Ukraina Serukan AS Mengebom Nuklir Rusia
loading...
A
A
A
KIEV - Kiev menyerukan Amerika Serikat (AS) untuk mengebom nuklir Rusia sebagai pembalasan jika Moskow nekat menyerang Ukraina dengan senjata serupa.
Seruan itu disampaikan ajudan senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak.
Menurut Podolyak, AS dan sekutu lainnya perlu menguraikan konsekuensi yang akan dirasakan Rusia jika nekat meluncurkan perang nuklir.
"Negara-negara nuklir lainnya perlu mengatakan dengan sangat tegas bahwa segera setelah Rusia berpikir untuk melakukan serangan nuklir di wilayah asing—dalam hal ini wilayah Ukraina—akan ada serangan nuklir pembalasan cepat untuk menghancurkan situs peluncuran nuklir di Rusia," Podolyak yang dilansir The Guardian, Kamis (22/9/2022).
Podolyak mengatakan keseriusan Putin adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi.
"Sulit untuk membuat prediksi ketika seseorang benar-benar tidak rasional," katanya.
“Kami memiliki negara besar yang memasuki wilayah Ukraina, memulai perang, merebut beberapa wilayah, dan kemudian mengatakan wilayah ini sekarang milik kami dan jika Anda mencoba untuk mengambilnya kembali, kami akan menggunakan senjata nuklir. Kelihatannya benar-benar tidak masuk akal, dan lebih jauh lagi menghancurkan seluruh sistem global pencegahan nuklir," paparnya.
Pejabat Ukraina lainnya percaya bahwa ancaman itu harus ditanggapi dengan serius juga, termasuk Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk.
"Anda tidak dapat membiarkan seseorang berkeliaran dengan granat dengan pin dilepas dan mengancam semua orang hanya karena dia bisa," kata Vereshchuk kepada The Guardian.
Seruan para pejabat Ukraina itu muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin secara eksplisit mengumbar ancaman serangan nuklir dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu pagi.
"Barat telah terlibat dalam pemerasan nuklir terhadap kami," kata Putin dalam pidatonya.
"Dalam kebijakan anti-Rusia yang agresif, Barat telah melewati semua batas,” ujarnya.
"Ketika integritas teritorial negara kami terancam, kami pasti akan menggunakan semua cara yang kami miliki untuk melindungi Rusia dan rakyat kami. Ini bukan gertakan," sambung Putin.
"Mereka yang mencoba memeras kita dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga bisa berputar ke arah mereka.”
Dalam pidato tersebut, Putin mengatakan dia telah menandatangani dekrit yang menyatakan Rusia akan memobilisasi secara parsial tentara cadangannya.
Tentara cadangan adalah warga sipil Rusia yang menjalani wajib militer. Ini adalah mobilisasi pertama pasukan Rusia sejak Perang Dunia Kedua.
"Saya akan menekankan bahwa warga Rusia yang dipanggil sebagai bagian dari mobilisasi akan diberikan semua manfaat dari mereka yang bertugas di bawah kontrak," katanya.
Presiden AS Joe Biden telah menanggapi ancaman Putin tersebut dalam pidatonya di PBB, menyebutnya sebagai tindakan keterlaluan.
"Amerika Serikat siap untuk melakukan tindakan pengendalian senjata yang kritis. Perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperjuangkan," kata Biden.
Seruan itu disampaikan ajudan senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak.
Menurut Podolyak, AS dan sekutu lainnya perlu menguraikan konsekuensi yang akan dirasakan Rusia jika nekat meluncurkan perang nuklir.
"Negara-negara nuklir lainnya perlu mengatakan dengan sangat tegas bahwa segera setelah Rusia berpikir untuk melakukan serangan nuklir di wilayah asing—dalam hal ini wilayah Ukraina—akan ada serangan nuklir pembalasan cepat untuk menghancurkan situs peluncuran nuklir di Rusia," Podolyak yang dilansir The Guardian, Kamis (22/9/2022).
Podolyak mengatakan keseriusan Putin adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi.
"Sulit untuk membuat prediksi ketika seseorang benar-benar tidak rasional," katanya.
“Kami memiliki negara besar yang memasuki wilayah Ukraina, memulai perang, merebut beberapa wilayah, dan kemudian mengatakan wilayah ini sekarang milik kami dan jika Anda mencoba untuk mengambilnya kembali, kami akan menggunakan senjata nuklir. Kelihatannya benar-benar tidak masuk akal, dan lebih jauh lagi menghancurkan seluruh sistem global pencegahan nuklir," paparnya.
Pejabat Ukraina lainnya percaya bahwa ancaman itu harus ditanggapi dengan serius juga, termasuk Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk.
"Anda tidak dapat membiarkan seseorang berkeliaran dengan granat dengan pin dilepas dan mengancam semua orang hanya karena dia bisa," kata Vereshchuk kepada The Guardian.
Seruan para pejabat Ukraina itu muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin secara eksplisit mengumbar ancaman serangan nuklir dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu pagi.
"Barat telah terlibat dalam pemerasan nuklir terhadap kami," kata Putin dalam pidatonya.
"Dalam kebijakan anti-Rusia yang agresif, Barat telah melewati semua batas,” ujarnya.
"Ketika integritas teritorial negara kami terancam, kami pasti akan menggunakan semua cara yang kami miliki untuk melindungi Rusia dan rakyat kami. Ini bukan gertakan," sambung Putin.
"Mereka yang mencoba memeras kita dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga bisa berputar ke arah mereka.”
Dalam pidato tersebut, Putin mengatakan dia telah menandatangani dekrit yang menyatakan Rusia akan memobilisasi secara parsial tentara cadangannya.
Tentara cadangan adalah warga sipil Rusia yang menjalani wajib militer. Ini adalah mobilisasi pertama pasukan Rusia sejak Perang Dunia Kedua.
"Saya akan menekankan bahwa warga Rusia yang dipanggil sebagai bagian dari mobilisasi akan diberikan semua manfaat dari mereka yang bertugas di bawah kontrak," katanya.
Presiden AS Joe Biden telah menanggapi ancaman Putin tersebut dalam pidatonya di PBB, menyebutnya sebagai tindakan keterlaluan.
"Amerika Serikat siap untuk melakukan tindakan pengendalian senjata yang kritis. Perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperjuangkan," kata Biden.
(min)