China Dilaporkan Lakukan Uji Coba Rudal Hypersonic
A
A
A
LONDON - China dilaporan telah melakukan uji coba rudal hypersonic. Rudal tersebut mampu menghantam sasaran 300 mil jauhnya di udara. Rudal tersebut ditembakkan dari sebuah pesawat tempur J-16 pada awal bulan ini.
Para ahli di majalah Popular Science menganalisa gambar dari sebuah kejadian yang menunjukkan rudal raksasa berukuran 19 kaki. Salah satu ahli, Jeffrey Lin mengatakan, peluncuran rudal tersebut merupakan sebuah masalah besar. "Rudal ini akan dengan mudah terbang lebih cepat dari rudal udara ke udara milik Amerika Serikat (AS) atau NATO," katanya seperti dikutip dari laman Express, Jumat (25/11/2016).
Laporan menyebutkan jika rudal tersebut masuk dalam kategori rudal jarak jauh (VLRAAM). Rudal ini memiliki jarak tembak melebihi 186 mil, kemungkinan antara 250 hingga 310 mil. "Selain itu mesin roket VLRAAM mempunyai kecepatan hingga 6 March yang mampu menciptakan zona no escape zone (NEZ), yaitu sasaran tidak bisa melarikan diri meski dengan kecepatan supersonik seperti pesawat tempur siluman," terang Lin.
Dilengkapi dengan sistem radar baru, rudal ini diyakini memiliki daya dorong tambahan untuk melengkapi manuvernya.
Tahun lalu, sebuah jurnal ilmiah China melaporkan bahwa setelah ditembakkan oleh pesawat tempur, sebuah VLRAAM bisa terbang 15 km ke atas setinggi 30 km sebelum dipandu oleh radar jarak jauh dengan kecepatan hypersonic untuk menghancurkan pesawat pengebom siluman dan jet tempur.
Berita itu muncul hanya beberapa hari setelah pemimpin militer mengungkapkan Kremlin telah mengerahkan sistem pertahan rudal jarah jauh yang banyak ditakuti, Iskander, dan S-400 di Eropa. Rudal Iskander berkemampuan nuklir dan penyebarannya ke daerah kantong Rusia di Kaliningrad menempatkan Eropa dalam petak-petak pendek garis sasaran jarak pendek program rudal balistik Moskow.
Para ahli di majalah Popular Science menganalisa gambar dari sebuah kejadian yang menunjukkan rudal raksasa berukuran 19 kaki. Salah satu ahli, Jeffrey Lin mengatakan, peluncuran rudal tersebut merupakan sebuah masalah besar. "Rudal ini akan dengan mudah terbang lebih cepat dari rudal udara ke udara milik Amerika Serikat (AS) atau NATO," katanya seperti dikutip dari laman Express, Jumat (25/11/2016).
Laporan menyebutkan jika rudal tersebut masuk dalam kategori rudal jarak jauh (VLRAAM). Rudal ini memiliki jarak tembak melebihi 186 mil, kemungkinan antara 250 hingga 310 mil. "Selain itu mesin roket VLRAAM mempunyai kecepatan hingga 6 March yang mampu menciptakan zona no escape zone (NEZ), yaitu sasaran tidak bisa melarikan diri meski dengan kecepatan supersonik seperti pesawat tempur siluman," terang Lin.
Dilengkapi dengan sistem radar baru, rudal ini diyakini memiliki daya dorong tambahan untuk melengkapi manuvernya.
Tahun lalu, sebuah jurnal ilmiah China melaporkan bahwa setelah ditembakkan oleh pesawat tempur, sebuah VLRAAM bisa terbang 15 km ke atas setinggi 30 km sebelum dipandu oleh radar jarak jauh dengan kecepatan hypersonic untuk menghancurkan pesawat pengebom siluman dan jet tempur.
Berita itu muncul hanya beberapa hari setelah pemimpin militer mengungkapkan Kremlin telah mengerahkan sistem pertahan rudal jarah jauh yang banyak ditakuti, Iskander, dan S-400 di Eropa. Rudal Iskander berkemampuan nuklir dan penyebarannya ke daerah kantong Rusia di Kaliningrad menempatkan Eropa dalam petak-petak pendek garis sasaran jarak pendek program rudal balistik Moskow.
(ian)