnya.
Sunarko juga menegaskan, pihaknya tidak pernah memebedakan status seorang anak. Apakah sang anak berasal dari orang tua yang berstatus TKI legal atau ilegal. Selama anak itu memiliki orang tua asal Indonesia, maka dia diterima di sekolah yang dibiayai oleh pemerintah Indonesia.
(esn)