Rusia Tak Setujui Usulan AS Soal Masa Depan Irak
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan, pihaknya sangat melawan ide yang dikemukakan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden soal Irak. Orang kedua di AS itu menyarankan adanya partisi di Irak, satu sisi diberikan untuk kaum Syiah, sisi lain diberikan kaum Suni, dan sisi lainnya diberikan kepada Kurdi.
Lavrov menekankan, apa yang dia sebut sebagai manipulasi struktur sebuah negara adalah hal yang sudah usang. Dirinya berpendapat, masa depan Irak berada di tangan masyarakat Irak, dan bukan oleh pihak luar.
"Kami tidak akan pernah mengadopsi posisi yang disuarakan tanpa kendali oleh Wakil Presiden AS, Joe Biden, yang mengatakan secara langsung bahwa Irak harus dipecah menjadi bagian Syiah, Sunni dan Kurdi harus diberikan wilayah seperti yang mereka inginkan," ucap Lavrov, seperti dilansir Russia Today pada Selasa (25/8/2015).
Diplomat senior Rusia itu menilai apa yang dikatakan oleh Biden sebagai sesuatu hal yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima. "Dirinya, seorang yang berasal dari luar Irak mencoba mengajarkan masyarakat Irak apa yang baik bagi mereka dan apa yang tidak," ucapnya.
"Kami tidak akan melakukan hal-hal seperti itu, mengatakan Sunni harus keluar dan mendesak Syiah bergerak pada waktu berikutnya. Ini adalah rekayasa sosial, manipulasi struktur negara yang coba dilakukan dari jauh," sambunnya.
Kami percaya bahwa rakyat Irak - Syiah, Sunni dan Kurdi - harus memutuskan sendiri bagaimana cara hidup dan masa depan mereka," imbuhnya.
Lavrov menekankan, apa yang dia sebut sebagai manipulasi struktur sebuah negara adalah hal yang sudah usang. Dirinya berpendapat, masa depan Irak berada di tangan masyarakat Irak, dan bukan oleh pihak luar.
"Kami tidak akan pernah mengadopsi posisi yang disuarakan tanpa kendali oleh Wakil Presiden AS, Joe Biden, yang mengatakan secara langsung bahwa Irak harus dipecah menjadi bagian Syiah, Sunni dan Kurdi harus diberikan wilayah seperti yang mereka inginkan," ucap Lavrov, seperti dilansir Russia Today pada Selasa (25/8/2015).
Diplomat senior Rusia itu menilai apa yang dikatakan oleh Biden sebagai sesuatu hal yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima. "Dirinya, seorang yang berasal dari luar Irak mencoba mengajarkan masyarakat Irak apa yang baik bagi mereka dan apa yang tidak," ucapnya.
"Kami tidak akan melakukan hal-hal seperti itu, mengatakan Sunni harus keluar dan mendesak Syiah bergerak pada waktu berikutnya. Ini adalah rekayasa sosial, manipulasi struktur negara yang coba dilakukan dari jauh," sambunnya.
Kami percaya bahwa rakyat Irak - Syiah, Sunni dan Kurdi - harus memutuskan sendiri bagaimana cara hidup dan masa depan mereka," imbuhnya.
(esn)