Tak Peduli Krisis, Visi 2030 Saudi Tetap Berlanjut
loading...
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi terus berambisi mewujudkan Visi 2030 yang diciptakan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dengan tetap melanjutkan berbagai proyek prestisius. Saudi melihat krisis ekonomi akibat Covid-19 dan melemahnya harga minyak sebagai penghalang untuk terus mewujudkan visi Saudi yang lebih hebat.
Sejauh ini, seberapa besar dampak Covid-19 terhadap keuangan dan perekonomian Arab Saudi tidak diketahui, terutama dalam satu atau tiga tahun ke depan. Namun, Pangeran Mohammed diyakini menyimpan cadangan uang negara atau meminimalkan pengeluaran di sektor lain yang dianggap kurang penting.
Pundi-pundi keuangan Arab Saudi sangat bergantung kepada penjualan minyak. Negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu menghadapi krisis ganda menyusul terguncangnya pasar energi. Defisit anggaran negara diperkirakan naik sekitar 15% dalam produk domestik bruto (PDB) Arab Saudi pada tahun ini. (Baca: Rencana Israel Caplok Tepi Barat Membuat Fatah dan Hamas Bersatu)
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bahkan berencana melakukan pinjaman sebanyak dua kali lipat. Bahkan, sejumlah program diversifikasi ekonomi menghadapi pemangkasan anggaran. Sebelumnya, Arab Saudi juga menaikkan PPN dari 5% menjadi 15% sebagai langkah awal penutupan kekurangan dana.
Meski demikian, secara matematis, Arab Saudi masih menggelontorkan uang sangat banyak untuk Visi 2030. Baru-baru ini, Arab Saudi mengucurkan dana hingga USD4 miliar untuk sektor pariwisata saja, sedangkan sektor lainnya akan menyusul dalam waktu dekat.
Saudi pun meluncurkan rencana baru untuk memperluas dua kali lipat ibu kota Riyadh dengan anggaran USD800 miliar (Rp11.606 triliun) pada satu dekade mendatang. Nantinya, Riyadh akan menjadi pusat budaya, ekonomi, dan sosial di Timur Tengah.
Strategi ambisius untuk pengembangan ibu kota, diungkap Fahd Al-Rasheed, presiden Komisi Kerajaan untuk Kota Riyadh. Itu diungkapkan menjelang U20, sayap konferensi pemimpin G20 yang berurusan dengan pengembangan dan strategi perkotaan. (Baca juga: Polisi Serbu pesta Seks di Kenya, 35 ABG Telanjang Ditangkap)
“Riyadh sudah menjadi mesin ekonomi penting bagi Saudi. Di bawah Visi 2030 yang akan terus bergerak dengan bertambahnya populasi hingga 15 juta orang,” katanya kepada Arab News. “Kita sudah meluncurkan 18 megaproyek di Riyadh dengan nilai lebih dari 1 triliun Riyal Saudi atau lebih dari 250 miliar untuk meningkatkan standar hidup dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Nantinya, itu bisa menciptakan banyak pekerjaan dan meningkatkan jumlah penduduk dalam 10 tahun mendatang,” paparnya.
Investasi sebanyak USD250 miliar diperkirakan akan datang dari sektor swasta. Itu bisa menggerakkan aktivitas keonomi dari pertumbuhan populasi, finansial dan perbankan, budaya, serta pariwisata. “Kita harus menjamin pertumbuhan bisa dikelola dengan layak sehingga fokus pada transportasi dan logistik, termasuk metro Riyadh yang akan dibuka awal tahun depan. Itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas,” papar Al-Rasheed.
Rencana Saudi juga termasuk penciptaan zona megaindustri yang fokus pada teknologi modern, otomatisasi, bioteknologi, dan aquaponik. Kunci utama lainnya adalah keberlanjutan, konservasi energi dan pengurangan emisi, serta pengelolaan air. “Kamu akan melihat 7 juta pohon ditanam di Riyadh dalam beberapa tahun mendatang. Taman Raja Salman juga akan lebih luas dibandingkan Hyde Park di London,” kata Al-Rasheed. (Baca juga: Tak Ditandatangani Presiden jokowi, Gayus Lumbun: UU KPK Tetap Sah)
Sejauh ini, seberapa besar dampak Covid-19 terhadap keuangan dan perekonomian Arab Saudi tidak diketahui, terutama dalam satu atau tiga tahun ke depan. Namun, Pangeran Mohammed diyakini menyimpan cadangan uang negara atau meminimalkan pengeluaran di sektor lain yang dianggap kurang penting.
Pundi-pundi keuangan Arab Saudi sangat bergantung kepada penjualan minyak. Negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu menghadapi krisis ganda menyusul terguncangnya pasar energi. Defisit anggaran negara diperkirakan naik sekitar 15% dalam produk domestik bruto (PDB) Arab Saudi pada tahun ini. (Baca: Rencana Israel Caplok Tepi Barat Membuat Fatah dan Hamas Bersatu)
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bahkan berencana melakukan pinjaman sebanyak dua kali lipat. Bahkan, sejumlah program diversifikasi ekonomi menghadapi pemangkasan anggaran. Sebelumnya, Arab Saudi juga menaikkan PPN dari 5% menjadi 15% sebagai langkah awal penutupan kekurangan dana.
Meski demikian, secara matematis, Arab Saudi masih menggelontorkan uang sangat banyak untuk Visi 2030. Baru-baru ini, Arab Saudi mengucurkan dana hingga USD4 miliar untuk sektor pariwisata saja, sedangkan sektor lainnya akan menyusul dalam waktu dekat.
Saudi pun meluncurkan rencana baru untuk memperluas dua kali lipat ibu kota Riyadh dengan anggaran USD800 miliar (Rp11.606 triliun) pada satu dekade mendatang. Nantinya, Riyadh akan menjadi pusat budaya, ekonomi, dan sosial di Timur Tengah.
Strategi ambisius untuk pengembangan ibu kota, diungkap Fahd Al-Rasheed, presiden Komisi Kerajaan untuk Kota Riyadh. Itu diungkapkan menjelang U20, sayap konferensi pemimpin G20 yang berurusan dengan pengembangan dan strategi perkotaan. (Baca juga: Polisi Serbu pesta Seks di Kenya, 35 ABG Telanjang Ditangkap)
“Riyadh sudah menjadi mesin ekonomi penting bagi Saudi. Di bawah Visi 2030 yang akan terus bergerak dengan bertambahnya populasi hingga 15 juta orang,” katanya kepada Arab News. “Kita sudah meluncurkan 18 megaproyek di Riyadh dengan nilai lebih dari 1 triliun Riyal Saudi atau lebih dari 250 miliar untuk meningkatkan standar hidup dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Nantinya, itu bisa menciptakan banyak pekerjaan dan meningkatkan jumlah penduduk dalam 10 tahun mendatang,” paparnya.
Investasi sebanyak USD250 miliar diperkirakan akan datang dari sektor swasta. Itu bisa menggerakkan aktivitas keonomi dari pertumbuhan populasi, finansial dan perbankan, budaya, serta pariwisata. “Kita harus menjamin pertumbuhan bisa dikelola dengan layak sehingga fokus pada transportasi dan logistik, termasuk metro Riyadh yang akan dibuka awal tahun depan. Itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas,” papar Al-Rasheed.
Rencana Saudi juga termasuk penciptaan zona megaindustri yang fokus pada teknologi modern, otomatisasi, bioteknologi, dan aquaponik. Kunci utama lainnya adalah keberlanjutan, konservasi energi dan pengurangan emisi, serta pengelolaan air. “Kamu akan melihat 7 juta pohon ditanam di Riyadh dalam beberapa tahun mendatang. Taman Raja Salman juga akan lebih luas dibandingkan Hyde Park di London,” kata Al-Rasheed. (Baca juga: Tak Ditandatangani Presiden jokowi, Gayus Lumbun: UU KPK Tetap Sah)