Fakta Baru Keterlibatan Rusia dalam Konflik Ukraina
A
A
A
MOSKOW - Oposisi Rusia merilis sebuah laporan yang menunjukan keterlibatan Rusia dalam perang di Ukraina. Dalam laporan itu disebutkan besaran dana yang dikucurkan Rusia untuk mendukung Rusia, hingga berapa banyak pasukan Rusia yang telah tewas akibat turut berperang di Ukraina timur.
"Moskow menghabiskan lebih dari 53 miliar rubel (sekitar Rp. 12 triliun) untuk mendukung separatis di Ukraina timur dan setidaknya 220 tentara Rusia tewas dalam pertempuran di sana," bunyi laporan tersebut, seperti dilansir Channel News Asia pada Selasa (12/5/2015).
Pihak oposisi juga mengungkap alasan mengapa informasi seputar banyaknya pasukan Rusia yang tewas tidak pernah muncul kepada publik. Menurut mereka, dalam laporan itu Kremlin menggelontorkan sejumlah uang untuk membungkam keluarga prajurit yang tewas di Ukraina timur.
"Kerabat mereka (prajurit) menerima tiga juta rubel sebagai kompensasi asalkan mereka tidak berbicara secara terbuka tentang kematian (para prajurit Rusia)," sambungnya.
Banyak prajurit Rusia, lanjut laporan tersebut yang lebih memilih untuk mundur dari kesatuan ketika mereka mendapat perintah untuk melakukan serangan ke Ukraina timur.
Sedangkan bagi mereka yang memutuskan menerima tugas itu mendapat bayaran 9000 rubel atau sekitar Rp. 20 juta perbulan. Laporan itu sendiri merupakan proyek terakhir yang dikerjakan oleh ketua oposisi Rusia, Boris Nemtsov yang tewas ditembak beberapa waktu lalu.
Paska kematian Nemtsov, laporan itu dirampungkan oleh simpatisannya dan akhirnya dirilis pada hari ini.
Sebelumnya, sempat muncul juga sebuah laporan yang dibuat oleh aktivis HAM di Moskow. Tidak jauh berbeda dari laporan pihak oposisi, dalam laporan yang dibuat berdasarkan kesaksian mantan prajurit Rusia itu menegaskan perang Rusia dalam konflik di Ukraina.
Menurut laporan aktivis HAM Moskow, berdasarkan pengakukan salah seorang mantan prajurit yang dirahasiakan namanya disebutkan bahwa para prajurit Rusia terus diperintahkan untuk merangsek ke dalam wilayah Ukraina timur. Bagi mereka yang menolak diancam akan dijebloskan ke dalam penjara.
Laporan-laporan seperti mementahkan bantahan-bantahan yang kerap dilontarkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai keterlibatan mereka dalam konflik di Ukraina. Sekaligus semakin memperkuat argumen Barat, yang sedari awal selalu mengatakan Rusia terlibat langsung dalam konflik Ukraina timur.
"Moskow menghabiskan lebih dari 53 miliar rubel (sekitar Rp. 12 triliun) untuk mendukung separatis di Ukraina timur dan setidaknya 220 tentara Rusia tewas dalam pertempuran di sana," bunyi laporan tersebut, seperti dilansir Channel News Asia pada Selasa (12/5/2015).
Pihak oposisi juga mengungkap alasan mengapa informasi seputar banyaknya pasukan Rusia yang tewas tidak pernah muncul kepada publik. Menurut mereka, dalam laporan itu Kremlin menggelontorkan sejumlah uang untuk membungkam keluarga prajurit yang tewas di Ukraina timur.
"Kerabat mereka (prajurit) menerima tiga juta rubel sebagai kompensasi asalkan mereka tidak berbicara secara terbuka tentang kematian (para prajurit Rusia)," sambungnya.
Banyak prajurit Rusia, lanjut laporan tersebut yang lebih memilih untuk mundur dari kesatuan ketika mereka mendapat perintah untuk melakukan serangan ke Ukraina timur.
Sedangkan bagi mereka yang memutuskan menerima tugas itu mendapat bayaran 9000 rubel atau sekitar Rp. 20 juta perbulan. Laporan itu sendiri merupakan proyek terakhir yang dikerjakan oleh ketua oposisi Rusia, Boris Nemtsov yang tewas ditembak beberapa waktu lalu.
Paska kematian Nemtsov, laporan itu dirampungkan oleh simpatisannya dan akhirnya dirilis pada hari ini.
Sebelumnya, sempat muncul juga sebuah laporan yang dibuat oleh aktivis HAM di Moskow. Tidak jauh berbeda dari laporan pihak oposisi, dalam laporan yang dibuat berdasarkan kesaksian mantan prajurit Rusia itu menegaskan perang Rusia dalam konflik di Ukraina.
Menurut laporan aktivis HAM Moskow, berdasarkan pengakukan salah seorang mantan prajurit yang dirahasiakan namanya disebutkan bahwa para prajurit Rusia terus diperintahkan untuk merangsek ke dalam wilayah Ukraina timur. Bagi mereka yang menolak diancam akan dijebloskan ke dalam penjara.
Laporan-laporan seperti mementahkan bantahan-bantahan yang kerap dilontarkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai keterlibatan mereka dalam konflik di Ukraina. Sekaligus semakin memperkuat argumen Barat, yang sedari awal selalu mengatakan Rusia terlibat langsung dalam konflik Ukraina timur.
(esn)