Dituduh Tanam Ranjau, Korut Anggap Korsel Nyatakan Perang
![Dituduh Tanam Ranjau,...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2015/08/15/40/1033367/dituduh-tanam-ranjau-korut-anggap-korsel-nyatakan-perang-oJ5-thumb.jpg)
Dituduh Tanam Ranjau, Korut Anggap Korsel Nyatakan Perang
A
A
A
PYONGYANG - Pemerintah Korea Utara (Korut) pada Sabtu (15/8/2015) tidak terima dituduh Korea Selatan (Korsel) telah menanam ranjau di zona demiliterisasi (DMZ) yang melukai dua tentara Korsel. Korut menganggap tuduhan Korsel itu sebagai bentuk propaganda anti-Korut untuk menyatakan perang.
Pihak Pyongyang juga menuntut Seoul berhenti melakukan siaran propaganda anti-Korut dengan “pengeras suara” di sepanjang perbatasan kedua negara.
Ketegangan di Semenanjung Korea telah meningkat sejak ledakan ranjau darat di DMZ pekan lalu. Sejak ledakan ranjau darat itu, militer Amerika Serikat (AS) dan Korsel mempersiapkan diri untuk memulai latihan perang bersama tahunan. (Baca: Ledakkan Ranjau di DMZ, Korsel Ancam Rezim Kim Jong-un)
Situasi itu juga dipanaskan dengan ancaman Korsel yang siap melakukan balasan atas ledakan ranjau darat yang melukai dua tentaranya. Sejak ledakan ranjau itu, Korsel mulai menyuarakan propaganda anti-Korut di wilayah perbatasan. Padahal, propaganda anti-Korut itu sudah ditangguhkan Korsel sejak tahun 2004 silam.
”Dimulainya kembali siaran (propaganda anti-Korut) adalah tindakan langsung menyatakan perang terhadap DPRK,” kata pihak Front Komando Tentara Rakyat Korea dalam sebuah pernyataan yang dilansir kantor berita KCNA. DPRK adalah nama resmi Korut, yakni singkatan dari Democratic People Republic of Korea.
“Kegagalan untuk menghentikan siaran itu akan mengakibatkan tindakan militer untuk meledakkan semuanya, untuk perang psikologi anti-Korut,” lanjut peringatan Front Komando Tentara Rakyat Korea.
Sementara itu, Presiden Korsel, Park Geun-hye, mengatakan bahwa Seoul akan menanggapi provokasi apapun. ”Provokasi dan ancaman hanya menyebabkan isolasi dan kehancuran,” katanya dalam pidato memperingati 70 tahun berakhirnya kekuasaan kolonial Jepang di Semenanjung Korea.
Pihak Pyongyang juga menuntut Seoul berhenti melakukan siaran propaganda anti-Korut dengan “pengeras suara” di sepanjang perbatasan kedua negara.
Ketegangan di Semenanjung Korea telah meningkat sejak ledakan ranjau darat di DMZ pekan lalu. Sejak ledakan ranjau darat itu, militer Amerika Serikat (AS) dan Korsel mempersiapkan diri untuk memulai latihan perang bersama tahunan. (Baca: Ledakkan Ranjau di DMZ, Korsel Ancam Rezim Kim Jong-un)
Situasi itu juga dipanaskan dengan ancaman Korsel yang siap melakukan balasan atas ledakan ranjau darat yang melukai dua tentaranya. Sejak ledakan ranjau itu, Korsel mulai menyuarakan propaganda anti-Korut di wilayah perbatasan. Padahal, propaganda anti-Korut itu sudah ditangguhkan Korsel sejak tahun 2004 silam.
”Dimulainya kembali siaran (propaganda anti-Korut) adalah tindakan langsung menyatakan perang terhadap DPRK,” kata pihak Front Komando Tentara Rakyat Korea dalam sebuah pernyataan yang dilansir kantor berita KCNA. DPRK adalah nama resmi Korut, yakni singkatan dari Democratic People Republic of Korea.
“Kegagalan untuk menghentikan siaran itu akan mengakibatkan tindakan militer untuk meledakkan semuanya, untuk perang psikologi anti-Korut,” lanjut peringatan Front Komando Tentara Rakyat Korea.
Sementara itu, Presiden Korsel, Park Geun-hye, mengatakan bahwa Seoul akan menanggapi provokasi apapun. ”Provokasi dan ancaman hanya menyebabkan isolasi dan kehancuran,” katanya dalam pidato memperingati 70 tahun berakhirnya kekuasaan kolonial Jepang di Semenanjung Korea.
(mas)