Lama di Israel, Yahudi Terakhir dari Desa Saudi Memohon pada Raja Salman untuk Mudik
loading...
A
A
A
TEL AVIV - David Shunker, pria Yahudi terakhir dari desa di Arab Saudi yang sudah lama tinggal di Israel, memohon kepada Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman agar diizinkan mengunjungi kampung halamannya.
“Saya adalah orang terakhir yang selamat dari komunitas Yahudi yang tinggal di dekat kota Najran di Arab Saudi selatan,” kata Shunker, yang usianya mendekati 80 tahun, dalam artikel di Wall Street Journal baru-baru ini.
"Saya tidak tahu berapa lama Tuhan akan mengizinkan saya untuk hidup dan impian saya adalah mengucapkan selamat tinggal pada tempat kelahiran tercinta saya. Tolong berikan saya keinginan ini," lanjut Shunker.
Dia juga mengingat kenangan masa kecil tumbuh di Najran dan menjelaskan kehidupan di salah satu komunitas Yahudi yang paling menarik di diaspora.
“Sekitar enam puluh keluarga Yahudi pernah tinggal di Najran dan desa-desa kecil di sekitarnya. Beberapa bekerja untuk Raja Abdulaziz Ibn Saud pada 1930-an dan 1940-an, memelihara senjata tentaranya. Yang lain bekerja sebagai tukang kunci, tukang kayu, dan penyamak kulit,” tulis Shunker, yang dikutip Israel Hayom, Sabtu (27/8/2022).
"Bertentangan dengan aturan di negara tetangga; Yaman, orang-orang Yahudi di Najran diizinkan untuk membawa belati tradisional, jambiya, di ikat pinggang mereka. Sampai hari ini, saya ingat tentara raja memanjakan saya dengan permen dan menepuk-nepuk rambut keriting saya."
Dia mencatat bahwa pada tahun 1934 Najran menjadi bagian dari Arab Saudi (sebelumnya bagian dari Yaman) dan bahwa orang-orang Yahudi—sekarang di bawah perlindungan raja—merasa aman.
Pada tahun 1948, ketika Negara Israel didirikan, keluarga Shunker, dan seluruh komunitas Yahudi, harus pergi.
“Pada tahun 1948, orang-orang Yahudi dipanggil oleh perwakilan raja untuk berkumpul di alun-alun. Konvoi unta menunggu di sana untuk 260 orang, kebanyakan anak-anak seperti saya. Saya lahir pada tahun 1944. Barang-barang keluarga kami dimuat ke unta dan sebelum matahari terbenam kami mulai berjalan menuju perbatasan Yaman," kenangnya.
"Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah melihat perubahan besar di Arab Saudi. Perubahan ini telah memicu harapan besar untuk masa depan kerajaan. Dalam semangat harapan untuk masa depan itu, saya mohon Yang Mulia Raja Salman bin Abdulaziz dan Yang Mulia Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengizinkan saya mengunjungi Najran selagi saya masih cukup kuat untuk bepergian."
“Saya adalah orang terakhir yang selamat dari komunitas Yahudi yang tinggal di dekat kota Najran di Arab Saudi selatan,” kata Shunker, yang usianya mendekati 80 tahun, dalam artikel di Wall Street Journal baru-baru ini.
"Saya tidak tahu berapa lama Tuhan akan mengizinkan saya untuk hidup dan impian saya adalah mengucapkan selamat tinggal pada tempat kelahiran tercinta saya. Tolong berikan saya keinginan ini," lanjut Shunker.
Dia juga mengingat kenangan masa kecil tumbuh di Najran dan menjelaskan kehidupan di salah satu komunitas Yahudi yang paling menarik di diaspora.
“Sekitar enam puluh keluarga Yahudi pernah tinggal di Najran dan desa-desa kecil di sekitarnya. Beberapa bekerja untuk Raja Abdulaziz Ibn Saud pada 1930-an dan 1940-an, memelihara senjata tentaranya. Yang lain bekerja sebagai tukang kunci, tukang kayu, dan penyamak kulit,” tulis Shunker, yang dikutip Israel Hayom, Sabtu (27/8/2022).
"Bertentangan dengan aturan di negara tetangga; Yaman, orang-orang Yahudi di Najran diizinkan untuk membawa belati tradisional, jambiya, di ikat pinggang mereka. Sampai hari ini, saya ingat tentara raja memanjakan saya dengan permen dan menepuk-nepuk rambut keriting saya."
Dia mencatat bahwa pada tahun 1934 Najran menjadi bagian dari Arab Saudi (sebelumnya bagian dari Yaman) dan bahwa orang-orang Yahudi—sekarang di bawah perlindungan raja—merasa aman.
Pada tahun 1948, ketika Negara Israel didirikan, keluarga Shunker, dan seluruh komunitas Yahudi, harus pergi.
“Pada tahun 1948, orang-orang Yahudi dipanggil oleh perwakilan raja untuk berkumpul di alun-alun. Konvoi unta menunggu di sana untuk 260 orang, kebanyakan anak-anak seperti saya. Saya lahir pada tahun 1944. Barang-barang keluarga kami dimuat ke unta dan sebelum matahari terbenam kami mulai berjalan menuju perbatasan Yaman," kenangnya.
"Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah melihat perubahan besar di Arab Saudi. Perubahan ini telah memicu harapan besar untuk masa depan kerajaan. Dalam semangat harapan untuk masa depan itu, saya mohon Yang Mulia Raja Salman bin Abdulaziz dan Yang Mulia Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengizinkan saya mengunjungi Najran selagi saya masih cukup kuat untuk bepergian."
(min)