Kisah Pilu Pahlawan Devisa di Negeri Kaya Minyak
A
A
A
RIYADH - Hingga kini, Arab Saudi masih tetap menjadi salah satu negara tujuan utama para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk mengais rejeki. Iming-iming gaji besar, dan kemudahan untuk menjalankan ibadah umrah dan haji menjadi salah satu faktor mengapa Saudi menjadi tujuan kerja para pahlawan devisa tersebut.
Eksodus TKI dari berbagai daerah di Indonesia terus terjadi, walaupun moratorium sudah diterapkan kepada Saudi. Hingga kini, kisah sedih dan sukses mengiringi langkah kaki para TKI. Mulai dari gaji yang tidak dibayarkan, menjadi korban perdagangan manusia, korban perkosaan, dan masih banyak kejadian tidak mengenakan lainnya yang dialami para TKI.
Seperti cerita Endang Sunarti, seorang TKI asal Ciamis yang ditemui Sindonews di tempat penampungan TKI di Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) di Jeddah, Rabu (2/9/2015). Sembari terduduk dengan lesu, dirinya mengaku mengalami lumpuh setelah mendapat tindak kekerasan dari sang majikan. Endang menuturkan, dirinya didorong oleh sang majikan, yang membuatnya pinggulnya terbentur meja dan menyebaban keretakan pada tunggal panggulnya.
"Saya ditampar, lalu didorong oleh majikan saya. Pinggul saya kena meja, yang membuat saya mendadak tiba bisa bergerak," papar wanita paruh baya tersebut, sambil memijat-mijat kaki kananya.
Menurut Endang, sang majikan adalah seorang pensiunan polisi di Jizan, dan memiliki sedikit gangguan psikologis. Kejadian terakhir yang membuatnya lumpuh sementara bukanlah aksi kekerasan pertama yang dia alami.
Sebelumnya, Endang juga kerap dipukul menggunakan sapu. "Sudah delapan gagang sapu patah di punggung ini," tuturnya, sembari mempraktikan bagaimana sang majikan kala melakukan penyiksaan terhadap dirinya.
Lain Endang, lain pula kisah yang dialami oleh Sutini, yang juga penghuni penampungan KJRI Jeddah. Gaji TKI asal Jawa Barat ini tidak dibayar oleh majikannya. Ironisnya, bukan satu atau dua tahun, melainkan sudah 10 tahun dirinya tidak menerima bayaran dari sang majikan. Sutini menyebut, total gaji yang tidak dibayarkan mencapai 90 ribu Riyal, atau sekitar Rp 270 juta.
Wanita yang memiliki raut muka teduh tersebut menuturkan, saat ini kasus yang menimpa dirinya tengah diproses, dan sudah hampir selesai. Ketika ditanya apakah paska menerima gaji, ia ingin kembali bekerja di Saudi, Sutini mengaku tak ingin lagi menjadi TKI. "Saya ingin pulang aja, kumpul bareng keluarga dan cucu," ucapnya.
Sutini dan Endang adalah dua dari sekitar 55 penghuni penampungan KJRI Jeddah. Mereka hanyalah sebagian kecil dari TKI bermasalah di Saudi yang beruntung bisa mendatangi KJRI dan mendapatkan perlindungan di sana.
Sementara TKI lainnya, ada yang ditampung oleh oknum-oknum nakal, yang tidak jarang menjadikan para TKI malang tersebut sebagai komiditi untuk diperdagangkan.
Eksodus TKI dari berbagai daerah di Indonesia terus terjadi, walaupun moratorium sudah diterapkan kepada Saudi. Hingga kini, kisah sedih dan sukses mengiringi langkah kaki para TKI. Mulai dari gaji yang tidak dibayarkan, menjadi korban perdagangan manusia, korban perkosaan, dan masih banyak kejadian tidak mengenakan lainnya yang dialami para TKI.
Seperti cerita Endang Sunarti, seorang TKI asal Ciamis yang ditemui Sindonews di tempat penampungan TKI di Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) di Jeddah, Rabu (2/9/2015). Sembari terduduk dengan lesu, dirinya mengaku mengalami lumpuh setelah mendapat tindak kekerasan dari sang majikan. Endang menuturkan, dirinya didorong oleh sang majikan, yang membuatnya pinggulnya terbentur meja dan menyebaban keretakan pada tunggal panggulnya.
"Saya ditampar, lalu didorong oleh majikan saya. Pinggul saya kena meja, yang membuat saya mendadak tiba bisa bergerak," papar wanita paruh baya tersebut, sambil memijat-mijat kaki kananya.
Menurut Endang, sang majikan adalah seorang pensiunan polisi di Jizan, dan memiliki sedikit gangguan psikologis. Kejadian terakhir yang membuatnya lumpuh sementara bukanlah aksi kekerasan pertama yang dia alami.
Sebelumnya, Endang juga kerap dipukul menggunakan sapu. "Sudah delapan gagang sapu patah di punggung ini," tuturnya, sembari mempraktikan bagaimana sang majikan kala melakukan penyiksaan terhadap dirinya.
Lain Endang, lain pula kisah yang dialami oleh Sutini, yang juga penghuni penampungan KJRI Jeddah. Gaji TKI asal Jawa Barat ini tidak dibayar oleh majikannya. Ironisnya, bukan satu atau dua tahun, melainkan sudah 10 tahun dirinya tidak menerima bayaran dari sang majikan. Sutini menyebut, total gaji yang tidak dibayarkan mencapai 90 ribu Riyal, atau sekitar Rp 270 juta.
Wanita yang memiliki raut muka teduh tersebut menuturkan, saat ini kasus yang menimpa dirinya tengah diproses, dan sudah hampir selesai. Ketika ditanya apakah paska menerima gaji, ia ingin kembali bekerja di Saudi, Sutini mengaku tak ingin lagi menjadi TKI. "Saya ingin pulang aja, kumpul bareng keluarga dan cucu," ucapnya.
Sutini dan Endang adalah dua dari sekitar 55 penghuni penampungan KJRI Jeddah. Mereka hanyalah sebagian kecil dari TKI bermasalah di Saudi yang beruntung bisa mendatangi KJRI dan mendapatkan perlindungan di sana.
Sementara TKI lainnya, ada yang ditampung oleh oknum-oknum nakal, yang tidak jarang menjadikan para TKI malang tersebut sebagai komiditi untuk diperdagangkan.
(esn)