Rusia: AS dan NATO Berperan Langsung dalam Perang Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Amerika Serikat (AS) dan NATO memainkan peran langsung dan berbahaya dalam perang Ukraina .
Menurutnya, Washington telah mengubah Kiev menjadi ancaman nyata bagi Moskow, sebuah tindakan yang tidak dapat diabaikan.
Diplomat top Rusia tersebut, yang berbicara pada hari Kamis selama konferensi pers tahunannya di Moskow, juga menuduh AS dan NATO mencoba meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan dan mencoba menumbangkan badan regional yang dirancang untuk mempromosikan dialog, seperti OSCE di Eropa dan ASEAN di Asia.
Dia membela militer Rusia yang telah melakukan serangan udara, termasuk dengan pesawat tak berawak, dan rudal untuk menghancurkan infrastruktur Ukraina. Kiev dan Barat menyebutnya sebagai kejahatan perang.
"Kami menonaktifkan fasilitas energi (di Ukraina) yang memungkinkan Anda (Barat) memompa senjata mematikan ke Ukraina untuk membunuh Rusia," kata Lavrov.
"Jadi jangan katakan bahwa AS dan NATO bukan peserta dalam perang ini—Anda berpartisipasi langsung. Termasuk tidak hanya dengan pasokan senjata, tetapi juga dengan pelatihan personel—Anda melatih militer (Ukraina) di wilayah Anda," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Jumat (2/12/2022).
Negara-negara Barat diketahui telah mempersenjatai dan melatih pasukan Kiev untuk membantunya merebut kembali tanahnya yang dicaplok Rusia.
Rusia, yang mendominasi Ukraina sebelum Uni Soviet bubar pada 1991, menyebut intervensinya di negara tetangganya sebagai "operasi militer khusus" untuk menjaga keamanan Moskow.
Lavrov menyampaikan omelan anti-Baratnya saat invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki bulan kesepuluh, di mana pertempuran berkecamuk di wilayah timur. Sementara itu, para pejabat di beberapa wilayah Ukraina masih berjuang untuk memulihkan listrik yang padam akibat serangan besar-besaran Rusia.
Lavrov menuduh Barat mencoba menggunakan konflik Ukraina untuk menghancurkan Rusia. "Bicara tentang Barat yang tertarik pada semacam penyelesaian damai tidak membuat kami terkesan," katanya.
"Barat telah mengumumkan secara terbuka bahwa mereka tidak hanya ingin Rusia dikalahkan di medan perang. Dikatakan bahwa Rusia harus dihancurkan sebagai pemain sama sekali. Dan beberapa bahkan mengadakan konferensi khusus berspekulasi tentang berapa banyak bagian untuk membagi Rusia dan siapa yang akan memimpin bagian mana," imbuh Lavrov.
Komentarnya tampaknya merujuk pada fakta bahwa beberapa politisi Barat mengatakan mereka ingin memastikan Rusia tidak dapat menjadi ancaman bagi negara tetangga di masa depan.
Meskipun Lavrov mengabdikan sebagian besar acara itu untuk mengkritik Barat, dia menjelaskan bahwa Rusia terbuka untuk kemungkinan pembicaraan, baik dengan Ukraina maupun dengan Amerika Serikat.
Rusia, kata dia, siap mendengarkan siapa pun yang ingin mengadakan pembicaraan.
Menurutnya, Moskow tidak pernah menghindar dari kemungkinan kontak antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan telah menunjukkan kesediaan dengan menerima para pemimpin Jerman dan Prancis ketika mereka ingin membahas Ukraina.
Sedangkan pihak Ukraina mengatakan pihaknya hanya akan siap mengadakan pembicaraan setelah pasukan Rusia menarik diri dari wilayahnya, termasuk dari Crimea, yang dianeksasi Moskow pada 2014.
Kiev mengatakan bahwa Rusia hanya akan menggunakan pembicaraan sebagai kesempatan untuk mengulur waktu dan membangun kembali angkatan bersenjatanya.
Lavrov mengatakan klaim itu "tidak masuk akal" dan mengeluh tentang apa yang dia sebut harapan Amerika yang "naif" bahwa Rusia akan melanjutkan pembicaraan tentang stabilitas nuklir pada saat dia mengatakan bahwa Barat menggunakan Ukraina untuk menghancurkan Rusia.
Moskow menarik diri dari pembicaraan yang dijadwalkan minggu ini tentang perjanjian nuklir New START antara kedua negara.
"Untuk saat ini kami tidak mendengar ide yang berarti," kata Lavrov.
"(Tapi) jika akan ada proposal dari presiden (Biden) dan dari anggota pemerintahannya yang lain, kami tidak akan pernah menghindar dari kontak."
Menurutnya, Washington telah mengubah Kiev menjadi ancaman nyata bagi Moskow, sebuah tindakan yang tidak dapat diabaikan.
Diplomat top Rusia tersebut, yang berbicara pada hari Kamis selama konferensi pers tahunannya di Moskow, juga menuduh AS dan NATO mencoba meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan dan mencoba menumbangkan badan regional yang dirancang untuk mempromosikan dialog, seperti OSCE di Eropa dan ASEAN di Asia.
Dia membela militer Rusia yang telah melakukan serangan udara, termasuk dengan pesawat tak berawak, dan rudal untuk menghancurkan infrastruktur Ukraina. Kiev dan Barat menyebutnya sebagai kejahatan perang.
"Kami menonaktifkan fasilitas energi (di Ukraina) yang memungkinkan Anda (Barat) memompa senjata mematikan ke Ukraina untuk membunuh Rusia," kata Lavrov.
"Jadi jangan katakan bahwa AS dan NATO bukan peserta dalam perang ini—Anda berpartisipasi langsung. Termasuk tidak hanya dengan pasokan senjata, tetapi juga dengan pelatihan personel—Anda melatih militer (Ukraina) di wilayah Anda," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Jumat (2/12/2022).
Negara-negara Barat diketahui telah mempersenjatai dan melatih pasukan Kiev untuk membantunya merebut kembali tanahnya yang dicaplok Rusia.
Rusia, yang mendominasi Ukraina sebelum Uni Soviet bubar pada 1991, menyebut intervensinya di negara tetangganya sebagai "operasi militer khusus" untuk menjaga keamanan Moskow.
Lavrov menyampaikan omelan anti-Baratnya saat invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki bulan kesepuluh, di mana pertempuran berkecamuk di wilayah timur. Sementara itu, para pejabat di beberapa wilayah Ukraina masih berjuang untuk memulihkan listrik yang padam akibat serangan besar-besaran Rusia.
Lavrov menuduh Barat mencoba menggunakan konflik Ukraina untuk menghancurkan Rusia. "Bicara tentang Barat yang tertarik pada semacam penyelesaian damai tidak membuat kami terkesan," katanya.
"Barat telah mengumumkan secara terbuka bahwa mereka tidak hanya ingin Rusia dikalahkan di medan perang. Dikatakan bahwa Rusia harus dihancurkan sebagai pemain sama sekali. Dan beberapa bahkan mengadakan konferensi khusus berspekulasi tentang berapa banyak bagian untuk membagi Rusia dan siapa yang akan memimpin bagian mana," imbuh Lavrov.
Komentarnya tampaknya merujuk pada fakta bahwa beberapa politisi Barat mengatakan mereka ingin memastikan Rusia tidak dapat menjadi ancaman bagi negara tetangga di masa depan.
Meskipun Lavrov mengabdikan sebagian besar acara itu untuk mengkritik Barat, dia menjelaskan bahwa Rusia terbuka untuk kemungkinan pembicaraan, baik dengan Ukraina maupun dengan Amerika Serikat.
Rusia, kata dia, siap mendengarkan siapa pun yang ingin mengadakan pembicaraan.
Menurutnya, Moskow tidak pernah menghindar dari kemungkinan kontak antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan telah menunjukkan kesediaan dengan menerima para pemimpin Jerman dan Prancis ketika mereka ingin membahas Ukraina.
Sedangkan pihak Ukraina mengatakan pihaknya hanya akan siap mengadakan pembicaraan setelah pasukan Rusia menarik diri dari wilayahnya, termasuk dari Crimea, yang dianeksasi Moskow pada 2014.
Kiev mengatakan bahwa Rusia hanya akan menggunakan pembicaraan sebagai kesempatan untuk mengulur waktu dan membangun kembali angkatan bersenjatanya.
Lavrov mengatakan klaim itu "tidak masuk akal" dan mengeluh tentang apa yang dia sebut harapan Amerika yang "naif" bahwa Rusia akan melanjutkan pembicaraan tentang stabilitas nuklir pada saat dia mengatakan bahwa Barat menggunakan Ukraina untuk menghancurkan Rusia.
Moskow menarik diri dari pembicaraan yang dijadwalkan minggu ini tentang perjanjian nuklir New START antara kedua negara.
"Untuk saat ini kami tidak mendengar ide yang berarti," kata Lavrov.
"(Tapi) jika akan ada proposal dari presiden (Biden) dan dari anggota pemerintahannya yang lain, kami tidak akan pernah menghindar dari kontak."
(min)