Survei: Obama Ancaman Besar Rakyat AS Ketimbang Putin

Senin, 30 Maret 2015 - 18:22 WIB
Survei: Obama Ancaman Besar Rakyat AS Ketimbang Putin
Survei: Obama Ancaman Besar Rakyat AS Ketimbang Putin
A A A
WASHINGTON - Sebuah survei digelar di Amerika Serikat (AS), di mana Presiden Barack Obama justru dianggap ancaman besar bagi rakyat AS ketimbang Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Survei yang diikuti sekitar2.809 orang dari kubu Partai Republik dan Partai Demokrat itu digelar Reuters dan Ipsos. Dari hasil survei itu, 34 persen responden menyatakan Obama sebagai ancaman besar bagi rakyat AS.

Sedangkan 25 persen responden menyatakan Putin yang jadi ancaman, disusul Assad sebanyak 23 persen. Survei ini mengejutkan, karena AS selama ini gecar mengkritik Putin terkait krisis di Ukraina timur. AS juga gencar mengkritik Assad terkait tuduhan penggunaan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri.

Kendati demikian Obama dari waktu ke waktu semakin tidak populer di mata rakyat AS. Hal itu terkait sejumlah isu, mulai dari isu imigrasi, reformasi kebijakan perawatan dan kesehatan serta kebijakan Obama terkait konflik di Timur Tengah.

Barry Glassner, seorang sosiolog dan penulis, mengatakan kepada Reuters,Senin (30/3/2015), bahwa temuan jajak pendapat atau survei itu tidak begitu mengejutkan mengingat politik AS sudah terpolarisasi.”Ada banyak orang yang cenderung mengutuk orang-orang yang ada di kantor (pemerintah AS),” katanya.

Survei itu diikuti 1.083 orang dari Partai Demokrat dan 1.059 orang dari Partai Republik AS. Survei berlangsung dari 16-24 Maret 2015. Setiap responden diminta memberikan nilai 1 sampai 5 dari sosok individu yang dianggap paling membahayakan rakyat AS.

Secara keseluruhan, ISIS menempati urutan tertinggi sebagai piha yang dianggap paling membahayakan rakyat AS dengan angka 58 persen. Kemudian, al-Qaeda 43 persen, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un 34 persen (sama dengan skor Obama) dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei 27 persen.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4606 seconds (0.1#10.140)